webnovel

OUR JOURNEY

Judul sebelumnya: Rumitnya Persahabatan [REVISI] Entah berapa lama lagi kita dapat bersama. Intinya, waktu yang aku habiskan bersama kalian sangat berharga bagiku. Selalu ada canda dan tawa serta duka di setiap perjalanan kita

Enjizoo44 · 若者
レビュー数が足りません
134 Chs

Bab 106

"Sebenernya kamu masih sayang gak sih sama aku?" Teriak Raya kepada Nicholas.

"Kamu tuh kenapa tiba-tiba marah sih? Aku gak ngapa-ngapain padahal," ucap Nicholas yang masih fokus dengan tabletnya.

"Kalau di ajak ngomong lihat sini dong!" Bentak Raya lalu merebut tablet milik Nicholas secara paksa.

"Apa lagi sekarang? Aku sibuk, bisa kan nanti aja kita bahasnya?" Tanya Nicholas yang mencoba meredam emosinya.

"Gak bisa! Dari kemarin kamu selalu ngehindar dan bilang bakal bahas di lain hari. Tapi sampe detik ini kamu masih belum ngasih tahu aku apa yang sebenernya terjadi sama kamu," ucap Raya sambil menangis. Nicholas hanya diam dan menunduk.

"Gini aja deh, kamu masih mau aku jadi pacar kamu apa nggak? Kalau kamu udah bosen sama aku kita mending putus," kata Raya dengan susah payah.

"Putus? Aku nggak mau putus!" Teriak Nicholas.

"Terus? Terus kamu maunya apa? Jawab Nicholas!" Kini teriakan Raya semakin kencang.

"Kasih aku waktu! Kasih aku waktu. Aku gak tahu sampai kapan tapi, please kasih aku ruang untuk sendiri. Aku juga bingung sama diri aku sendiri akhir-akhir ini. Aku gak mau kehilangan kamu. Maafin aku," kata Nicholas lalu membawa Raya yang sedang menangis ke pelukannya.

"Aku gak tahu harus gimana lagi hiks, aku takut kamu ninggalin aku. Aku cuma pingin biar semua jelas di antara kita. Kamu diemin aku udah lebih dari satu bulan lamanya. Aku…"

"Shh jangan di lanjutin lagi. Sekarang mending kita tidur aja. Pasti capek 'kan?" Kata Nicholas lalu menuntun Raya untuk masuk ke kamarnya.

Nicholas dengan sayang mengelus rambut Raya. Walau pun sudah ada Nicholas di sampingnya, namun Raya masih saja menangis.

"Kamu masih nangis?" Tanya Nicholas.

"Nggak hiks," jawab Raya.

"Masih itu namanya."

"Kamu makanya jangan cuekin aku mulu, aku sedih. Kamu juga sering marahin aku gara-gara hal sepele."

"Iya maafin aku yah. Tidur dong jangan begadang," akhirnya setelah beberapa lama Raya pun tertidur. Nicholas perlahan turun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju balkon dengan secangkir teh hangat.

Nicholas menatap langit yang bertaburan bintang terang. Jujur saja, Nicholas tidak begitu tertarik dengan hubungannya dengan Raya sekarang. Namun, di sisi lain dirinya juga tak ingin kehilangan Raya. Dia harusnya tak menyatakan perasaannya kepada Raya waktu itu. Dia lebih nyaman menganggap Raya sebagai sahabatnya saja, di banding sebagai kekasihnya.

Ting

Satu notifikasi masuk ke ponsel Nicholas. Nicholas menghela napasnya lalu segera mengambil jaket dan keluar dari apartemennya. Nicholas datang ke sebuah kedai ramen yang berada tak jauh dari apartemennya.

"Hubungan Lo sama Raya ternyata masih berjalan baik yah?" Kata seorang wanita yang duduk di hadapan Nicholas.

"Ya gak sebaik itu juga sih," jawab Nicholas.

