webnovel

OUR JOURNEY

Judul sebelumnya: Rumitnya Persahabatan [REVISI] Entah berapa lama lagi kita dapat bersama. Intinya, waktu yang aku habiskan bersama kalian sangat berharga bagiku. Selalu ada canda dan tawa serta duka di setiap perjalanan kita

Enjizoo44 · 若者
レビュー数が足りません
134 Chs

Bab 92

"Kak Alex bertahan please," kata Alexia sambil mengendarai mobilnya.

Dia sudah khawatir dengan keadaan kakak laki-lakinya. Baru saja ia mendapat kabar jika Alex akan dioperasi.

"Alexa," panggil Ibunya.

"Kak Alex gak kenapa-napa kan Bu?" tanya Alexa dengan air mata yang tak kuasa ia tahan.

"Berdoa aja ya Nak, doain Kak Alex biar bisa ngelewatin masa ini," kata ibunya lalu memeluk Alexa.

Setelah selama lebih dari satu jam menunggu didepan ruang operasi, dokter dan dua orang suster yang menangani Alex akhirnya keluar dari ruangan operasi dengan raut wajah yang sedih.

"Gimana dok keadaan anak saya?" tanya Ibu Alex.

"Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin," kata dokter itu lalu menunduk dan pergi dari sana.

"Kak Alex nggak!" teriak Alexa lalu bersimpuh dilantai.

Sementara Ibu Alex sudah pingsan dan segera ditangani. Semua yang ada disana hanya terpaku dan tak tahu harus melakukan apa. Mereka masih belum percaya jika Alex telah pergi meninggalkan mereka.

"Bang Jay ini cuma mimpi Gue doang kan?" tanya Hao.

"Ini nyata Ho," jawab Bang Jay yang sedang menahan tangisnya.

"Bang Gue mau ketemu Alex!" kata Putra hendak masuk tapi ditahan Reiga.

"Put, kita nggak diizinin ketemu Alex untuk sementara. Tenangin diri Lo dulu," kata Reiga.

"Gimana caranya Gue bisa tenang? Temen Gue butuh Gue buat gantiin posisi dia Rei, biarin Gue aja yang gantiin posisi Alex," kata Putra.

"Kalau Lo nangis kaya gini, Alex bakalan susah buat ninggalin kita. Dia bakal kepikiran," jelas Reiga.

"Kak Alex jahat! Kak Alex tega ninggalin Alexa disini! Bawa Alexa kesana juga kak," teriak Alexa disela tangisannya.

"Alexa stop," lirih Hao lalu mengecup singkat pucuk kepala Alexa.

"Kak Alex ninggalin Gue Ho, Gue sendirian sekarang."

"Ada Gue sama yang lain disini, Lo gak sendiri," kata Hao.

Alexa semakin menangis karena perkataan Hao. Alexa juga memeluk erat Hao. Hao ikut merasakan kehilangan sama seperti Alexa. Begitu juga dengan yang lainnya.

Setelah keadaan mulai sedikit terkendali, Bang Jay menyuruh Reiga untuk menelphone teman-temannya yang lain. Tak butuh waktu lama, Andrew, Egi, Chris, dan Karin sudah sampai dengan wajah pucat.

"Nayara mana?" tanya Bang Jay.

"Dia nyusul," jawab Andrew.

Dengan tatapan kosong, Karin menatap ke arah ruangan operasi dimana Alex sedang terlelap.

"Karin gak tahu harus bilang apa ke Kak Alex sekarang, Kak Alex udah gak sama kita lagi sekarang. Karin cuma mau minta maaf sama Kak Alex kalau Karin nyakitin hati kakak selama ini," kata Karin dalam hati dengan air mata yang deras mengalir.

Mereka hanya bergulat dengan pikiran masing-masing, tanpa tahu apa yang akan mereka bahas selanjutnya. Mereka hanya menatap ke arah tubuh Alex yang sudah ditutupi oleh kain putih.

"Siku Lo kenapa?" Tanya Hao saat Nayara baru saja tiba.

"Ng itu..."

