webnovel

Off The Record: Ben's Untold Story

Ben baru berusia tujuh tahun ketika ia menyaksikan ibunya terbunuh di depan matanya sendiri. Peristiwa itu membuatnya terpaksa pergi dari tempat kelahirannya di Adelaide ke Bali, tempat keluarga ibunya berada. Kehidupan Ben di Bali berjalan dengan baik. Sampai sebuah peristiwa di penghujung masa SMA-nya membuatnya kembali terasing dan ia akhirnya pergi meningggalkan keluarganya. Ben bertahan hidup dengan mengandalkan kemampuan meretas yang ia miliki. Sambil bekerja di sebuah warung internet di Kota Jakarta, Ben melakukan peretasan demi mendapatkan uang tambahan. Bergabung bersama jaringan peretas bawah tanah, Ben melakukan peretasan ke sebuah lembaga keuangan. Namun aksinya tidak berjalan mulus dan membuat Ben tertangkap aparat kepolisian cyber. Namun, seorang anggota Intelijen datang menemui Ben sebelum ia dijebloskan ke penjara dan memberinya pilihan. Akankah Ben memilih untuk menghabiskan hidupnya di dalam penjara? Ataukah ia akan menerima tawaran yang diberikan oleh Intelijen tersebut? Temukan jawabannya hanya di Off The Record: Ben’s Untold Story ---- Hello, ini adalah original story untuk Ben. Salah satu karakter pendukung dalam karya author sebelumnya berjudul Bara. Karena beberapa pertimbangan akhirnya author memutuskan untuk membangun cerita sendiri untuk Ben. Untuk yang belum membaca novel Bara, jangan khawatir, karena kalian masih bisa menikmati cerita ini terlepas dari peran Ben di dalam novel Bara. Yang penasaran dengan sepak terjang Ben dalam novel Bara, ceritanya bisa dibaca di sini https://www.webnovel.com/book/bara_14129943905432205 Happy reading, everyone ^^ Cover source: Pinterest (If you know the artist, don't hesitate to get in touch with me on Instagram or Discord @pearl_amethys)

pearl_amethys · 現実
レビュー数が足りません
23 Chs

High School Love 3

"Ben, istirahat, Ben," ujar Bayu sambil menepuk punggung Ben yang tertidur sepanjang jam pertama sekolah.

Ben hanya melenguh pelan ketika Bayu membangunkannya. Akan tetapi ia tidak juga mengangkat kepalanya.

Bayu berdecak pelan melihat Ben yang tidak kunjung membuka matanya. Ia akhirnya memutuskan untuk berbisik di telinga Ben. "Nasi campur udah habis."

Seketika Ben menegakkan tubuhnya. Ia kemudian berdiri dan langsung berjalan ke pintu kelasnya.

"Dasar kerbau, urusan makanan paling cepat," ujar Bayu. Ia berdecak pelan menanggapi sikap Ben. Ia pun segera berdiri dari tempat duduknya. Sambil setengah berlari, ia menyusul Ben yang sudah keluar dari ruang kelas.

Setibanya di kantin sekolah, puluhan mata yang sudah terlebih dahulu ada di sana langsung mengalihkan perhatiannya pada Ben. Siapa yang tidak mengenal Ben di sekolah tersebut.

Posturnya yang tinggi jangkung, dengan rambut sedikit kecoklatan dan kulitnya yang lebih cerah jika dibandingkan dengan teman-temannya yang lain, membuatnya dielu-elukan oleh para wanita. Ditambah wajahnya yang sedikit kebarat-baratan, ia benar-benar menjadi bintang visual di sekolahnya.

Bahkan ketika ia mempromosikan ekstrakulikuler komputer, banyak siswi yang akhirnya mengikuti ekstrakulikuler tersebut dengan harapan bisa bertemu Ben. Meski pada kenyataannya Ben hanya membantu Bayu yang merupakan ketua dari ekstrakulikuler tersebut.

Dan saat ini, ia melangkah penuh percaya diri di kantin sekolah dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Ben langsung melangkah ke warung penjual nasi campur yang ada di kantin sekolahnya.

Ia yang berdiri di belakang siswa lain langsung menyembul di antara kerumunan tersebut. "Ni! Biasa! Satu!" teriaknya dari belakang antrian.

