webnovel

OVERLORD INDONESIA

Pada tahun 2138, game virtual reality berkembang dengan pesat. Sebuah game online populer, Yggdrasil diam-diam menutup gamenya. Namun, satu pemain bernama Momonga memutuskan untuk tidak log out. Momonga kemudian berubah menjadi sesosok skeleton "penyihir yang paling kuat". Dunia terus berubah, dengan karakter non-pemain (NPC) yang mulai memiliki emosi. Tak memiliki orang tua, teman, atau tempat dalam masyarakat, pemuda bernama Momonga ini pun kemudian berusaha untuk mengambil alih dunia game yang baru ini. Seperti apa kehidupan baru yang akan dijalani Momonga didunia asing yang mirip dunia game yang pernah ia mainkan dengan kawan-kawannya itu. Langsung saja dibaca... Semoga kalian semua menikmatinya... Thx *** Author = Maruyama Kugane Artist = So-bin TL. = Tinta_Arang ***

Tinta_Arang · ファンタジー
レビュー数が足りません
256 Chs

Menang

Zaryusu merasa tubuhnya diangkat keluar dari kegelapan, sangat nyaman.

Membuka matanya, sebuah dunia yang kabur menyambutnya, mirip dengan yang dia lihat ketika setiap kali dia bangun tidur.

Dimana aku? Mengapa aku tidur disini?

Dia memiliki banyak pertanyaan, dan di waktu yang sama menyadari beban seseorang yang menekan tubuhnya.

-Putih.

Zaryusu memandang warna putih itu, itu adalah yang pertama datang di kepalanya yang masih separuh tidur. Saat dia menjadi semakin bangun, dia mengerti apa itu.

Itu adalah Crusch, dia sedang tidur di atas tubuhnya.

"Ah..."

Aku selamat.

Zaryusu merasa lega dan hampir mengatakan itu dengan keras, tapi menahannya. Dia tidak ingin membangunkan Crusch yang masih tertidur, menekan hasratnya untuk menyentuh Crusch. Meskipun sisiknya sangat indah, dia tidak bisa menyentuh begitu saja lizardmen wanita tanpa pikir panjang.

Zaryusu menekan pemikiran tentang Crusch keluar dari otaknya dan memikirkan tentang hal lain.

Ada banyak hal yang harus dia pertimbangkan.

Pertama, mengapa dia ada disini.

Mencari-cari dalam ingatannya, dia mencoba untuk mengingat apa yang terjadi. Setelah melihat kehancuran Iguvua, kesadarannya terputus. Dia tidak tertangkap dan masih berbaring disini, itu artinya mungkin suku mereka telah memenangkan perang.

Untuk menghindari membangunkan Crusch, Zaryusu menghela nafas lirih. Dia merasa beban yang dia pikul baru-baru saja diangkat. Tapi setelah memikirkannya dengan tenang, masih ada beberapa kekhawatiran. Mereka masih tidak tahu tentang musuh ataupun tujuan mereka, ada kemungkinan besar musuh mereka akan menyerang lagi...Tidak, mereka pasti akan melakukannya.

Dia membiarkan otaknya beristirahat. Zaryusu merasakan kehangatan dari badan Crusch dan menghela nafas lagi.

Setelah ini, Zaryusu pelan-pelan menggerakkan tubuhnya. Seluruh tubuhnya bisa bergerak tanpa masalah. Dia kira tubuhnya sudah cacat, tapi untungnya tidak apa-apa.

Zaryusu teringat saudara seperjuangannya. Selain dari Crusch, tak ada orang lain disini. Apa yang terjadi dengan Zenberu? Dia tidak tenang, tapi sangat yakin lizardmen yang kuat seperti Zenberu pasti tidak apa-apa.

Crusch kelihatannya terbangun oleh gerakan Zaryusu dan bergerak, seakan sebuah jiwa telah disuntikkan ke dalam tubuhnya yang lemas. Dia seharusnya akan segera banung.

"Hmm..."

Crusch membuat suara yang manis dan menggerakkan matanya yang bingung untuk melihat sekitarnya. Segera setelah itu, dia menyadari Zaryusu yang ada di bawahnya dan tersenyum gembira.

"Muu--"

Crusch yang masih setengah tidur memeluk Zaryusu dan mengusap-ngusapkan badannya. Sama seperti seekor binatang yang ingin meninggalkan baunya ke sesuatu.

Zaryusu menjadi kaku, memperbolehkan Crusch mengusapkan badannya sesuka hatinya. Sebuah pemikiran jahat 'Aku tidak melakukan apapun' muncul di sudut otaknya.