Dubrak!

Pada saat berlari Nayara tidak sengaja menabrak petugas yang membawa jenazah Alex. Sehingga tangan Alex tepat terletak diatas kepala Nayara, seakan-akan Alex ingin menitipkan semuanya kepada Nayara. Namun Nayara tidak tahu jika itu adalah jenazah Alex.

"Kak Alex gimana?" tanya Nayara.

"Alex udah gak sama kita lagi Nay," jawab Reiga dengan senyuman.

Disaat seperti ini Reiga malah tidak bisa menangis dan hanya ingin tersenyum. Padahal Reiga juga sangat sedih, namun dia ingin menjadi pilar yang dapat menguatkan teman-temannya.

"Jenazahnya yang Lo tabrak tadi," kata Egi. Sama seperti Reiga, Egi sama sekali tidak mengeluarkan air matanya.

Nayara lalu menyenderkan badannya di tembok dan menjatuhkan tubuhnya perlahan. Nayara lalu menangis sambil memegang lututnya.

"Nathan udah Lo kabarin Rei?" tanya Bang Jay,

"Belum Bang, tadi anak Nathan rewel soalnya. Gue gak enak ngasih tahu dia tadi," jawab Reiga.

"Tapi kita harus kasih tahu mereka, Nicholas juga harus tahu. Gimanapun mereka tetep sahabat-sahabat Alex," kata Bang Jay dan diangguki Reiga. Tidak butuh waktu lama, Nathan sudah datang bersama Freya.

"Alex mana?" tanya Nathan dengan napas yang memburu.

"Alex lagi di bawa ke kamar jenazah," jawab Hao.

"Kalian dari kapan disini?" tanya Nathan dan menatap tajam ke arah teman-temannya.

"Kenapa disetiap keadaan darurat Gue yang selalu tahu masalahnya diakhir? Gue bagi Lo semua itu apa sih? Katanya Gue sahabat Lo semua, tapi kok masalah gini Gue mulu yang dapet berita paling akhir?" teriak Nathan.

"Sayang, gak usah teriak-teriak tenang," kata Freya berusaha menenangkan suaminya.

"Kamu gampang tinggal bilang tenang, tenang itu gak gampang Fey," teriak Nathan.

"Nathan dia itu istri Lo, gak usah dibentak juga bisa kan? Lagian kita juga lagi nenangin diri, kita semua shock," kata Bang Jay.

"Gue kan udah bilang, Gue bakal utamain temen Gue dibanding apapun! Gu-,"

"Terus anak Lo? Lo tinggal? Dimana anak Lo sekarang? Lo titipin di mertua Lo? Gak malu Lo terus-terusan nyusahin mertua Lo? Gue ngerti Lo khawatir sama Alex tapi gak gini juga caranya. Lo mikirin perasaan Freya gak?" kata Bang Jay.

"Udah, kalian kalau mau ribut jangan disini. Kakak Gue pingin istirahat," kata Alexa.

"Kakak Gue gak suka kebisingan," lanjutnya sambil berjalan gontai ke arah ruangan Alex.

"Alexa," panggil Hao lalu memeluk Alexa erat.

"Lepasin Gue Ho, Gue pingin ketemu kakak Gue."

"Alexa stop," kata Hao.

"Kenapa Lo ngelarang Gue ketemu sama kakak Gue? Lo gak bakal bisa misahin Gue sama kakak Gue! Kakak Gue bentar lagi bakal ngehajar Lo karena udah berani ngelarang Gue! Tunggu aja!"

"Alexa! Kakak Lo udah ninggalin kita untuk selamanya! Dia gak akan balik lagi! Please kalian semua stop adegan drama ini, Alex gak akan seneng kalau kita saling teriak kaya gini. Ikhlasin dan doain dia," kata Reiga.

"Kakak Gue gak mungkin tega ninggalin Gue Reiga. Tunggu aja nanti pasti dia ngajak Gue juga," ujar Alexa.

"Kalian semua pulang aja, tenangin diri kalian. Biar Gue sama orang tua Alex yang nunggu di sini," kata Bang Jay.

