webnovel

OUR JOURNEY

Judul sebelumnya: Rumitnya Persahabatan [REVISI] Entah berapa lama lagi kita dapat bersama. Intinya, waktu yang aku habiskan bersama kalian sangat berharga bagiku. Selalu ada canda dan tawa serta duka di setiap perjalanan kita

Enjizoo44 · 若者
レビュー数が足りません
134 Chs

Bab 57

"Nay gimana udah siap belum kejutannya?" Tanya Christ kepada Nayara yang sedang mempersiapkan dekorasi untuk ulang tahun Karin.

"Bentar lagi Egi sama Andrew masang LED nya ini sih udah kelar," jawab Nayara.

"Misi misi berat nih!" Kata Egi sambil membawa kardus besar.

"Karin jam berapa datengnya?" Tanya Andrew.

"Gue sih tadi bilang kita ga kumpul. Tapi Gue udah nyuruh Saka seminggu yang lalu buat jemput Karin hari ini," jawab Christ.

"Semangat Christ nembaknya!" Ujar Egi.

"Thanks! Saka kemana nih? Lama amat nongolnya," tanya Christ sambil mencari keberadaan Saka.

"Entah lah akhir-akhir ini Gue jarang banget ketemu sama dia," kata Egi sambil menghela napas.

"Apalagi Gue," jawab Andrew saat semua orang melihat ke arahnya.

"Lo Nay?" Tanya Christ.

"Gatahu," jawab Nayara sambil menaikkan bahunya.

"Khawatir Gue gimana kalau Saka lupa lagi sama hari ini?" Tanya Christ panik.

"Udah siap nih video nya. Buruan sana panggil Karin," perintah Egi sambil mendorong Christ keluar dari rumah pohon itu.

"Karin!" Pekik Christ saat melihat Karin berpelukan dengan Saka. Christ buru-buru mendekat dan mendorong tubuh Saka hingga mundur jauh ke belakang.

"Christ! Apa-apaan sih Lo?!" Teriak Karin ke arah Christ lalu menolong Saka yang terjatuh.

"Sial! Gue percayain urusan ini ke Lo tapi apa yang Lo lakuin di belakang Gue, ha?!" Teriak Christ dengan tangan yang sudah mengepal kuat.

"Christ dengerin Gue dulu," kata Saka sambil berusaha berdiri.

"Dengerin apa? Semuanya udah jelas! Udah lah lupain," kata Christ lalu meninggalkan keduanya.

"Christ dengerin Saka dulu," teriak Karin sambil menahan tangan Christ.

"Lepas! Lupain aja," kata Christ lalu kembali ke rumah pohon.

"Nah ini orangnya udah dateng," kata Andrew lalu berdiri di depan pintu.

"Nanti hitungan ke tiga langsung tembakin ya," kata Egi.

Nayara yang bertugas memegang kue terlihat sangat semangat. Akhirnya pintu terbuka dan...

"Surprise!!" Teriak ketiganya. Egi dan Andrew sudah menembakkan konfeti mereka.

"Loh? Kok sendiri?" Tanya Egi bingung.

"Karin mana?" Tanya Nayara sambil melihat ke belakang Christ.

"Hiiyaaa!" Teriak Christ lalu melempar kue yang di pegang Nayara ke kaca jendela. Christ juga membanting layar LED milik Egi. Menghancurkan seluruh barang yang ada di rumah pohon itu.

"Christ stop!" Teriak Nayara berusaha menghentikan Christ.

"Lo kenapa sih? Ngomong dong!" Kata Egi tak kalah frustasi.

"Keluar Lo semua!" Bentak Christ.

"Christ jangan kaya anak kecil dong," kata Andrew.

"Anak kecil? Terserah Lo!" Kata Christ sambil menunjuk Andrew tepat di depan matanya.

"Gue udah sabar dari tadi!" Bugh!

"Egi!" Egi menghantam wajah Christ dengan kepalan tangannya. Tak berhenti di sana, Egi juga melempar kepala Christ hingga terbentur ke kaca jendela dan mengeluarkan darah sangat banyak.

"Egi stop stop! Jangan bunuh Christ," kata Andrew berusaha mencegah Egi bertindak lebih jauh.

"Gue gatahu masalah Lo apa! Tapi kenapa Lo ngancurin LED Gue anj- aahhhkkk! Rusak kan ini! Gatahu lagi Gue gimana cara jelasin ke bokap Gue!" Kata Egi sambil memukul LED yang sudah rusak itu sehingga menjadi lebih rusak.