"Mau pesen apa Lo? Biar Gue yang bayarin, sebagai ungkapan terimakasih Gue karena Lo udah nyelametin Gue waktu itu. Gak usah sungkan," ucap Wanita yang tidak lain adalah Bella, mantan Nathan.

"Gue gak ada waktu, buruan kasih tahu Gue maksud Lo nyuruh Gue kesini itu apa?" Kata Nicholas.

"Ya cuma buat ngucapin makasih lah, kan udah bilang. Lo senggang katanya," kata Bella.

"Gue emang senggang, tapi Gue gak mau habisin waktu Gue buat orang kaya Lo," kata Nicholas penuh dendam.

"Lo marah sama Gue karena Gue selingkuh dari adik Lo?"

"Bukan cuma itu, gara-gara Lo Nathan jadi hamilin Freya!"

"Apa? Jadi, Freya sama Nathan udah nikah?" Tanya Bella kaget.

"Kalau Lo nggak ngelakuin itu mungkin aja adik Gue sama Freya masih bisa nikmatin masa muda mereka. Nathan sama Gue bakal bisa perusahaan kita sendiri," pertama kali di dalam hidupnya Nicholas memiliki dendam kesumat terhadap orang lain. Memang benar dirinya dan Nathan banyak merencanakan kegiatan di masa depan. Namun, karena kesalahan Nathan, Nicholas harus mewujudkan rencana yang mereka bangun sendiri. Memiliki perusahaan atas namanya sendiri adalah impian Nicholas.

"Nathan udah ngelupain Gue secepat itu? Mereka bahagia gak Nik?" Tanya Bella dengan tatapan kosong.

"Iya, mereka bahagia banget dan hidup bareng anak kembar mereka. Jadi, jangan harap Lo bisa ngusik keluarga adik Gue. Atau kalau nggak, lihat aja apa yang bakal Gue lakuin untuk nyiksa hidup Lo," kata Nicholas lalu pergi meninggalkan Bella sendirian.

"Nathan cuma boleh punya anak sama Gue," kata Bella dengan senyum liciknya.

"Dari mana?" Tanya Raya kepada Nicholas yang baru saja datang.

"Habis ketemu temen tadi, kok bangun?" Jawab Nicholas sambil mengusap kepala Raya.

"Kamu emang mau aku gak bangun-bangun selamanya?"

"Nggak gitu, ini aku beli bubur kacang hijau. Kebetulan ada kenalan dari Indonesia yang jualan di deket sini," kata Nicholas.

"Owh ya? Mau dong," kata Raya. Nicholas lalu menyiapkan bubur untuknya dan untuk Raya.

"Byy, kamu inget Bella kan?"

"Hmm, kenapa sama dia? Mantan Nathan kan?"

"Sebenernya…"

"Apa?" Tanya Raya dan fokus menatap Nicholas.

"Nggak deh," jawab Nicholas.

Mereka pun melanjutkan kegiatan makan mereka dengan sedikit obrolan ringan. Suasananya tidak seburuk kemarin.

****

"Nay, kapan Kak Niko bakal balik?" Tanya Andrew yang sedang bermain ke rumah Nayara.

Andrew sedang menemani Nayara di rumahnya saat in

"Lusa, kenapa emang?" Jawab Nayara.

"Nggak,Gue cuma pingin tahu aja. Oh ya Nay, waktu itu Gue lihat Saka turun dari mobil William sama Astrid, abis kemana?"

"Oh itu, kita habis ke bioskop abis itu makan malem," jawab Nayara.

"Dih gak ngajak-ngajak tega Lo," kata Andrew.

"Awalnya cuma pergi sama temen SMA Gue doang, tapi Gue ketemu sama mereka lagi jalan berdua. Kita tawarin deh dan mereka mau. Jadi itu cuma gak sengaja ikut aja," jawab Nayara.

"Btw, Lo dari tadi buka tutup hp, buku nyari apaan sih anjir? Kesel Gue ngelihat Lo kagak selesai-selesai masak dari tadi."

"Mau nyari resep, Gue mau belajar masak. Nanti Lo kasih tahu hasilnya yah," kata Nayara.

"Gue jadi juri gitu? Oke siip," kata Andrew dengan senang hati.

Nayara mulai kegiatan memasaknya. Pertama Nayara mencuci bahan makanan yang akan ia gunakan, lalu memotong, membuat kaldu, memasukan semua bahan makanan sesuai resep, dan menunggu agar dagingnya matang. Setelah matang, Nayara menyajikan masakannya di piring yang cantik. Nayara memasak sop daging sapi.

"Wihh dari plating nya nih kelihatan mewah banget. Enak nih Nay pasti," kata Andrew.

"Yang jujur ya Lo nilainya," kata Nayara dan memerhatikan Andrew.

Andrew menyendok makanannya dan menyuapkan ke dalam mulutnya. Andrew sangat terkejut karena masakan Nayara sangat enak.

"Nay sumpah Gue gak bohong, ini enak banget! Lebih enak dari pada beli di luar sumpah," kata Andrew.

"Beneran? Menurut Lo William bakal suka gak?" Tanya Nayara.

"Bahkan chef Juna gak akan bisa nolak sop ini. Suruh dia kesini sekarang," kata Andrew. Nayara menganggukan kepalanya dan segera menelpon William. Tak berselang lama, William sudah sampai dan seperti biasa selalu saja ada Justin yang mengekori William jika pergi ke rumah Nayara.

"Halo Kak Nay, lama gak jumpa," kata Justin dan langsung duduk di sebelah Andrew.

"Kata William Lo masak sesuatu yah? Mau coba dong," kata Justin.

"Sebentar yah Gue ambilin dulu," kata Nayara lalu menyiapkan sup untuk William, Justin, Andrew, dan dirinya.

"Kamu yang masak?" Tanya William.

"Iya, tapi kalau rasanya nggak enak maklumin yah. Aku jarang masak soalnya," kata Nayara.

"Pasti enak," kata William.

Justin dan William lalu mencoba sup buatan Nayara. Mereka terpukau karena kelezatan sup yang di buat oleh Nayara.

"Hmm, enak banget Kak Nay sumpah," kata Justin.

"Beneran nih?"

"Iya serius, Gue boleh gak sih tinggal di sini aja biar bisa rasain masakan Lo setiap hari? Enak-enak semua soalnya," kata Justin.

"Emang kapan Lo pernah Gue masakin?"

"Waktu Gue sakit Lo kan yang bikinin Gue bubur? Sumpah itu enak banget sih, another level of lezat pokoknya," kata Justin sambil mengecup jarinya.

"Bukan Gue itu yang buat, tapi William."

"Iya deh Gue pura-pura percaya aja. Lagian dia mana pernah masak," kata Justin.

"Itu Gue yang masak ya kampret! Biasanya juga selalu Gue yang masak kalau gak ada Mama. Dari mana Lu tahu kalau Gue gak bisa masak, ha?" Ucap William yang hampir memukul Justin.

"Tapi seriusan itu William yang masak Kak Nay? Kok Gue sulit mempercayai fakta itu yah?"

"Beneran itu William yang masak, nasi goreng buatan dia juga enak loh."

"William Kakak idaman sih," kata Andrew.

"Ehh Gue balik duluan yah, mau ada tugas kelompok. Makasih ya Nay makanannya, lain kali kalau butuh juri buat masakan Lo panggil aja Gue yah. Duluan ya," kata Andrew lalu pergi dari sana.

"Kak Nay, rumahnya Kak Astrid dimana sih? Gue gak pernah di kasih tahu sama dia dimana rumahnya. Katanya masih di perumahan ini 'kan?" Tanya Justin.

"Gue juga kurang tahu sih, Gue juga gak pernah di kasih tahu sama dia. Mau ngapain emangnya Lo?" Tanya Nayara.

"Nanya doang sih," jawab Justin lalu mengalihkan pandangannya.