"Bener kata Bang Jay, kita balik aja dulu gak enak juga sama pasien yang lain," kata Reiga lalu menuntun teman-temannya.

"Ho, Lo bisa ngatur emosi Lo kan? Lo yang bawa mobilnya. Bahaya kalau sampai Nathan atau Putra yang bawa," ucap Reiga.

"Iya Rei, kita kerumah Nathan, 'kan?" tanya Hao.

Reiga lalu menganggukan kepalanya dan segera mengendarai mobilnya dengan santai dan menuju kerumah Nathan. Perasaan sedih yang menyelimuti mereka semua, membuat mereka terdiam. Biasanya ada saja keluh kesah yang dilontarkan oleh salah satu dari mereka.

Tiba-tiba saja Putra mengingat memori pada saat dia dan semua temannya bertemu saat berusia tujuh tahun. Mereka semua masih lugu kala itu, dan belum tahu apa-apa. Bermain bersama dan tumbuh bersama, menjadi kenangan indah yang tak akan pernah mereka lupakan hingga kapan pun. Taman perumahan yang setiap tahunnya selalu direnovasi untuk kenyamanan warga, juga ikut menguatkan persahabatan kelimanya. Mereka layaknya sebuah keluarga walaupun tak sedarah.

Tanpa sadar Putra meneteskan air matanya. Belum pernah Ia merasa sangat kehilangan seperti ini. Pertama kali pula Putra meneteskan air matanya untuk seseorang yang telah ia anggap keluarga.

"Kak," lirih Karin lalu memeluk Kakaknya dan menangis sedu dipelukan kakak laki-lakinya.

"Mari kita doakan yang terbaik untuk almarhum Alex."

Seluruh orang yang dekat dengan Alex mencakupkan tangannya dan berdoa untuk Alex. Suara tangisan kini menggema diseluruh pelosok rumah Alex. Rumah yang sudah lebih dari dua tahun ini ia tinggalkan, dan sekarang dia kembali hanya untuk pamit karena tidak akan pernah kembali. Acara pemakaman berlangsung begitu cepat karena memang keluarga dan teman Alex tidak banyak.

Teman-teman Alex memutuskan untuk berkumpul dirumah Nayara, karena tidak ingin mengganggu kegiatan keluarga Alex. Mereka kaget karena melihat Nicholas membuka pintu dan matanya sudah mengalirkan air mata bersama Raya.

"Ray," panggil Freya.

"Nik," Bang Jay langsung memeluk Nicholas yang juga tak bisa menahan tangisnya.

"Kenapa Alex ninggalin kita Bang? Gue belum sempet pamit sama dia," ujar Nicholas.

"Dia udah tahu kok. Lo udah makan? Makan dulu jangan sampai Lo sakit terus nggak bisa doain Alex," kata Bang Jay.

"Yang lain juga ayo makan, Gue udah masak buat kalian semua," kata Mbak Andra.

Dengan gontai semua remaja itu berjalan ke arah ruang tamu dan mengambil makanan yang disediakan oleh Mbak Andra dan juga Freya. Mereka hanya menatap piring yang sudah berisi makanan tanpa berniat untuk memakannya. Pertama kali semua remaja itu diam didepan makanan, biasanya mereka akan berebut atau mengobrol ringan. Mbak Andra sudah tidak tahan melihat pemandangan ini lalu memeluk tubuh suaminya yang berdiri disebelahnya.

"Aku gak kuat Ayy lihat mereka kaya gitu. Aku sedih," katanya.

"Makan, jangan dipelototin gitu dong masakannya. Nanti keburu dingin," kata Freya sambil tersenyum.

"Soto lamongan makanan kesukaan Alex. Mau gak mau Gue harus makan ini biar Alex seneng," kata Hao dan memakan makanannya dengan air mata yang makin mengalir deras.

"Alah bilang aja Lo laper iyakan?" ejek Reiga.

"Iya itu juga haha," kata Hao dan menarik ingusnya.