Si Pemilik warung langsung menoleh. Ia tersenyum sambil mengangguk mengerti. "Nanti diantar, duduk aja dulu."

Ben lalu segera melangkah mencari tempat duduk. Ia memilih bangku panjang yang ada di sudut kantin. Teman-temannya yang lain mengikutinya termasuk Bayu.

Bayu menepuk lengan Ben ketika ia duduk di sebelahnya. "Dengar-dengar ada yang mau nembak lu, Ben."

Ben langsung mengerutkan keningnya. "Emangnya gue burung? Pake ditembak segala."

Bayu berdecak pelan. "Ngga usah sok polos gitu, lah. Lu sendiri tahu kalo Devi udah lama suka sama lu."

Ben menatap Bayu dari balik kacamata hitamnya. "Lu sendiri suka sama Devi, kan?"

Bayu terdiam sambil memegang gelas air minumannya. Ia kemudian meraihnya dan langsung meminumnya.

Ben tertawa pelan melihat apa yang dilakukan Bayu. "Lu pikir gue ngga tahu kalo lu diam-diam suka sama Devi?" Senyum Ben terkembang ketika ia melihat Ibu penjual nasi campur di kantin sekolahnya datang ke mejanya sambil membawa piring berisi nasi campur dengan babi panggang kesukaannya.

"Ini gue baru kesukaan gue," ujar Ben pada Ibu penjual nasi campur. Ia kemudian tersenyum pada Ibu penjual nasi campur tersebut. "Terima kasih, Ni."

"Nanti piringnya langsung antar," ujar Ibu penjual nasi campur itu pada Ben.

Ben menganggukkan kepalanya dan Ibu penjual nasi campur itu pun segera kembali ke kedai kecilnya. Sambil mengaduk nasi campurnya, Ben kembali berbicara pada Bayu. "Kalau lu suka sama Devi, deketin dia. Kalau dia nolak, deketin lagi."

"Kemarin pulang bareng aja dia kesel banget," sahut Bayu. Ia menyuapkan mie ayam miliknya ke dalam mulutnya.

Ben mengunyah kulit babi panggang yang ada di dalam nasi campurnya. Bunyi kriuk-kriuk yang dihasilkan dari kunyahan kulit babi di dalam mulutnya menandakan betapa renyahnya kulit babi tersebut ketika beradu dengan gigi-gigi Ben.

Bayu tiba-tiba melirik pada Ben yang tengah menikmati nasi campurnya. "Jangan-jangan kemarin lu sengaja nyuruh Devi nebeng sama gue?"

Ben langsung menggelengkan kepalanya. "Gue emang kemarin mau langsung pulang. Terus gue inget kalo rumah kalian searah. Tapi, kalo lu mikir itu sengaja, silahkan aja."

Bayu terkekeh. "Sering-sering aja kayak begitu."

Ben berdecak pelan sambil menganggukkan kepalanya. "Bayarannya apa, nih?"

"Santai, sih. Nanti gue pinjemin PS sama kaset-kasetnya," jawab Bayu.

Ben langsung mengalihkan perhatiannya pada Bayu. "Bener, ya?"

Bayu mengangguk cepat. "Bener."

"Oke. Bisa diatur," timpal Ben.

Keduanya lalu sama-sama tertawa pelan sambil melanjutkan memakan makanan mereka masing-masing. Ben kembali menikmati nasi campurnya sementara Bayu menikmati mie ayamnya.

Baru sebentar Ben dan Bayu menikmati kembali makanan mereka, tiba-tiba salah satu teman mereka berbisik pada keduanya. "Eh, si Devi lagi jalan ke sini, tuh. Dia pasti mau deketin Ben lagi."

Ben tidak menanggapinya dan tetap menikmati nasi campurnya. Sementara itu Bayu sudah menyenggol-nyenggol lengan Ben ketika Devi tiba di hadapan mereka.

"Ben, bisa ngomong sebentar, ngga?" tanya Devi.

Bayu langsung berbisik pada Ben. "Benar, kan. Dia mau nembak lu hari ini."