"A karena LED toh," gumam Nayara pelan.

"Bhaks! Bwahahahahaha," tawa ketiga pria itu seketika pecah dan mereka saling memeluk satu sama lain.

"Gue mau keluar dulu kalau gitu," kata Nayara hendak keluar namun baju Nayara di tarik oleh Christ dan Nayara pun jatuh ke pelukan tiga laki-laki itu.

"Mulai sekarang cuma Lo doang member cewek kita," ucap Egi.

"Terus Karin?" Tanya Nayara.

"Kita pikirin lagi nanti," jawab Egi.

Hingga kini Nayara masih tidak tahu apa yang sudah terjadi kepada ke-empat sahabatnya. Ia bahkan tidak tahu jika masalah yang di hadapin sahabat itu lebih rumit dan tidak jelas.

"Kayaknya Gue emang dilahirkan untuk sendirian deh," gumam Nayara.

****

"Yoo Bastian! Gisel!" Teriak Christ saat menemui Bastian dan Gisel.

"Udah balik ya Lo akhirnya," kata Bastian lalu memeluk Christ.

"Karin mana?" Tanya Gisel.

"Masih di kamar mandi tuh sama Dita. Andrew lagi parkir mobil," jawab Christ lalu duduk di kursi kosong.

"Gisel!!" Teriak Dita lalu memeluk teman yang sudah lama tidak Ia ditemui itu.

"Dita Gue kangen," kata Gisel.

"Gue juga Gisel! Gimana temen Lo yang koma itu? Udah baikan?" Tanya Dita sehingga membuat senyum Gisel perlahan pudar.

"Ih Dita Lo mah!" Peringat Karin.

"Eh sorry sorry ga bermaksud. Gimana kabar Lo berdua?" Tanya Dita berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Kita baik kok, kalian?" Tanya Bastian.

"Baik lah," jawab Andrew lalu bergabung dengan mereka.

"Anjay pak Andrew," kata Bastian lalu ber tos dengan Andrew.

"Siapa nama temen Lo yang koma itu Bas?" Tanya Andrew.

"Nayara," jawab Bastian.

"Nayara?" Kata Christ, Karin, dan Andrew dalam hati.

"Kenapa muka Lo bertiga kaya gitu?" Tanya Dita bingung.

"Nayara siapa?" Tanya Christ.

"Nayara Kanendra," jawab Gisel.

"Ha?" Kaget Karin.

"Apaan anjir Lo bertiga haha huhu," heran Dita.

"Nggak kok," bohong Karin.

"Ck! Aneh," kata Dita.

"Nggak mungkin Nayara temen kita dulu kan?" Tanya Karin berbisik ke arah Andrew dan Christ.

"Ga tahu juga," kata Christ.

"Lo kan masih tinggal di sebelah rumah Nayara, masak gatahu apa-apa sih?" Tanya Karin kepada Andrew.

"Dua hari yang lalu Iya Gue ketemu kak Nicholas sama Nayara. Tapi pas mau ngobrol malah keburu di telpon mama," jawab Andrew.

"Lo kasih tahu masalah Saka?" Tanya Christ.

Andrew pun menggeleng. "Gue takut malah bikin dia syok," jawab Andrew.

"Saka malah ngilang gini!" Kata Karin sambil menarik nafasnya panjang.

****

"Ayy kamu beneran mau ke Jepang? Aku juga deh," kata Raya sambil bergelayut manja di lengan Nicholas.

"Serius? Ayo kalau gitu," jawab Nicholas.

"Tapi aku bukan berasal dari keluarga kaya kayak kamu," kata Raya sambil menunduk.

"Kamu ga nyuruh aku bayarin kuliah kamu di Jepang kan Ayy?" Tanya Nicholas serius.

"Ih apaan nggak! Kenapa matamu kaya gitu?" Tanya Raya.

"Bercanda. Ga mungkin lah kamu kaya gitu Ayy," kata Nicholas sambil mengelus pucuk kepala Raya.

"Ck! Bikin takut aja dasar!" Bentak Raya.

"Mau main kerumah gak? Udah lama kan ga main," ajak Nicholas.

"Boleh deh kangen Tania Sania," kata Raya.

"Yaudah ayok," kata Nicholas.

"Tante Raya ada disini tuh Sania," kata Freya sambil melambai ke arah Raya dan Nicholas yang baru saja sampai.