Sisik yang putih dan lembut memang halus dan nyaman, mengeluarkan aroma tanaman obat yang memikat.

Seharusnya tidak apa memeluknya ya kan?

Ketika dia tidak bisa menahannya lagi, mata Crusch terfokus dan melihat tepat ke arah mata Zaryusu.

- Dan langsung menjadi kaku.

Menghadap Crusch yang tidak bergerak sambil memeluknya, Zaryusu penasaran apa yang harus dia katakan. Pada akhirnya, dia memilih sesuatu yang dia pikir tidak akan menjadi masalah.

"Bolehkah aku memelukmu juga?"

Kelihatannya tidak apa karena kehangatannya sudah masuk ke kepala.

Crusch membuat teriakan yang mengintimidasi dan ekornya bergoyang tidak karuan. Crusch lalu berputar-putar menjauh dari Zaryusu sampai dia menabrak dinding.

Dia bisa mendengar Crusch yang tergeletak sambil berkata 'Bodoh, bodoh, aku memang bodoh'.

"...Aku lega kamu selamat, Crusch."

Kalimat ini membuat Crusch mendapat ketenangannya kembali - tapi ekornya masih terus bergerak kesana kemari - ketika mengangkat kepala, dia tersenyum kepada Zaryusu.

"Kamu juga, senang sekali kamu juga tidak apa-apa."

Melihat wajah lembut Crusch, Zaryusu memiliki pikiran yang mesum, namun menekannya dan menanyakan pertanyaa yang baik.

"Apakah kamu apa yang terjadi setelah aku pingsan?"

"Yeah, kurang lebihnya. Setelah kamu mengalahkan Iguvua, musuh mundur. Kakakmu juga telah mengalahkan monster-monster itu dan menyelamatkan kita bertiga... itu adalah kemarin."

"Zenberu tidak ada disini..."

"Dia baik-baik saja. Dia memiliki kecepatan penyembuhan yang lebih cepat dan sadar setelah menerima mantra healing. Dia seharusnya sedang menyelesaikan akibat dari pertempuran. Aku kelihatannya juga pingsan karena kelelahan setelah mendengar semua itu..."

Crusch bangun dan duduk di samping Zaryusu. Zaryusu juga ingin bangun, tapi Crusch menghentikannya.

"Jangan memaksa diri, kamu memiliki luka yang paling serius dari kita semua."

Crusch mungkin sedang mengingat pemandangan waktu itu ketika suara menjadi semakin lembut.

"Senang sekali rasanya kamu tidak apa-apa..."

Zaryusu mengusap Crusch yang sedang melihat dan menenangkannya.

"Aku takkan mati sebelum mendengar jawabanmu. Aku juga sangat mengkhawatirkanmu."

Jawaban. Istilah ini membuat gerakannya terhenti.

Mereka tidak berkata apa-apa saat kamar itu menjadi gelap, dan detak jantung mereka hampir terdengar.

Crusch menggerakkan ekornya pelan-pelan, mengikat ekor Zaryusu. Ekor yang hitam dan putih saling terikat dan terlihat seperti dua ekor ular yang sedang kawin.

Zaryusu melihat ke arah Crusch tanpa suara, dan Crusch juga melihatnya, pantulan mereka bisa terlihat pada masing-masing mata.

Zaryusu menggumankan sesuatu dengan lirih. Tidak, itu bukan sebuah ucapan, tapi sebuah raungan. Itu adalah raungan yang dia ucapkan ketika pertama kali bertemu Crusch.

- Panggilan kawin.

Zaryusu tidak melakukan apapun setelah meraung-raung. Tidak, dia tidak bisa melakukan apapun keuali membiarkan jantungnya berdetak sangat kencang.

Beberapa saat kemudian, Crusch membuat suara yang sama - sebuah raungan. Raungan emosional yang sama sambil mengoyang-goyangkan ekornya, itu adalah - raungan untuk menerima panggilan kawin.

Ekspresi menggairahkan yang tidak bisa dijelaskan muncul di wajah Crusch, Zaryusu tidak bisa lagi melepaskan matanya dari Crusch. Crusch mendorong dirinya ke arah Zaryusu, posisinya mirip dengan saat mereka tertidur.

Hampir tak ada jarak diantara wajah mereka, kehangatan nafas yang tercampur, detak jantung mereka menjadi sama melalui data mereka yang saling bersentuhan, dan keduanya menjadi satu-

"Oh! Sedang sibuk!?"

Pintu terbuka dengan kuat dan Zenberu merangsek masuk.

Crusch dan Zaryusu menjadi kaku seperti patung es.