"Lo suka ya sama Astrid?" Tanya Nayara dan membuat Justin melotot.

"Mana ada kaya gitu, Gue cuma penasaran doang kok," jawab Justin.

"Nayara kan cuma nanya Jus, ngapain Lo ngegas? Berarti bener Lo suka sama Astrid," ujar William.

"Nggak sumpah, Gue gak suka dia. Dia itu fans pertama yang Gue inget," jawab Justin.

"Mau Gue suruh gak orangnya kesini? Soalnya setiap Lo kesini selalu nanyain dia mulu," kata Nayara.

"Kalau Lo mau ya terserah sih ini kan rumah Lo. Bukan Gue yang minta ya," kata Justin berharap Nayara benar-benar menyuruh Astrid datang.

"Ehh gak jadi deh, Astrid pasti lagi sibuk kerja partime. Lain kali aja Gue suruh dia kesini," kata Nayara.

"Y-ya terserah Lo sih Kak Nay. Gue ngikut Lo aja," kata Justin dengan raut wajah kecewa.

"Bercanda, bentar ya belum di angkat nih telponnya," kata Nayara.

"Makanya kalau suka sama cewek tuh gak usah diem-diem. Sampai kapan pun Lo gak akan dapetin dia kalau gini caranya. Nyatain perasaan Lo," ucap William dan menatap dalam mata Justin.

"Halo, Astrid? Lo sibuk gak? Oh gitu ya, nggak ini Justin di rumah Gue. Katanya dia mau ketemu sama Lo. Kalau Lo sibuk kapan-kapan aja ketemunya. Iya deh, yaudah yah Gue tutup," kata Nayara di telpon.

"Katanya diusahain dateng, dia lagi kerja soalnya," ucap Nayara pada Justin.

"Belajar jujur sama perasaan," kata William lagi.

"Ini kali pertama Gue jatuh cinta sama cewek."

"Biasanya emang sama cowok?" Tanya William dan mendapat pukulan halus dari Justin.

"Bukan anjir, Gue gak pernah suka sama cewek sebelumnya. Yakali Gue suka sama cowok, gak normal Gue," ucap Justin dan membuat Nayara dan William terkekeh.

"Gue tahu Gue gak se-pro Lo dalam hubungan asmara, tapi Gue juga lagi berusaha," kata Justin. Laki-laki itu menundukkan kepalanya.

"Kalau seandainya Astrid suka sama cowok lain gimana Jus?" Tanya Nayara sehingga membuat Justin menatapnya.

"Ha?"

"Kalau seandainya Astrid suka sama orang lain, gimana? Lo relain atau berusaha menangin hati dia?" Tanya Nayara lagi.

"Gue relain, kareana Gue juga masih ragu. Apakah yang Gue rasain ini beneran cinta atau cuma sekedar rasa suka biasa," jawab Justin.

"Lo lebih dewasa di dalam hal ini daripada Gue. Percaya sama Gue, kalau cinta sejati gak akan pergi walau pun ada halangan yang mengganggu. Kalau kalian di takdirkan bersama gak akan ada rintangan yang nggak bisa kalian lewati," kata William.

"Iya lah Gue lebih dewasa dari pada Lu. Gue gak bikin Kak Astrid merasa gak nyaman di deket Gue. Gak kaya Lo ke pacar Lo yang sekarang," kata Justin.

"Yaudah deh ya, Gue mau balik duluan ada latihan bentar lagi. Gue bawa mobil Lo dulu ya Will, suruh aja nanti Kak Nay nganterin Lo," kata Justin lalu pergi dari rumah Nayara.

"Lo naik taksi aja, Gue gak mau ngerepotin Nayara," teriak William ke arah Justin yang sudah menghilang dari balik pintu.

"Seenaknya aja tuh bocah," kata William yang sedang kesal.

"Gapapa, nanti aku anterin kamu," kata Nayara sambil mengelus kepala William.