"Tania ha-,"

"Sania!" Peringat Freya.

"Iya Sania halo, bababa," kata Raya membuat Sania tertawa.

"Ngapain di sini?" Tanya Nicholas.

"Mau nyari udara segar Om," kata Freya.

"Ayo masuk nanti masuk angin," ajak Nicholas.

"Penghuni rumah pada kemana Fey? Sepi amat," tanya Raya.

"Nathan, papa, sama mama lagi ke kantor. Nayara lagi mandi," jawab Freya.

"Nathan hebat banget kuliah sekalian ngantor. Hebat suami Lo," kata Raya.

"Aku ga hebat Ayy emangnya?" Tanya Nicholas.

"Ya beda! Kamu juga hebat tapi gak kaya Nathan," jawab Raya.

"Hmm!" Kata Nicholas.

"Ray temenin Gue beli belanjaan bulanan kuy?" Ajak Freya.

"Kuyy lah seneng banget nih Gue kalau di ajak shoping," ujar Raya semangat.

"Nicholas Gue pinjem Raya dulu yah. Twins mau Gue ajak juga," kata Freya.

"Owh oke nanti kalau ada apa-apa kabarin secepatnya," jawab Nicholas.

"Thanks kakak ipar," kata Freya lalu membawa Sania dan Tania di kereta dorongnya.

"Shampoo, sabun mandi, sikat gigi, odol, conditioner, detergen, tolong Ray," kata Freya sambil menyebutkan list barang belanjaannya.

"Eh Lo mau pasta gak?" Tanya Freya sambil melihat beberapa bungkus pasta dan mie instan.

"Fey Lu nyuruh Gue dorong dua gerobak gini susah tahu," kata Raya yang sedang kesusahan mendorong kereta bayi dan kereta belanjaan sendirian.

"Hehe maaf sini Gue dorong si kembar," kata Freya lalu mengambil alih kereta dorong putri-putrinya.

"Perubahan terbesar dalam hidup Lo setelah nikah apa Fey?" Tanya Raya.

"Perubahan ya? Negatif atau positif?" Tanya Freya.

"Negatif emang ada ya?" Tanya Raya.

"Ya semuanya ada positif dan negatifnya lah Ray. Yaudah Gue sebutin aja. Perubahannya tu hidup Gue lebih berarti. Kalau dulu Gue cuma hidup buat diri Gue, sekarang Gue hidup untuk suami dan putri-putri Gue," jawab Freya.

"Gue iri!!" Kata Raya.

"Kenapa? Jalanin aja Ray semua ada waktunya," jawab Freya.

"Gue mau kuliah di Jepang bareng Nicholas Fey," kata Raya tiba-tiba.

"Terus Gue sendirian dong? Eh Ray gila Lo!" Teriak Freya.

"Sssttt! Fey jangan teriak-teriak ihh," kata Raya sambil membekap mulut Freya.

"Seriusan Lo Ray? Gila sih Lo!" Kata Freya.

"Kok Lo kaya gitu sih? Bukannya ngedukung!" Omel Raya.

"Emang Gue pernah ngedukung Lo?" Tanya Freya.

"Ha?! Oke fine! RLBK! Rival lama bersemi kembali!" Kata Raya lalu berjalan mendahului Freya.

"Yah Ray bercanda doang kali tunggu elah. Sania Tania lihat noh tante kalian ngambekan. Nanti kalian jangan kaya gitu ya anak mama," kata Freya.

"Ish Lo dukung kek makanya!" Kata Raya akhirnya menyamakan langkahnya dengan Freya.

"Iya Gue dukung kok Ray, kapan mau berangkatnya?" Tanya Freya.

"Minggu depan hehe," kata Raya.

"Yah Ray harus sering-sering temenin Gue belanja nih. Mulai besok Lo harus selalu ikut belanja sama jalan-jalan oke?" Kata Frrya.

"Iya Fey tenang aja sebentar doang cuma empat tahun," jawab Raya.

"Sebentar empat tahun? Sebentar? Gila Lo lumutan Gue nungguin Lo!" Bentak Frrya.

"Ssshhh! Dibilangin jangan teriak-teriak! Kaya di hutan Lo!" Kata Raya.

"Abisnya Lo bikin kesel Gue," kata Freya mempoutkan bibirnya.

"Ya terus aku kudu piye?" Tanya Raya.

"Auk ah!" Kata Freya lalu mengambil barang random.