webnovel

Warm (1/2)

...

"Lin, kau atur jadwal rapat untuk besok, pastikan rapat kita tidak mengganggu aktivitas lain"

"Baik Jane" - Jane membuka pintu ruangannya melesat masuk dan langsung merebahkan tubuhnya disofa panjang.

Drrrt

Drrrt

Baru saja ingin memejamkan mata sebentar, ponselnya malah bergetar ringan, Jane meraba meja disebelahnya tempat dia meletakkan ponselnya, diliriknya ternyata sebuah pesan masuk dari My Prince.

My Prince?

Apa?!

Sejak kapan dia mempunyai kontak dengan nama 'My Prince'?!

"Ishh apa-apaan ini? 'My Prince' membuatku ingin muntah saja" gerutu Jane, kemudian langsung membuka pesannya.

From : My Prince

Baby, apa kau baik-baik saja? Aku khawatir padamu, dia-Raeyon benar-benar menguras emosimu tadi.

"Astaga, apa dia pikir aku selemah itu sialan!"

Jane kembali melanjutkan acara untuk memejamkan sejenak matanya tidak lama sekitar 5 menit Jane sudah menuju alam mimpi.

***

"Hyung! Ayo makan siang bersama kami" teriak June yang sudah berada dipintu keluar ruang latihannya.

"Kalian saja, aku masih ada urusan sebentar June"

"Baiklah, kami duluan! Bye!!" June menghilang setelah kalimat terakhirnya, meninggalkan Bobby sendirian.

Bobby merogoh saku celananya meraih ponselnya, mencari kontak bertuliskan 'My Princess' kemudian menekan tanda hijau dilayar untuk panggilan disana.

Sudah 3 kali ia menelpon namun Jane tidak mengangkat ponselnya, tanpa bertele-tele lagi Bobby beranjak dari tempatnya menuju ruangan Jane.

Ruang latihan Bobby dan ruang kerja Jane terpaut 5 lantai, Bobby berada dilantai 10 sedangkan Jane berada dilantai 15.

Bobby bergegas memasuki lift, berhimpitan diantara karyawan lain karena ini sedang jam makan siang.

Ting.

Pintu lift terbuka, Bobby langsung melesat keluar menuju ruangan Jane, namun baru saja sampai didepan ruangannya, Lin langsung menariknya untuk menjauh.

"Apa-apaan kau Lin? Aku ingin bertemu Jane"

"Hei! Kau tidak bisa menemuinya sekarang, CEO sedang didalam!"

"Mengapa CEO ada didalam? Apa ini ada kaitannya dengan kejadian rapat tadi?" Tanya Bobby penasaran seraya memicingkan matanya yang sudah sipit.

"Bukan urusanmu, sebaiknya kau pergi saja sana, memangnya kau tidak lapar ini waktunya jam makan siang kan?" Ketus Lin.

"Tentu saja ini juga urusanku"

"Kau bilang urusanmu? Memangnya kau siapa berlagak seakan mengenal Jane saja" cibir Lin dengan raut wajah tidak menyenangkan jika dipandang.

"Siapa aku? Itu urusan aku dan Jane kau tidak perlu tahu"

"Sialan kau B! A—"

Cklek

(Suara pintu dibuka)

Lin tidak melanjutkan kalimatnya dan Bobby bersikap senormal mungkin didepan CEO yang kini sedang tersenyum kearah mereka.

"Hai B, bagaimana MV mu? Apa pembuatannya sudah dimulai?"

"Belum, rencananya baru akan dimulai minggu depan" jawab Bobby santai tidak lupa menampilkan senyum kelincinya.

"Baiklah" Mr. Ming-CEO seraya tersenyum kemudian kembali menatap Bobby "Apa yang sedang kau lakukan disini?"

Bobby kembali menampilkan senyum bodohnya sedangkan otaknya sedang bekerja keras mencari-cari alasan untuk pertanyaan dari Tuan Ming-CEO.

"Aku kesini menemui Lin, dia menjual Ramen Jepang asli buatannya sendiri dan rasanya enak, aku pernah sekali membelinya, jadi aku ingin memesan satu untuk besok tapi saat kuhubungi dia tidak mengangkat telpon dariku jadi aku langsung saja kesini" Bobby berucap dengan sangat santai tanpa rasa gugup sedikitpun, pembohong yang handal.

"Benarkah? Kalau begitu kapan-kapan aku ingin mencobanya juga Lin" Lin hanya tersenyum menanggapinya, rasa kesal dan marah bercampur jadi satu ketika melihat senyum Bobby yang menjengkelkan.

"Baiklah kalau begitu, aku akan pergi sekarang" Bobby dan Lin membungkuk sopan, setelah CEO sudah memasuki lift, Bobby langsung masuk begitu saja keruang kerja Jane dan mengunci pintunya tanpa memperdulikan Lin yang berteriak memanggilinya.

Jane mengalihkan atensinya kearah pintu, terlihat Bobby menuju kearahnya sambil tersenyum manis.

"Baby apa kau baik?" Bobby benar-benar khawatir jika kekasihnya ini dimarahi oleh CEO karena masalah tadi.