Zenberu melihat mereka berdua menjadi bingung - kepada Crusch yang sedang berada di atas Zaryusu, mendekati Zenberu tanpa berkata apapun.

Zenberu melihat ke arah mereka berdua bingung lalu condong ke depan.

"Gahhhh!"

Dia menerima dua pukulan di perut. Setelah menghembuskan nafas, tubuh raksasa Zenberu tersungkur di lantai.

"Woooo... pukulan yang sangat kuat... terutama Crusch... Gahh... benar-benar sakit..."

Tanpa menghiraukan Zaryusu. pukulan amarah dari lizardmen wanita bahkan bisa menang dari Zenberu. Itu tidak cukup untuk melampiaskan amarah mereka, tapi tak perduli seberapa banyak mereka memukuli Zenberu, suasana yang tadi takkan pernah kembali.

Mereka saling bergandengan tangan - itu adalah imbalan yang aneh setelah menghajar Zenberu. Zaryusu bertanya kepada Zenberu satu hal untuk menenangkan kekhawatirannya.

"Lupakan itu sekarang, aku punya pertanyaan untukmu. Aku dengar beberapa hal dari Crusch, tapi bisakah kamu katakan padaku bagaimana situasinya sekarang?"

Zenberu tidak perduli dengan dua orang yang bergandengan tangan itu dan menjawab:

"Apa kamu tidak tahu? Seluruh suku sedang mengadakan pesta kemenangan."

"Kakakku mengadakan pesta?"

"Benar sekali. Lagipula, hunter-hunter yang sedang berjaga mengawasi area dan tidak menemukan tanda apapun dari musuh, dan tak ada jejak pasukan bantuan atau kepungan. Akan sangat sulit untuk menyembunyikan pasukan yang besar seperti itu. Kita masih waspada, tapi kakakmu sudah memutuskan kemenangan. Aku kemari atas perintah kakakmu."

"Perintah kakakku?"

"Ya, kakakmu bilang - 'Shahaha, biarkan saja mereka berdua tidur bersama. Mereka mungkin sedang melakukannya, shahaha. Agak memalukan untuk menyela, tapi aku penasaran, shahaha."

"Jangan mengatakan omong kosong! Apanya yang shahaha?"

"Oh... tidak ada shahaha ..."

"Tidak mungkin kakakku tertawa seperti itu, yang benar saja.."

"Aku hanya mengekspresikan agar lebih jelas..."

"Kamu memang parah."

Sebuah rasa dingin yang setara dengan Icy Burst keluar dari mulut Crusch bersama dengan kalimat ini. Suara yang menakutkan itu bahkan membuat Zaryusu merinding. Zenberu yang sedang diceramahi gemetar dan menjadi kaku.

"Lalu, mengapa kamu kemari?"

"Ermmm, aku kemari untuk mengganggu...."

"Jika kamu berani mengatakan kamu kemari sebagai pihak ketiga, aku akan membuatmu merasakan semua magic yang bisa kupikirkan."

Zaryusu dan Zenberu sangat yakin Crusch tidak bercanda.

"Eh...Aku kemari untuk mengundang kalian ke pesta. Kita ada kunci dari kemenangan ini, ya kan? Kita tidak boleh melewatkan pesta. Dan kita harus mendiskusikan masa depan lizardmen pula..."

"Oh begitu..."

Setelah mendnegar penjelasan panjang lebar dari Zenberu, Zaryusu tersenyum kecut setelah menangkap maksud dari apa yang ingin dia katakan. Zenberu mungkin bermaksud : Mungkin saja akan ada pertempuran lain, sekarang adalah waktunya kita menunjukkan kekuatan mereka.

"Aku mengerti, apakah kamu akan pergi juga, Crusch?"

Crusch yang tidak senang menggelembungkan pipinya, terlihat seperti katak Delmas yang tinggal di wetland. Tapi Zaryusu berpikir dia tampak lebih manis.

"Jadi, apakah kita akan pergi?"

Zenberu dengan santai bertanya kepada Zaryusu dan Crusch yang sedang saling memandang mata satu sama lain.

"Ah...Yeah, kamu benar, ayo pergi."

Setelah mereka berdua mengangguk setuju, trio itu berjalan keluar bersama-sama. Ketika mereka berjalan menuruni tangga dan menginjak wetland, Zaryusu tiba-tiba menghilang dari pandangan Crusch dan Zenberu. Sesuatu yang besar tiba-tiba membuat pingsan Zaryusu.

- Bang voom voom splash.

Begitulah kira-kira yang terdengar.