"Sayang, aku bantu kamu cuci piring. Kamu duduk aja," kata William yang langsung merapikan semua perabotan yang berantakan.

"Kalau gitu aku mau nyiapin kue ya buat camilan kita berdua. Kamu mau kue rasa apa Will?"

"Sayang, manggilnya pake Sayang," kata William tanpa mengalihkan pandangan dari tumpukan piring kotor. Namun, Nayara malah menghiraukan dan menaruh beberapa kue, serta jajanan yang lainnya lalu membawanya ke ruang tamu.

"Kak Freya? Kapan balik Kak?" Tanya Nayara kepada Freya yang baru saja sampai.

"Kemarin sih, baru sempet kesini soalnya ada masalah sama Nathan," jawab Freya.

"Kalian berantem?" Tanya Nayara sambil membantu Freya mendorong kereta bayinya.

"Nggak, si Nathan sakit gara-gara lembur dua hari. Disuruh minum vitamin tapi dia gak mau," jawab Freya lalu duduk dan merebahkan tubuhnya di sofa.

"Kak Nathan kan alergi vitamin Kak," ucap Nayara sehingga membuat Freya bangun dari rebahannya.

"Ha? Serius kamu Nay? Kok dia gak bilang sama Kakak sih?"

"Dari kecil sih, tapi kayanya Kak Nathan gak mau di bilang rewel makanya gak bilang," kata Nayara.

"Punya suami gengsian emang susah ya Nay. Capek Gue sumpah ngadepin dia mulu," kata Freya.

"Kak, jajannya di makan, biar pusingnya mendingan," kata Nayara.

"Baik banget adik ipar Gue," kata Freya dan mengacak rambut Nayara lalu mengambil camilan dan memasukannya ke dalam mulutnya.

"Ehh ada Kak Freya, kapan dateng Kak?" Tanya William yang baru saja menyelesaikan kegiatan mencuci piringnya.

"Ehh ada calon adik ipar. Kemarin datengnya," jawab Freya.

"Halo Tania, Sania," sapa William dan bermain bersama Nia Twins dan Nayara.

"Kak Nathan kemana nih Kak?" Tanya William.

"Masih di kafe Bang Jay sama temennya. Mereka lagi ngobrolin tentang hal serius katanya, gak tahu apaan," jawab Freya.

"Owh, gimana keadaan Gisel sama Bastian? Baik-baik aja kan mereka?" Tanya Willam lagi.

"Iya mereka baik kok. Kayanya mereka butuh waktu buat nyesuain diri di sana," jawab Freya. William menganggukan kepalanya dan lanjut main bersama Tania dan Sania.

"Gue nitip Nia Twins dulu yah, Gue mau istirahat sebentar. Gapapa kan?" Tanya Freya. Freya harus memanfaatkan tenaga William dan Nayara saat ini.

"Iya gapapa Kak, Kakak istirahat aja. Biar kita yang jagain mereka," ucap Nayara.

"Kalau nangis bangunin aja Gue yah. Makasih loh sama kalian berdua," kata Freya lalu berjalan menuju kamar lamanya yang dulu ia tinggali bersama Nathan.

"Nostalgia banget sumpah," kata Freya saat baru saja memasuki kamar mereka.

"Sayang, ajak mereka ke gazebo yuk? Mereka kayanya juga jenuh di dalem ruangan mulu," kata William.

"Boleh," kata Nayara lalu menggendong Sania. Sedangkan Tania di gendong oleh William.

"Mereka udah bisa merangkak belum sih?" Tanya William.

"Udah kan, sebulan yang lalu kalau gak salah Kak Freya pernah post di ignya," kata Nayara.

"Oh ya? Kok aku gak lihat ya?"

"Mungkin gak kamu follow, akunnya Kak Freya di private. Perintah Kak Nathan," kata Nayara.

"Posesif yah," kata William sambil terkekeh.

"Masih posesifan kamu lah, kalau aku ngobrol sama cowok kamu langsung berubah jagi monster," kata Nayara.