"Astaga Kak Hao jorok banget sih!" teriak Karin yang matanya juga masih basah akibat menangis.

Mereka semua akhirnya tersenyum dan melahap makanan mereka. Walaupun terkadang air mata mereka jatuh, mereka berusaha untuk tidak menangis dan membangun suasana yang ceria.

"Makasih semua udah jaga kakak Gue selama ini. Gue baru tahu alasan kakak Gue lebih milih tinggal disini dari pada ikut keluar negeri, ya karena dia punya temen kaya kalian semua. Dia lebih nyaman ada dideket temennya dari pada ada di deket dikeluarga," kata Alexa.

Alexa memutuskan untuk tidak ikut acara keluarga karena dirinya sudah muak dengan segala drama yang akan keluarganya tunjukan. Tujuan utama drama itu adalah untuk mendapatkan warisan Alex.

"Yah Sa, Lo bikin mewek lagi. Yah tuhkan Gue nangis lagi," kata Hao.

Mereka semua menangis sekaligus tertawa. Nicholas, Nathan, Reiga, Putra dan Hao saling bergandengan tangan dan menatap satu sama lain. Mereka saling menguatkan tanpa perlu kata penjelasan.

"Makin gak kuat aku Ayy," kata Mbak Andra lalu menangis tersedu-sedu dipelukan suaminya.

"Kak Alexa, maafin kita udah nuduh Kak Alexa yang nggak-nggak. Sering ngatain juga hehe," kata Karin.

"Gue memang pantes dapet makian dari semua orang, karena Gue orang jahat. Kalian gak perlu minta maaf. Kalian anak baik," kata Alexa lalu mengelus satu persatu kepala mereka.

"Kak Alexa, jujur Gue gak pinter ngehibur orang jadinya Gue cuma mau bilang, kalau Lo perlu apa-apa inget ada kita. Kita keluarga Lo juga," kata Egi.

"Iya Egi, akhirnya Gue balik ke keluarga lama Gue."

"Permisi," panggil seseorang didepan pagar rumah Nayara.

"Kalian? Masuk sini," kata Raya.

Tiara, Reihan, Wulan, Rendi, Gisel, Bastian, William dan juga Justin datang berkunjung setelah mendengar kabar tentang Alex.

"Turut berduka cita ya kita Nay," kata Tiara lalu memeluk Nayara.

"Yang tabah ya Kak," kata Gisel kepada Nathan dan Nicholas.

"Makasih ya kalian semua udah dateng. Kenalin, Gue Alexa adik Alex," kata Alexa.

Setelah beberapa berkumpul di rumah Nayara, satu persatu remaja itu meninggalkan rumah Nayara dengan alasan ingin menenangkan diri. Hanya tersisa Nathan, Nicholas, Freya, dan Raya beserta anak-anak Nathan.

"Gak nyangka ya, temen kita udah ngeduluin kita," kata Freya.

"Dulu Gue benci banget sama Alex karena kerjaannya berantem mulu. Gara-gara dia Gue selalu dipanggil Bu BK," lanjutnya.

"Gue juga, sering adu mulut Gue sama tuh orang gara-gara sering ngelanggar aturan sama suami Lo," ujar Raya sambil terkekeh.

"Dulu Gue benci banget tahu sama Nathan, ehh sekarang malah jadi suami Gue," kata Freya sambil tersipu malu.

"Makanya gak boleh benci gitu sama orang," kata Nathan dan langsung mencium bibir istrinya.

"Udah halal mah bebas yah," kata Raya.

"Mau juga dihalalin Byy?"

"Diem kamu!"

"Besok Gue balik ke Jepang," kata Nicholas pelan.

"Cepet amat, gak nunggu minggu?" Tanya Nathan.

"Lo kira minggu kuliah libur? Nggak anjir, Gue harus nyelesaiin project Gue."

"Yakan kalau disini iya gitu, tapi sama aja sih karena sabtu minggu tetep ngerjain tugas."

"Njir Gue ngantuk banget, mau tidur," kata Nicholas lalu berlalu.

"Gue juga mau balik dulu Fey Nath, mau ketemu keluarga Gue."