Zaryusu menghilang dari pandangan mereka, dan digantikan oleh figur Rororo. Empat kepalanya berputar-putar penuh semangat, menekan hidung mereka kepada Zaryusu yang jatuh ke wetland.

"Rororo! Kamu baik-baik saja!

Zaryusu yang ditutupi oleh lumpur berdiri dan berjalan ke arah Rororo, dengan lembut dia mengusap badannya dan mengamati. Kelihatannya dia telah menerima perawatan magic, seluruh luka bakarnya telah sembuh, seakan dia tak pernah terkena luka sama sekali.

Rororo merengek saat dia melilit Zaryusu dengan semua kepalanya, hampir menutupi Zaryusu dengan pelukannya yang erat.

"hey hey hey, hentikan itu, Rororo."

Zaryusu tertawa saat dia Rororo dengan suaranya. Rororo hanya menangis bahagia, tapi dia melepaskannya.

Splash splash splash.

Zaryusu tiba-tiba mendengar suara berirama dari air yang terpercik, dan bingung ketika menemukan sumber suaranya.

Itu adalah Crusch. Dia sedang melihat Zaryusu dan Rororo dengan senyum yang lembut, tapi ekornya mengenai wetland dengan irama yang tetap.

Zenberu yang sedang berdiri di samping Crusch menyeret kakinya pergi dengan ekspresi kaku.

Rororo juga berhenti bergerak. Mungkin dia merasakan sesuatu yang salah.

"Ada apa?"

"Tidak, bukan apa-apa..."

Zaryusu melihat Crusch yang bertanya kepadanya pertanyaan yang membingungkan. Tak perduli bagaimanapun kamu melihatnya, Crusch tersenyum dan gembira bahwa Zaryusu dan Rororo kembali bersatu. Tapi entah kenapa, memberikan perasaan yang dingin.

"Aneh sekali..."

Crusch tersenyum lagi.

Rororo melepaskan Zaryusu dan akhirnya dia terbebas. Zenberu yang terlihat ketakutan akan sesuatu. Zenberu mungkin tidak taan dengan suasana aneh ini lagi dan merubah topik segera.

"Baiklah Rororo  kamu dan aku akan kesana."

Tentu saja, Rororo tidak mengerti bahasa lizardmen, tapi dia dengan patuh membiarkan Zenberu menaikinya dan berlari dengan kecepatan yang mengagumkan.

Setelah mereka berdua pergi, suasana aneh terasa antara Zaryusu dan Crusch.

Crusch memegang kepalanya lalu mengguncangkannya.

"Ah-- yang benar saja, apa yang kulakukan. Rasanya hatiku seperti bukan milikku saja. Meskipun ini tidak rasional, aku tidak tahan lagi. Ini seperti kutukan."

Zaryusu mengerti apa yang dia rasakan. Karena dia merasakan halyang sama ketika dia betemu dengan Crusch saat pertama kali.

"Sejujurnya, Crusch - aku sangat senang sekali."

"Apa?!"

Splash, suara yang keras dari air meledak. Zaryusu lalu bergerak ke samping Crusch.

"Dengar, bisakah kamu mendengarnya?"

"Hmmm?"

"Yang berhasil kita pertahankan juga adalah yang akan kita lindungi mulai sekarang."

Suara tawa yang riuh terbawa angin, mereka seharusnya sedang berpesta sekarang ini. Pesta untuk mengucapkan selamat tinggal kepada leluhur, merayakan kemenangan mereka dan bersedih terhadap yang telah tiada.

Wine pada dasarnya adalah benda yang mahal dan mewah. Tapi mereka berhasil memiliki beberapa diantaranya untuk pesta berkat suku Zenberu yang membawa salah satu dari empat harta yang menyediakan wine yang tidak akan habis. Dan karena semua suku sedang berkumpul disini, mereka bisa menikmati suasana gembira yang luar biasa ini.

Zaryusu mendnegar sorakan gembira itu dan berkata kepada Crusch dengan tersenyum:

"Ini mungkin belum berakhir, Supreme One itu mungkin akan menyerang, tapi meskipun begitu.. kita seharusnya bisa bersantai hari ini."

Zaryusu lalu meletakkan tangannya ke pinggang Crusch.

Crusch mengikuti arus dan menempel kepada Zaryusu, meletakkan kepalanya ke bahu Zaryusu.

"Mari kita pergi?"

"Yeah..." Crusch menjawab dan setelah ragu sejenak, dia berkata: "....Sayangku."

Dua lizardmen itu berjalan sama-sama, menghilang ke dalam gerombolan yang berisik tersebut.