"Aku? Wajar tahu, aku dapetin kamu tuh butuh perjuangan yang sangat sulit. Harus berhadapan sama Jesse, belum lagi ngadepin sikap dingin kamu. Aku gak akan ngebiarin orang lain dengan mudah rebut kamu dari aku. Enak aja mereka," omel William.

"Kalau aku yang mau gimana?"

"Bisa gak sih gak usah nanyain gimana? Aku juga gak tahu harus gimana kalau kamu yang mau," kata William.

"Bercanda, jangan takut. Aku milik kamu sekarang," kata Nayara. William lalu menarik tubuh Nayara dengan satu tangan, karena tangan satunya masih menahan tubuh Tania dan mencium kening Nayara.

Cekrek!

"Nah udah cocok nih di pajang di kamar kalian berdua," kata Egi yang sengaja memotret Nayara dan William.

"Egi kapan Lo balik?" Tanya Karin yang juga datang dari arah depan.

"Baru aja nyampe, Gue kangen sama kalian. Sekalian liburan sabtu minggu sih," jawab Egi.

"Terus senin Lo gak sekolah? Ihh dasar tukang bolos," kata Karin mengejek.

"Sekolah mah masalah gampang. Gue harus ketemu kalian dulu baru Gue bisa serius sekolah. Kangen banget sumpah sama kalian semua. Christ, Andrew, sama Saka dimana? Tadi Gue cari ke rumahnya malah kagak ada," kata Egi.

"Mereka lagi ada di kafe Bang Jay bareng Kak Putra sama yang lainnya. Serius banget lagi bahas sesuatu," jawab Karin.

"Jadi penasaran apa yang mereka bahas. Yaudah Gue nyusul mereka dulu ya," kata Egi lalu pergi dari sana.

"Kapan Nia Twins dateng Nay?" Tanya Karin sambil menguyel pipi Sania.

"Kemarin katanya," jawab Nayara.

"Ponakan Gue juga mau main kesini nanti malem. Gue pingin ngenalin mereka ke Lo," kata Karin.

"Baru tahu Gue kalau Lo punya ponakan," kata Nayara.

"Gue juga baru tahu sih, padahal umur ponakan Gue udah lebih dari dua tahun haha," kata Karin sambil tertawa.

"Ehh Gue gak bisa lama-lama di sini. Tadi Gue di suruh cepet-cepet pulang sama Mama Gue soalnya. Gue pulang yah," kata Karin lalu meninggalkan rumah Nayara juga.

"Kalian deket banget yah satu sama lain," kata William.

"Mungkin kalau gak ada konflik dulu kita juga bakal sama kaya kisah-kisah masa lalu orang lain," kata Nayara.

"Maksudnya?"

"Mereka bikin janji untuk gak berpisah sampai kapan pun. Tapi karena masa depan, mereka harus berpisah dan ngambil jalan hidup masing-masing. Kalau gak ada konflik waktu itu, kita bakal sama aja berakhir kaya yang lain. Karena konflik itu kita jadi bisa mahamin satu sama lain lebih dalam lagi," kata Nayara.

"Kamu pasti bahagia banget waktu kecil. Semoga kelak aku bisa bikin kamu lebih bahagia dari ini ya Sayang," kata William.

"Gimana cara kamu bikin aku bahagia?" Tanya Nayara.

"Mau bikin baby?" Tanya William dan membuat Nayara memalingkan wajahnya.

"Heh! Jangan ngomongin hal kaya di depan anak Gue, setan!" Teriak Nathan yang baru saja kembali.

"Awas aja Lo berani ngapa-ngapain adik Gue sebelum halal. Gue pastiin Lo gak akan hidup tenang sumpah," kata Nathan dan mengambil alih Tania dari tangan William.

"Kalau Gue mau tanggung jawab gimana Kak?" Tanya William dengan wajah menantang.

