webnovel

Pangeran Sekolah Adalah Peliharaan Kesayanganku

“Hei cowo cantik! Ambilin jus jeruk dong!” Perintah Gabby pada Michael. Tanpa sepatah katapun Michael segera beranjak dari tempat ia duduk. Awalnya Gabby ilfil banget dengan Michael — bicaranya terlalu halus, badannya terlalu langsing, kulitnya terlalu putih dan wajahnya terlalu cantik. Tidak heran kalo Michael dikejar-kejar cewek-cewek disekolahnya. Amit-amit berteman, apalagi membayangkan dijodohin sama Michael. Tapi entah kenapa Michael selalu mengikuti dan mematuhi semua perintah Gabby. Sedangkan Gabby adalah cewek paling tomboy sedunia. Tidak peduli seberapa cantik atau seberapa popular cewek lain mengejarnya, Michael bagaikan anak kucing mengikuti ibunya kemanapun Gabby pergi. Desas desus bermunculan, spekulasi mengenai sihir apa yang digunakan Gabby untuk menjerat Michael? Bagaimana pangeran sekolah yang tampan rela menjadi peliharaan dan menjalankan semua perintah Gabby?

Renata99 · 都市
レビュー数が足りません
461 Chs

Jangan Lupa Dipakai Ya!

Dalam perjalanan pulang, Gabby memperagakan lagi apa yang tadi dia pelajari dari pelatih Hendrik. Tangannya yang kecil itu membuat gerakan seolah-olah dia mau mematahkan tangan Michael.

"Jadi..." Gabby menarik tangan Michael ke arah belakang yang membuat tangannya terlihat seperti terpelintir, "...lakukan seperti ini."

"Aduh!" Michael berusaha menarik kembali tangannya, tapi kekuatan Gabby lebih besar darinya, "Sakit!"

"Hahaha" melihat Michael meronta-ronta kesakitan membuat Gabby merasa kasihan dan akhirnya membiarkan Michael melepas tangannya. Laki-laki itu langsung mengelus tangannya yang terasa seperti ingin lepas.

Setelah tangan Michael terasa kembali seperti tidak ingin lepas, mereka melanjutkan berjalan pulang. Mata Michael seringkali melirik ke arah Gabby yang sedang bersenandung menyanyikan lagu yang tidak Michael kenali, bukan tertinggal zaman hanya saja biasanya dia mendengarkan lagu-lagu klasik.

"Aku masih nggak nyangka kalau kamu punya teman selain aku." Goda Gabby sambil menyenggol lengan Michael dengan lengannya.

"Susah dipercaya memang." Mata hitam itu memandang ke arah depan, "Yah, meskipun tidak banyak. Tapi lumayan lah."

"Temanku ya nggak banyak kok." Sahut Gabby pelan, kakinya menendang batu-batu kecil yang ada di hadapannya.

Seketika keheningan menyelimuti mereka, tidak ada yang berbicara terlalu sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Tiba-tiba ada seekor anjing yang berlari ke arah Michael dengan cepat. Bulunya berwarna cokelat ke emas an, kakinya kecil yang mungkin hanya lima senti, anjing itu lalu berhenti dan memeluk kaki kiri Michael.

Laki-laki itu mengerutkan keningnya dan berusaha untuk melepas pelukan anjing kecil itu, tapi anjingnya hanya menunjukkan lidahnya dan menggonggong dengan pelan.

"Oh Nara, kamu kok bisa ada disini?" Terdengar suara Gabby dari sampingnya, dia lalu berjongkok dan mengelus-elus badan kecil anjing itu. Setelah tidak ada jawaban Gabby kembali berdiri dan bergumam, "Mungkin ibu lupa menutup pagar rumah."

"Omong-omong tolong lepasin dong." Bisik Michael takut-takut, dia tidak takut sama anjing. Cuman, saat Michael masih kecil dia pernah dikejar oleh anjing kecil saat dia tinggal di Amerika. Sejak saat itu dia berusaha untuk menjauh jika ada anjing di dekatnya.

"Hahahaha" Gabby tidak dapat menahan ketawanya

"A-apanya yang lucu?!" Tanya Michael dengan cemas sambil berusaha untuk menyingkirkan anjing yang sedang memeluk kakinya itu.

"Michael penakut." Ujar Gabby sambil tersenyum lebar yang menunjukkan gigi rapinya

Wajah Michael memerah lalu dia melihat ke arah anjing itu dan berkata, "Pergi sebelum aku menendangmu!" Namun Nara tidak menghiraukannya dan mengeluarkan rengekan kecil. Meskipun Michael berpikir dirinya terlihat menakutkan, tapi sepertinya hal itu tidak berhasil.

Saat Gabby berpikir sudah cukup dia berlutut dan mengambil Nara dari kaki Michael, "Ayo sini Nara." perintah Gabby dengan halus sambil membuka tangannya.

Melihat tangan Gabby, anjing itu langsung berlari ke arah Gabby sambil menggerakan ekor kecilnya dengan semangat. Perempuan itu lalu berdiri dengan Nara yang di gendong di tangan kirinya.

Melihat kedua tangan Gabby yang penuh membuat Michael bertanya, "Mau kubawakan tas mu?"

Gabby menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak usah." Kaki Gabby melanjutkan untuk berjalan mendahului Michael, mengingat isi di dalam tasnya membuat pipi Gabby memerah.

Kepala Gabby dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan seperti apa ini saat yang tepat untuk ngasih barang itu ke Michael? Apa ini terlalu cepat? Dan sebagainya. Dia berpikir cukup lama sampai-sampai dia tidak menyadari kalau mereka sudah berhenti di depan rumah Gabby.

"Sudah masuk sana, aku duluan." Michael menggaruk kepala belakangnya dan berjalan mundur sambil tetap melihat ke arah Gabby.

"Tunggu!" Seru Gabby tiba-tiba, dia membuka tasnya dan merogoh ke dalam lalu mengeluarkan tas plastik berwarna hitam.

Melihat Gabby mengeluarkan tas plastik hitam membuat Michael penasaran dan berjalan mendekat ke arah perempuan itu berdiri. Gabby dengan cepat menyodorkan plastik itu ke arah Michael tanpa melihat wajahnya.

"Ini ada sarung tangan hasil rajutanku sendiri." Seru Gabby malu-malu sambil menaruh sehelai rambut di belakang telinganya.

Mata Michael terbelalak kaget, melihat ke arah plastik yang ada di tangannya lalu melihat ke arah Gabby lalu ke arah plastik lagi. Mulutnya hanya terbuka seakan ingin berbicara tapi tidak ada suara yang keluar, Michael pun akhirnya menutup mulutnya dengan perlahan.

"Oh, makasih ya." Balas Michael setelah terdiam cukup lama. Dia mengeluarkan isi dari dalam kantong plastik itu dan melihat satu pasang sarung tangan berwarna hitam yang dirajut dengan sangat rapi, "Aku pasti akan memakainya."

Gabby tersenyum lalu menganggukan kepalanya dan berbalik meninggalkan Michael sendirian. Setelah beberapa langkah dia membalik badannya dan melambaikan tangan kecil Nara, "Sampai jumpa besok."

Saat Adam membukakan pagar untuk Michael dan melihat pipinya yang berwarna merah dan senyuman lebar menghiasi wajahnya, Adam bertanya dengan sopan, "Tuan muda, apa terjadi sesuatu?"

"Ah, tidak ada apa-apa." Jawab Michael sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.