Ben mendesah pelan. Ia lalu meletakkan sendok yang sedang ia pegang dan langsung mengalihkan perhatiannya pada Devi. "Bisa nanti aja, ngga? Gue masih makan, nih."

Devi sedikit memanyunkan bibirnya ketika melihat Ben kembali menikmati makanannya. Sementata itu, Bayu langsung berusaha untuk menghibur Devi. "Duduk dulu aja, Dev. Si Ben kalo makan cepet, kok. Mulutnya kayak kuda nil, jadi sekali nyuap langsung banyak."

Teman-teman Ben dan Bayu langsung sedikit menggeser tempat duduk mereka untuk memberi celah pada Devi agar bisa bergabung bersama mereka. Devi menghela nafas panjang dan langsung duduk di hadapan Ben.

Bayu tiba-tiba menjadi sedikit canggung ketika Devi duduk di hadapannya dan Ben. Meski perhatian Devi sepenuhnya kepada Ben, namun karena degup jantungnya yang tidak karuan ketika melihat Devi, walhasil itu membuatnya sedikit gugup.

Ben tidak menyadari jika Devi memperhatikan mata miliknya yang ia sembunyikan di balik kacamata hitamnya. Ia terus menikmati makanan yang ada di piringnya sampai habis tidak bersisa. Setelah itu, ia meminum air mineral dingin miliknya dan kembali mengalihkan perhatiannya pada Devi.

"Lu mau ngomong apa?" tanya Ben pada Devi.

Devi berdeham pelan. Ia tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya. "Ngga enak kalau ngomong di sini. Bisa ikut ke belakang sebentar, ngga?"

Ben menghela nafas panjang. Ia kemudian ikut berdiri dari tempat duduknya. Selanjutnya ia dan Devi melangkah ke area yang ada di belakang kantin sekolah. Diam-diam Bayu mengikuti keduanya.

----

Setibanya di belakang area kantin sekolah, Devi nampak gugup menatap Ben yang berdiri di hadapannya. Berulang kali ia menggigit bibirnya. Kata-kata yang ingin ia ucapkan sudah tertahan di pangkal lidahnya.

Akan tetapi entah mengapa kata-kata itu tidak kunjung keluar dari mulutnya. Sampai akhirnya Ben yang berinisiatif memulai pembicaraan. "Lu mau ngomong apa sampai ngajak gue ke sini?"

Devi menarik napas panjang dan mencoba mengumpulkan keberaniannya. Ia memejamkan matanya sejenak, lalu mulai mengeluarkan kata-katanya yang tertahan.

"Aku udah lama suka sama kamu," ujar Devi.

Ben bergumam pelan setelah mendengar ucapan Devi. "And then?"

"Aku mau mengenal kamu lebih jauh lagi," jawab Devi.

Ben menghela nafas panjang. "Gini ya, Dev. Kalau maksud lu itu mau menjalin hubungan romantis, gue ngga bisa. Untuk saat ini gue ngga kepikiran soal hubungan romantis, pacaran atau apapun itu. Tapi, kalau lu mau berteman, it's fine."

Devi langsung menelan ludahnya setelah mendengar ucapan Ben. Ia kemudian mencoba untuk tersenyum dan mendongakkan kepalanya untuk menatap Ben. "Kamu ngga mau kasih kesempatan buat aku?"

Ben langsung menggelengkan kepalanya. "Lebih baik, lu cari cowok yang beneran suka sama lu. Daripada lu habisin energi lu buat gue." Ia kemudian menepuk bahu Devi. "Pasti ada cowok yang benar-benar suka sama lu dan rela melakukan aja buat lu."

Ben tersenyum simpul pada Dev. Setelah itu, ia berjalan pergi meninggalkannya. Devi menatap nanar Ben yang berjalan meninggalkannya. Perasaannya campur aduk karena Ben benar-benar tidak memberinya kesempatan.

****

Don't forget to follow my Instagram Account pearl_amethys and my Spotify Account pearlamethys untuk playlist musik yang saya putar selama menulis cerita ini.

Karya asli hanya tersedia di platform Webnovel.

Thank you for reading my work, hope you guys enjoy it. Share your thought in the comment section and let me know about them. Don't forget to give your support through votes, reviews, and comments. Thank you ^^

pearl_amethyscreators' thoughts