"Mau Lo tanggung jawab atau nggak, yang bakalan kena semua ejekan itu Nayara. Jadi Gue gak peduli kalau seandainya terjadi sesuatu sama kalian, Gue janji bakal ngancurin seluruh kebahagiaan Lo selamanya," kata Nathan dengan wajah yang sangat serius.

"Gue janji bakal jagain Nayara kaya Gue jagain Ibu Gue. Gue bakal bikin dia bahagia. Selamanya," kata William menatap Nathan.

"Gue harap Lo bisa megang kata-kata Lo. Dan satu hal lagi, Gue gak akan segan-segan bunuh Lo kalau air mata adik Gue jatuh karena Lo," ucap Nathan.

"Kok kalian jadi berantem sih? Udah deh gak usah lebay," kata Nayara lalu meninggalkan mereka berdua di gazebo. Nayara merasa tenang jika kakaknya bersikap posesif, dia juga bahagia mendapatkan William yang bisa membuatnya tersenyum setiap saat.

Senyuman Nayara perlahan memudar ketika bayangan senyuman Jesse lewat begitu saja di benaknya.

"Oke, Gue bakal terima kalau Gue belum bisa lupain Jesse. Waktu adalah obat terbaik," kata Nayara lalu mulai menyemangati dirinya lagi.

"Tania mana, Nay?" Tanya Freya yang baru bangun.

"Itu sama Kak Nathan," jawab Nayara.

"Owh, Gue mau bikinin mereka makanan. Bantu jaga sebentar lagi yah," kata Freya lalu berjalan ke dapur. Btw, Freya akan menginap di rumah mertuanya semalam. Itu adalah permintaan Sherina. Sherina sangat merindukan cucu-cucunya dan tentu saja menantunya. Sherina masih ada acara bersama teman lamanya.

"Tumben main kesini Kak, kerjaan udah selesai emangnya?" Tanya William.

"Kalau belum ngapain Gue kesini? Mama nyuruh Gue nginep semalem karena dia kangen," jawab Nathan.

"Waktu Lo ngelakuin itu sama Kak Freya, Lo sadar atau mabuk?" Tanya William.

"Mabuk, gak sengaja. Ngapain Lo nanya kaya gitu? Itu bukan jadi alasan Lo…."

"Bukan gitu, cuma nanya doang. Oh ya, Lo udah tahu belum kalau Kak Bella masuk di kampus dan jurusan yang sama sama Kak Nicholas?" Tanya William.

"Nggak, dari mana Lo tahu?" Tanya Nathan balik.

"Dia ngepost di ignya sih," jawab William.

"Dia yang udah bikin ini semua terjadi, tapi Gue harus berterimakasih sama dia. Kalau bukan karena dia, Gue gak akan ketemu sama dua malaikat Gue," kata Nathan lalu mencium Tania yang dari tadi sibuk bermain dengan telinganya.

"Segala kesalahan pasti ada hikmah yang bisa diambil, yakan Kak?" Kata William.

"Iya bener, tapi kalau Lo ngelakuin kesalahan ke adik Gue, hikmah yang Lo ambil ya bisa ketemu sama pencipta Lo," kata Nathan dan sukses membuat William bergidik ngeri.

Mendapatkan cinta Nayara bukanlah satu-satunya tantangan yang harus dilalui William agar bisa menjadikan Nayara miliknya seutuhnya. Dia harus menghadapi keluarga Nayara yang super posesif, dan juga keluarganya yang sangat menyayangi Nayara. Dia juga harus memastikan jika kelak Nayara tidak hidup kesusahan.

"Ngapain Lo bengong? Masuk yuk, Gue belum makan," kata Nathan.

"Tadi Nayara masak sup loh Kak," kata William.

"Masih gak? Males banget kalau Gue cuma di kasih tahu tapi gak bisa ngerasain," kata Nathan.

"Masih kok Kak," kata William sambil terkekeh.

Mereka berdua akhirnya masuk ke dalam kamara. Dan melanjutkan obrolan mereka di dalam.