Selama itu terasa hampa banget, tanpa kehadiran kekasih dalam hidupku. Meski hanya sesaat sebagai teman, tak mungkin kalau suatu saat pasti bakal berjumpa dengannya. Namun, kenyataan memang enggak ketemu. Terlintas dalam pikiran hanyalah, "Mungkin tidak ya orang tuanya melarang bertemu denganku?" misalkan, ya berarti fix bahwa perempuan tersebut sudah enggak mau berteman. Sayang banget berpikiran seperti itu, padahal tali silaturahmi sangatlah penting sekali.
Itu menurutku sedangkan orang lain entahlah pasti bakalan berbeda denganku. Hmmm ... tanpa adanya kecuali, aku perlu merenung pada saat itu. Entah kenapa selepas menyendiri maupun merenung pikiranku mulai bertindak aneh? Apa karena tidak ada saling mengingatkan satu sama lain? Wah ... berarti selama ini aku salah dong, tanpa sengaja kulihat perempuan itu sedang mengawasi anak kecil dari jarak jauh. Padahal aku lagi di Masjid Agung, Manonjaya. Masa sih tidak melihatku dari sana?
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください