webnovel

OUR JOURNEY

Judul sebelumnya: Rumitnya Persahabatan [REVISI] Entah berapa lama lagi kita dapat bersama. Intinya, waktu yang aku habiskan bersama kalian sangat berharga bagiku. Selalu ada canda dan tawa serta duka di setiap perjalanan kita

Enjizoo44 · 若者
レビュー数が足りません
134 Chs

Bab 86

"Gue titip kakak Gue ya Ho," kata Alexa sebelum pergi menuju kampusnya.

"Sans, hati-hati ya Lo," kata Hao.

"Kak, Alexa tinggal bentar yah," kata Alexa sebelum pergi.

"Maafin Gue ya Lex, dulu Gue sempet benci sama adik Lo. Adik Lo ternyata orangnya baik yah sama kaya Lo. Makanya Lo cepet bangun biar bisa ketemu sama adik Lo," kata Hao di sebelah ranjang Alex.

"Gak kuliah Lo Ho?" Tanya Bang Jay.

"Nggak bang libur," jawab Hao.

"Gue juga," kata Reiga lalu merebahkan diri diatas sofa yang terdapat didalam ruangan tersebut.

"Rei Gue minta maaf," kata Hao.

"Sejak kapan sih kita tuh nyelesaiin masalah dengan kata maaf? Lo belum ngaku juga Gue udah tahu ini semua kesalahan Lo," kata Reiga sambil terkekeh.

"Sialan Lo!" Kata Hao lalu memeluk sahabatnya itu.

"Coba telfon Nicholas Rei, udah nyampe belum dia?" Kata Bang Jay.

"Udah deh kayanya. Kemarin dia berangkat jam sepuluh malem sekarang jam sembilan pagi. Udah kayanya tapi masih off dia," kata Reiga.

"Capek mungkin dia langsung molor deh dipelukan Raya. Atu tuh kenapa temen Gue semua pada punya gebetan sedangkan Gue nggak ya?" Kata Hao.

"Karena Lo wibu!" Kata Jason yang datang bersama Putri.

"Wish dateng-dateng ngehina aja Lu! Bawa apaan tuh? Bagi dong," kata Hao sambil menaik-turunkan alisnya.

"Ini Gue buat roti pisang coklat tadi, cobain. Tapi rasanya mungkin agak kurang karena baru belajar," kata Putri.

"Lah iya Lo kan pingin buka usaha toko roti yah Put? Sukses deh Lo," kata Reiga sambil mencomot roti yang dibawa Putri.

"Makasih Rei, gimana rasanya?" Tanya Putri.

"Kalau rasanya jujur menurut Gue lumayan enak, cuma teksturnya masih kaya lembek gitu gak sih? Kaya kurang mateng?" Kata Hao.

"Sok aja Lo Ho! Emang Lo bisa buat?" Kata Bang Jay.

"Ihh bang! Gue tuh cuma ngasih ulasan biar Putri bisa belajar dari kesalahan dia. Lagian dia kan baru belajar, wajar sih kaya gini hasilnya," kata Hao.

"Iya, Lo mesti jujur loh Ho! Baru Gue bisa belajar," kata Putri.

"Wihh pagi-pagi dah pesta aja nih. Bagi dong," kata William dan langsung masuk ke ruangan Alex.

"Lo ngapa dah Will?" Tanya Reiga dan Bang Jay.

"Sakit dia anemia," jawab Hao.

"Duduk sini, dari kapan Lo dirawat?"

"Dari tiga hari yang lalu deh kalau nggak salah. Nayara yang bilang," jawab Hao lagi.

"Udah makan?"

"...." Hao.

"Lo diem Ho! Gue selepet mampus Lo!" Geram Reiga.

"Emang Gue gerak tadi? Gue diem kali!" Teriak Hao tak mau kalah.

"Iya dari tiga hari yang lalu. Tapi nanti malem udah bisa pulang," kata William.

"Kemarin Lo tidur sama Nayara ya diatas kasur berduaan," kata Hao.

"Iyalah kak tidur dikasur," kata William.

"Ihh nggak gila! Posisinya itu loh, Nayara ada di bawah William," kata Hao antusias.

"Will?" Entah sejak kapan Nathan sudah berdiri diambang pintu bersama dengan Freya.

"Nggak ada Kak! Kak Hao! Jangan ambigu gitu dong ngomongnya! Kemarin Nayara cuma nenangin Gue doang," kata William panik.

"Nenangin apa nih?" Tanya Reiga sambil melihat kebawah William.

"Astaga serius Kak! Nggak gitu," kata William semakin panik.

"Gila sih Nath! Kemarin pinggang adik Lo dipeluk kenceng sama ni bocah," kata Hao semakin mengompori.

"Kalau ngajak Hao gibah asik juga kayanya," kata Freya.

"Baru tahu Lo Fey? Tiga tahun sekelas bareng loh," kata Hao.

"Fey jan ikut-ikutan gila yah. Cukup dia aja," kata Bang Jay sambil terkekeh.

"Freya, cobain nih roti buatan aku. Mungkin rasanya agak kurang karena baru belajar," kata Putri.

"Oh ini kamu yang buat? Wah, aku cobain dulu ya," kata Freya lalu melahap roti buatan Putri.

"Mmmhhh, enak banget," kata Freya sambil tersenyum.

"Serius?" Tanya Putri tak yakin.

"Iya, rasanya tuh unik banget terus rotinya agak lembek jadi suka," kata Freya.

"Syukur deh kalau kamu suka," kata Putri sambil tersenyum.

"Anak Lo, Lo kemanain Nath?" Tanya Jason.

"Sama bunda," jawab Nathan.

"Asik yah punya dua nenek. Ibu Gue cuma satu, belum lagi ngurus anak abang-abang Gue," kata Bang Jay.

"Tapi itu yang ngebuat emak Lu seneng bang. Makin banyak cucu makin bahagia emak Lu," kata Reiga.

"Buatin lagi sana adik buat si Zayn," ujar Hao.

"Gampang ya Lo nyuruh Gue buat lagi," ucap Bang Jay pelan.

"Emang susah? Malah enak kan tiap hari begituan," kata Hao yang mengundang emosi Bang Jay.

"Iya pas bikinnya enak. Tapi pas ngerawatnya puyeng ampe mampus Lo! Udah ah jangan bahas anak, kasihan bini Gue sendiri dirumah," kata Bang Jay dan menutup matanya menggunakan tangannya.

"Ya temenin lah kalau gitu. Ngapain Lo di sini kalo gitu?" Tanya Reiga.

"Gue lagi tengkar," jawab Bang Jay pelan.

"Owh, kalo masalah itu Gue angkat tangan deh bang. Takut diomelin ibu negara," kata Reiga.

****

Nayara sudah sampai di kelasnya sejak tadi. Beruntung dirinya tidak terlambat. Nayara merasa sepi karena William tidak ada di sebelahnya.

"William gimana Nay?" Tanya Rendi.

"Ya gitu," jawab Tiara.

"Paan sih Tir! Nay! William gimana keadaannya? Sakit apa?" Tanya Rendi sambil menggoyangkan tubuh Nayara.

"Udah baikan tadi, nanti malem udah bisa pulang. Dia sakit anemia," kata Nayara.

"Gue tebak Lo disuruh nemenin William ya Nay?" Tanya Tiara.

"Kok tahu?"

"Karena nebak aja kan memang mama Lo suka jodohin Lo sama William. Apalagi mama kalian berdua deket," kata Tiara.

"Ngapain sih Lo nggak mau sama William, Nay? Kan baik tuh anaknya tulus lagi," tanya Rendi.

"Gue masih berpikir," jawab Nayara.

"Jangan lama-lama kasihan William nungguin Lo mulu," kata Reihan dan ikut nimbrung.

"Bukan, maksud Gue, Gue masih berpikir tentang rumus ini," kata Nayara dan membuat teman-temannya kecewa.

"Nanti boleh jenguk William gak Nay?" Tanya Astrid.

"Ha? Kok tanya Gue? Tanya sama yang punya rumah lah," jawab Nayara.

"Ngg, anu itu Gue mau ngomong sama Lo," kata Astrid dan mengajak Nayara ke rooftop.

"Mau ngomongin apa?" Tanya Nayara. Mereka berdua sudah sampai di rooftop.

"Lo tahu kan Gue tinggal di lingkungan kaya apa?" Tanya Astrid.

"Iya...?"

"Kenapa Lo gak ngasih tahu semua orang?"

"Buat apa? Emang penting?"

"Emang hal itu nggak penting bagi Lo?" Tanya Astrid.

"Lo kenapa mau temenan sama Gue?" Tanya Astrid lagi.

"Gini ya Astrid. Gue gak ada waktu buat ngomongin tentang kehidupan Lo sama temen-temen Gue, Gue sibuk banget belajar lah, ekstra lah, les, dan segala macem. Dan Gue gak pernah nganggep Lo sebagai temen deket. Lo cuma temen kelas Gue doang," kata Nayara.

"Kenapa Lo kaya gitu ke Gue?" Tanya Astrid dengan mata yang berkaca-kaca.

"Karena Lo sendiri kan yang pingin jawaban itu? Supaya seakan-akan Lo yang paling menderita," jawab Nayara.

"Denger ya Astrid, Lo gak perlu hidup dibawah tekanan orang-orang yang bahkan gak tahu Lo. Jalanin aja hidup Lo kaya biasanya gak usah peduliin orang, Lo gak ngelakuin kesalahan 'kan?" Kata Nayara sambil memegang pundak Astrid.

"Gue mau temenan sama Lo karena Lo gak nyusahin atau ngerugiin Gue. Gue seneng malah punya temen banyak. Udah kan? Gue balik dulu," kata Nayara lalu membalikkan badannya.

"Lain kali kalau ngomongin hal yang gak terlalu penting gak usah manggil Gue," kata Nayara sebelum benar-benar pergi.

Astrid terpaku di tempatnya. Benar kata Nayara, Ia tidak boleh mendengarkan omongan orang yang bahkan tidak Ia kenal dan tak ada hubungan apapun dengannya.

Saya sudah memberi tag untuk buku ini, datang dan mendukung saya dengan pujian!

Enjizoo44creators' thoughts