"Nggak sama Nicholas?" tanya Freya.

"Dia pasti lagi sedih, Gue sendiri aja gak masalah. Duluan yah," kata Raya lalu pergi dari sana.

"Kok aku ngerasa kalau mereka berdua lagi ada apa-apa sih?" tanya Freya.

"Aku juga ngerasa, btw maaf kemarin aku bentak kamu sayang," kata Nathan lalu memeluk istrinya.

"Iya, kamu pasti terpukul banget kemarin. Makanya kamu tanpa sadar bentak aku. Tapi lain kali jangan diulangin yah, hati aku sakit pas kamu neriakin aku didepan orang banyak," kata Freya.

"Makasih sayang, I love you."

"I love you too."

Setelah pergi dari rumah Nayara, Putra, Hao, dan Reiga meutuskan untuk pergi ke club langganan mereka. Mereka lalu duduk didepan meja bar dan memesan minuman.

"Anjir masih pagi Lo udah kesini aja. Ada masalah lagi sama pacar Lo?" tanya seorang barista.

"Gak usah sok tahu deh Lo, buruan bikinin," kata Putra.

"Anjir sabar kali, btw Alex dah baikan belum?" Tanya barista itu lagi.

"Dia udah bahagia," jawab Hao.

"Maksud Lo Alex udah baik-baik aja gitu? Syukur deh udah lama gak main sama dia," ucap barista itu. Semua orang yang bekerja di club ini sudah kenal dengan mereka berlima. Selama SMA dulu, mereka sering datang untuk mengahabiskan waktu bolos mereka.

"Dia gak bakal bisa ketemu kita selamanya," ujar Reiga dan membuat si barista bingung dan terkekeh pelan. Pikirnya Reiga hanya bergurau.

"Owh karena setiap dia dateng Gue selalu nagih hutang? Bercanda anjir Gue," ucap barista itu.

"Maksud Gue bukan gitu anjing! Maksud Gue Alex udah bahagia disisi tuhan," kata Putra.

Barista itu menoleh tanpa ekspresi ke arah Putra dan kedua temannya. "Lo kalau mau bercanda jangan gitu lah anjir, perasaan dua hari yang lalu dia masih tidur deh diruangannya. Awas loh nanti beneran kejadian," kata barista itu dengan tangan yang bergetar. Dalam hati barista itu berdoa agar yang dikatakan Putra dan juga Reiga hanyalah gurauan.

"Tanpa minta pun tuhan udah ngambil Alex tanpa izin dari kita," ujar Hao.

"Jadi bener Alex udah gak ada?"

Prank!

Gelas yang dipegang oleh barista itu terjatuh, diikuti dengan satu botol beer.

"Shock Lo?" tanya Putra sambil tertawa.

"Matiin musiknya!" perintahnya.

"Ada apa Bang?" tanya salah satu DJ.

"Kapan dia meninggal?" tanya barista dengan wajah yang tidak santai.

"Kemarin malem," jawab Reiga.

"Siapa yang mati bang?" tanya dj yang tadi.

"Kok kalian nggak ada yang ngabarin kita di sini?" tanya barista itu.

"Kita gak bisa ngelakuin itu, kita masih trauma. Makanya kita kesini buat ngasih tahu kalian sekalian healing? Haha," jawab Reiga sambil terkekeh.

"Siapa sih yang mati? Dari tadi Gua nanya gak ada yang jawab perasaan."

"Alex harusnya gak berakhir kaya gini. Ini semua gara-gara Jesse!" kata barista itu dan mengepalkan tangannya kuat.

"Dia gak salah emang udah takdir Alex kaya gini. Lo harus bisa ikhlas," jelas Reiga.

"Jadi yang mati Alex?" teriak dj dan membuat seisi club terdiam. Semua yang ada disana sangat dekat dengan Alex. Jadi wajar saja jika mereka shock.

"Ikhlasin ya? Kayanya Gue gak bakal bisa ikhlas deh. Sahabat Gue mati kaya gini gara-gara Jesse!" kata Putra lalu meneguk asal botol beer.

