webnovel

Pangeran Sekolah Adalah Peliharaan Kesayanganku

“Hei cowo cantik! Ambilin jus jeruk dong!” Perintah Gabby pada Michael. Tanpa sepatah katapun Michael segera beranjak dari tempat ia duduk. Awalnya Gabby ilfil banget dengan Michael — bicaranya terlalu halus, badannya terlalu langsing, kulitnya terlalu putih dan wajahnya terlalu cantik. Tidak heran kalo Michael dikejar-kejar cewek-cewek disekolahnya. Amit-amit berteman, apalagi membayangkan dijodohin sama Michael. Tapi entah kenapa Michael selalu mengikuti dan mematuhi semua perintah Gabby. Sedangkan Gabby adalah cewek paling tomboy sedunia. Tidak peduli seberapa cantik atau seberapa popular cewek lain mengejarnya, Michael bagaikan anak kucing mengikuti ibunya kemanapun Gabby pergi. Desas desus bermunculan, spekulasi mengenai sihir apa yang digunakan Gabby untuk menjerat Michael? Bagaimana pangeran sekolah yang tampan rela menjadi peliharaan dan menjalankan semua perintah Gabby?

Renata99 · 都市
レビュー数が足りません
461 Chs

Ajarin Aku Main Basket

Ajarin aku main basket.

"Aku kan sudah minta maaf." Ujar laki-laki itu sambil mengambil bola basket.

Gabby menaruh tangannya di pinggangnya, "Siapa bilang aku sudah memaafkan mu? Yang membelikan aku makan kan cuman Tashia."

Laki-laki itu meniru gerakan Gabby, dia menaruh tangannya di pinggangnya, "Yang membelikan aku makan kan cuman Tashia." Ejek laki-laki itu, "Aku kan Steven tentu saja kamu memaafkanku."

Oh jadi namanya Steven, pikir Michael.

"Dih, jadi orang itu jangan terlalu percaya diri!" Tukas Gabby.

"Oh ya Michael, ini Steven musuh bebuyutan ku." Gabby menoleh ke Michael, "Dan ini Michael sahabat baik ku."

Steven melihat ke arah Michael lalu mengangkat dagunya, memberi salam. Dengan canggung Michael membalas mengangkat dagunya. Gabby yang melihat interaksi mereka hanya bisa tertawa.

Merasa canggung dan asing akhirnya Michael berjalan ke tengah lapangan sendirian. Dia mengambil bola basket yang ada disana lalu mengamatinya. Tidak lama kemudian dia merasakan ada sosok yang berjalan mendekat ke arahnya.

Michael menoleh dan melihat teman perempuan Gabby yang tadi sedang berjalan ke arahnya. Rambutnya yang dikuncir terlihat acak-acakan, ada beberapa rambut yang terlepas dari kuncirannya.

"Hey, Michael ya?" Perempuan itu tersenyum, "Namaku Tashia."

"Hm, iya." Jawab Michael singkat.

Tashia berjalan mendekat yang membuat Michael merasa tidak nyaman. Perempuan itu lalu mengambil bola yang ada di tangan Michael dan mengajaknya bermain.

"Main basket yuk sama aku." Mata Tashia berbinar-binar.

Michael menggelengkan kepalanya lalu berusaha mengambil bola basketnya kembali.

Perasaan kecewa terlihat di wajah Tashia, dia mengerutkan keningnya, "Jahat banget sih."

Michael tidak menghiraukannya dan lebih memilih untuk diam melihat bola di tangan Tashia. Saat tidak menerima jawaban perempuan itu melempar bola basket ke arahnya.

"Dasar laki-laki." Gerutu Tashia. Perempuan itu melepas ikat rambutnya lalu jalan menjauh.

Setelah melihat perempuan itu menjauh, Michael mengambil bola basketnya. Dia melirik ke arah Gabby dan mendapati perempuan itu sedang berjalan ke arahnya.

Michael tersenyum lebar lalu menemui Gabby di tengah, "Ayo ajari aku main basket."

--

Setelah dua puluh menit berlalu Gabby menyadari kalau Michael bisa bermain basket. Meskipun laki-laki itu tidak lincah seperti Gabby tapi perempuan itu tetap terkesan. Hal lain yang disadari Gabby adalah ternyata Michael adalah tipe yang cepat belajar.

"Kamu... Ha... Cepat belajar juga." Seru Gabby. Perempuan itu membungkuk lalu memegang lututnya, nafasnya tersengal-sengal.

"Pelatihku hebat soalnya." Balas Michael.

Michael hanya perlu melihat satu contoh dari Gabby dan selanjutnya dia bisa mengikutinya. Baru kali ini Gabby merasa lelah bermain bola basket. Perempuan itu duduk lalu mengelap keringat di wajahnya dengan lengan bajunya.

Beberapa menit kemudian Gabby memanggil teman-temannya untuk main bersama.

"2 on 2?" Steven mengangkat kedua alisnya.

"Iya. Aku dan Michael," Gabby menunjuk temannya, "Kamu dan Tashia."

"Baiklah." Tashia memberi Michael tatapan dingin.

Namun tentu saja Michael tidak melihat wajah Tashia. Dia terlalu sibuk melihat interaksi antara Gabby dan Steven. Perasaan jelek itu mulai tumbuh lagi di dalam diri Michael.

Setelah selesai menentukan batas garis permainan, mereka mulai bermain. Tidak sampai lima menit Michael dapat memasukkan bola kedalam ring. Karena berdiri berhadapan, Michael baru menyadari kalau ternyata dia lebih tinggi daripada Steven. Michael tersenyum mengejek saat Steven tidak melihat ke arahnya.

"Suamiku memang hebat!" Teriak Gabby saat Michael kembali mencetak skor.

"Suami?!" Tanya Tashia tidak percaya.

"Ha? Kamu sudah menikah?" Steven mengambil botol minumnya.

Karena sudah semakin malam mereka memutuskan untuk selesai bermain. Takut diprotes oleh penduduk atau satpam perumahan. Selain itu besok mereka masih harus bangun pagi.

Michael mengalihkan pandangannya saat melihat tatapan bingung Tashia. Laki-laki itu duduk di lantai lalu mengelap keringatnya. Michael kemudian melihat Gabby duduk disebelahnya.

"Yah semacam itu, orangtuaku menginginkannya sebagai suami ku." Gabby mengambil botol Michael lalu meminumnya.

Steven menganggukan kepalanya dengan pelan, seakan-seakan berusaha mencerna ucapan Gabby. Laki-laki itu mengambil handuk di dalam tasnya lalu menaruh di pundaknya.

"Kalau begitu, waktu kita main lagi suruh suamimu untuk menggantikan Tashia." Steven meringis saat Tashia melempar botol kosong ke arahnya, "Kamu tahu kan dia nggak bisa main basket."

"Nggak!" Gabby berdiri lalu menarik tangan Michael, "Michael hanya boleh main basket kalau dia satu tim denganku."