"Hm"

"Apa CEO memarahimu?" Bobby mencoba berhati-hati untuk bertanya hal semacam ini, karena kelihatannya Jane sedang dalam mood buruk sekarang eh? Tidak sadar diri kau B, Jane memiliki mood buruk jika berdekatan denganmu hahaha~~

"Tidak"

Jane tidak memperdulikan Bobby yang terus menatapnya dari tadi, ia hanya sibuk untuk mengurusi berkas-berkas dimejanya yang menumpuk seperti sampah, memang gila orang yang bernama Mr. Kang itu tidak becus mengurusi pekerjaannya sampai menumpuk seperti ini, apalagi semua hasil kerjanya menurut Jane asal-asalan saja.

"Yang benar saja, Dia tidak memarahimu?"

Jane menghela nafas kasar lalu menatap tajam lawan bicaranya "Jadi, apa kau ingin aku dimarahi?"

"Menurutmu?"

"Ck! Menyebalkan, mungkin hanya kau satu-satunya didunia ini yang menginginkan kekasihnya kesusahan"

"Hahaha~ kau sudah makan siang?"

"Belum"

"Mau aku pesankan sesuatu? Aku ingin makan siang denganmu hari ini baby"

"Aku tidak"

"Kalau begitu bagaimana jika aku yang memakanmu?" Jane menatap tajam keretina Bobby, menunjukkan raut wajah tidak senangnya.

"Ini dikantor jika kau lupa Rabbit" Bobby mengitari meja dan berhenti tepat disamping kursi Jane.

"Kenapa jika dikantor? Tidak ada orang disini kan?" Seraya menampilkan smirk nakalnya.

"Kupatahkan lehermu jika kau berani macam-macam padaku saat kita berada kantor" sarkas Jane, namun lagi-lagi hanya ditanggapi senyuman oleh Bobby, sepertinya Jane benar-benar sudah membuat hormon bahagianya mengembang.

"Aku hanya bercanda baby, kenapa kau emosi sekali hm?"

"Jika kau hanya berbicara terus dan bukannya memesan makan siang sebaiknya kau keluar dari ruanganku" ketus Jane.

"Aku tahu kau akan menurut pada kekasihmu ini baby" ucap Bobby santai seraya mengelus kepala Jane sayang, sedangkan Jane malah memutar bola matanya jengah.

Bobby beranjak dari tempatnya kemudian menelpon untuk memesan makanan. Setelah sekitar 30 menit menunggu pintu ruangan Jane diketuk dan langsung dibuka oleh Bobby karena tadi Bobby yang menguncinya dari dalam, tampilah Lin dengan raut wajah kesal melihat Bobby dengan menenteng 2 kantung makanan ditangannya.

Lin masuk, kemudian langsung menyiapkan makanan mereka-Jane dan Bobby.

Suara Lin mengintrupsi Jane yang dari tadi sibuk dengan laptop dimejanya "Jane makanlah dulu dan berhentilah berkutat pada benda persegi sialan itu"

"Hahaha~ apa aku tidak salah dengar Lin? Barusan kau mengumpat? Kukira kau tidak bisa mengumpat" Jane berjalan kearah sofa yang disana sudah berada Bobby dan Lin.

"Aku sedang kesal, sekarang jelaskan padaku apa hubunganmu dengan laki-laki menyebalkan ini" Lin menunjuk Bobby yang berada diseberangnya dengan dagunya.

"Tidak ada"

"Bohong"

"Aku tidak"

"Kau iya Jane"

"Astaga, aku tidak Hyolyn"

"Baiklah jika ada rahasia, aku akan memberitahu Alex sabtu kemarin kau tidak pulang" ketus Lin, kemudian mulai bangkit dari sofa.

"Astaga Lin! Apa kau sejahat itu padaku?! Baiklah baiklah! aku tidak akan merahasiakan ini darimu! Tapi jangan beritahu apapun pada Alex!" nego Jane memelas meminta iba dari temannya.

Lin kembali mendaratkan bokongnya nyaman di sofa "Baiklah, jadi bisa kau jelaskan sekarang apa hubunganmu dengan Bobby?"

Bobby tersenyum manis dan Jane bingung bagaimana harus menjelaskannya, baiklah Bobby hanya pacar kontrak ah pacar? Paksaan lebih tepatnya Bobby yang memaksanya baiklah jadi apa hubungannya sekarang? Bingung.

Bibir Jane keluh sudah sekitar 6 detik berlalu, ruangan sunyi menunggu jawaban Jane dan disatu sisi Bobby dan Lin penasaran apa yang akan dikatakan Jane.

"Jane-"

"Baiklah, baiklah Bobby adalah —" Jane menggantung kalimatnya, bola matanya melirik Bobby yang memberikan tatapan seolah-olah "katakan aku kekasihmu atau aku akan menjelaskan semuanya" baiklah Bobby kejam.

Lin memicingkan matanya heran, sebenarnya ada apa dengan Jane dan Bobby? Lin ingin membuka suara tapi Jane mendahuluinya.

"He is My Boyfriend"