"Kalau bukan Alex yang duluan mulai gak mungkin Jesse nyerang Putra gitu aja. Lagian kan waktu itu Alex juga udah jelasin kan ke kalian kalau itu semua terjadi karena emang murni kesalahannya Alex," jelas Reiga lagi. Dia hari ini harus banyak menjelaskan kepada temannya yang memiliki temperatur yang buruk.

"Seharusnya Jesse gak usah ikut campur sama urusan pribadi bawahannya," ucap Hao. Sepertinya Hao tidak bisa berpikir dengan jernih saat itu.

"Alex juga keroyokan kok sampai bikin anak buah Jesse mati."

"Jadi Lo lebih ngebela orang yang udah bikin sahabat Lo kaya gini? Lagian ngapain Lo pake percaya sama cerita Alex yang kaya gitu. Mungkin aja Alex bilang kaya gitu biar kita maafin Jesse," teriak barista itu.

"Itu Lo tahu kalau Alex pingin perdamaian. Alex pingin kita maafin Jesse dan lupain masa lalu."

"Ahh sialan Lo Rei!" bentak barista itu lalu menutup wajahnya dan menangis sejadi-jadinya begitupun dengan yang lainnya.

"Mungkin Gue terlalu banyak kasih kalian saran yang gak nyambung sama kalian, tapi Gue harus lakuin itu karena kalau nggak Lo semua pada bakal buat masalah dan bakal ngerepotin Bang Jay sama Mbak Andra."

"Di sini kalian rupanya. Minuman biasa satu ya," kata Bang Jay yang datang bersama Nicholas dan juga Nathan.

"Tumben Nicholas mau mampir, disogok apa Lo?" tanya Reiga.

"Tiket Gue disita sama Mbak Andra disuruh main sama kalian," jawab Nicholas lalu duduk disebalah Hao.

"Harus dipaksa dulu nih anak baru mau ikut. Buruan anjir minuman Gue mana?"

"Buat sendiri lah Bang udah gede juga. Gue lagi gak mood ngelayanin pembeli lebih tepatnya si tukang ngutang. Padahal Lo semua lebih kaya dari Gue, bisa-bisanya sering ngutang," kata barista itu tanpa menghentikan tangisannya.

Barista itu hanya bercanda soal utang piutang, karena jika dirinya sedang kesusahan maka semua temannya tak segan membantu jika mampu. Utang sering kali menjadi candaan dan sudah wajar saja bagi mereka.

"Yang gratis lebih enak dari pada bayar," jawab Bang Jay.

"Terserah Lo deh Bang, btw Lo habis nangis Nik?" tanya Barista itu dan menunjuk mata Nicholas.

"Nggak, mata Gue emang sensitif akhir-akhir ini jadi sering keluar air," bohongnya. Memang benar jika Nicholas sedang menangis di kamarnya tadi.

"Iya deh kali ini Gue bakal percaya sama Lo," kata barista itu.

Seharian penuh mereka habiskan untuk menegak minuman dan mengobrol hal random. Kafe itu sampai-sampai tidak menerima pelanggan dan menyuruh semua pegawainya untuk libur sehari.

"Udahan minumnya kali Nik, banyak amat Lo minum," kata Hao dengan nada khas orang mabuk.

"Lo juga stop anjir gak usah ngurusin Gue," kata Nicholas.

Sebagai orang yang paling anti akan alkohol, Nicholas dan Hao sudah mabuk padahal baru meminum empat gelas beer, sedangkan yang lainnya masih terlihat baik-baik saja meskipun sudah minum banyak beer.

"Bang Jay sama Nathan gimana keadaan rumah tangga Lo berdua?" tanya barista itu.

"Bang Jay habis ini pasti diomelin sama Mbak Andra karena pulang malem," ucap Hao asal.

"Terus Freya bakal ngambek dan gak bakal ngasih jatah buat Nathan sebulan," kata Nicholas.

Setelah mengatakan itu mereka berdua langsung terbaring karena tidak bisa menahan rasa pusing akibat pengaruh alkohol.

"Ajak pulang anjir nih orang dua, kasihan Gue ngelihatnya. Tumben-tumbenan kesini, sekali kesini langsung tepar," kata Putra sambil tertawa.

"Gue mau balik deh sekalian nganterin dua orang ini," kata Nathan dan bangun.

"Gue juga mau bantu istri Gue duluan yah," kata Bang Jay lalu membantu Nathan membopong Nicholas dan juga Hao.

Setelah mereka berempat pulang, sisanya masih lanjut minum dan melanjutkan obrolan yang tadi sempat tertunda. Hingga sudah sedikit mabuk dan memutuskan untuk pulang.

Reiga memutuskan untuk berjalan pulang, karena letak club itu masih dekat dengan rumahnya. Reiga menendang segala tumbuhan yang ia lewati. Mungkin itu cara Reiga melampiaskan kesedihannya.

"Alex, Lo itu udah kaya kakak buat Gue. Lo yang selalu ngelindungin Gue yang lemah ini. Lo tega banget ninggalin Gue sama yang lain di sini! Lo harusnya bisa bertahan dasar lemah!" teriak Reiga dan semakin membabi buta memukuli setiap tumbuhan yang dilewatinya.

"AKKKHHH!!! Kenapa tuhan ngambil sahabat saya? Saya masih kangen sama dia!!! AAKKKHHH SIALAN!!!!" teriak Reiga.

Entah dari mana datangnya, tiba-tiba terdengar bunyi guntur dan tak lama setelahnya hujan pun turun. Reiga yang sudah mabuk berat akhirnya terjatuh di atas aspal.

Kebetulan ada Lily yang baru saja kembali dari kampusnya berpapasan dengan Reiga. Lily ragu untuk menghampiri Reiga karena keadaan jalan yang gelap dan hujan yang sangat deras, mengakibatkan pandangan Lily menjadi buram.

"Anjir tuh orang ngapain tidur di jalan? Samperin kali ya?" setelah meyakinkan diri begitu lama, akhirnya Lily memutuskan untuk menghampiri orang yang tergeletak di atas aspal yang tak lain adalah Reiga.

"Lah Reiga? Ini orang ngapain disini? Dia gak punya rumah?" teriak Lily.

"Rei bangun, Lo ngapain disini? Rei," Lily mencoba untuk membangunkan Reiga karena tidak mungkin baginya untuk mengangkat badan Reiga yang lebih besar dua kali lipat dari pada badannya.

Mau tidak mau, Lily harus mengangkat Reiga dan membawanya ke halte bus yang tidak jauh dari sana.

"Bisa-bisanya Gue balik lagi kesini gara-gara nih orang. Padahal Gue kan mau pulang, mau bobok cantik gitu. Malah ketemu sama manusia satu ini!" omel Lily. Walaupun sebenarnya dia senang, tapi dia merasa sedikit kesal karena harus kerepotan.

Lily mengambil handphonenya dan berniat menelphone Nathan.

"Tapi kalau Reiga aja keadaannya kaya gini apalagi Mas Nathan. Pasti mereka mabuk bareng secara mereka sahabatan. Terus sekarang Gue mesti gimana?"

Setelah lama berpikir dan tidak menemukan solusi, Lily memutuskan untuk berhenti berpikir dan menemani Reiga sambil mendengarkan musik favoritnya.

Posisi Reiga saat itu berada disebelah Lily dengan kepala yang bersandar di bahu Lily. Tak lama kemudian, Christ dan Karin yang ditugaskan untuk menjemput Putra melihat Reiga sedang tak sadarkan diri. Christ lalu memutuskan untuk berhenti dan menghampiri Reiga.

Makasih banyak buat para readers yang udah nambahin cerita aku ke koleksi kalian. Makasih banyak juga buat readers yang udah setia baca cerita aku dari awal sampai sekarang. Untuk kedepannya aku bakal berusaha lebih keras lagi untuk membuat chapter di cerita ini lebih menarik. Stay tun!

Enjizoo44creators' thoughts