webnovel

Look

"Feelin' lonely doesn't mean you're alone"

Note : 2

Date : 29-08-2020

Suatu hari burung kecil keluar dari sarangnya, selangkah demi selangkah menuju ujung ranting tempatnya bernaung. Matanya terus bergulir kebingungan, kilat petir menyambar hamparan bukit tinggi. Ia mengadah merasakan bulir air yang terus memaksa turun dari celah dedaunan.

Burung itu terlihat menangis. Ia benci hujan, ia benci tempatnya menidurkan keluh kesah di luluh lantahkan oleh sang hujan tanpa belas kasihan. Ia benci harus terus pergi membangun kembali rumah yang tak pernah dicari singgah barang sebentar.

Sudah lama hatinya bergetar menahan satu rasa yang terus di paksa tertidur walau terkapar, "hujan, tolong sampaikan pada lautan. Lain kali kirimkan hujan dengan bala bantuan"

***

Jeffry mengerjapkan mata memandangi sebuah jas berwarna abu yang dipegangnya sejak tadi.

Segala rencana tumpang tindih dikepalanya, belajar, ujian, mengunjungi teman, bermain gitar, tidur. Mana yang jadi prioritasnya sekarang?

Tak ingin membuang waktu ia segera bersiap pergi diantar ayahnya.

Rumah bergaya klasik modern serba putih dengan berbagai furniture artistik tak ketinggalan berbagai lukisan vintage, vas porselen dan lampu kristal yang menggantung ditengah rumah menegaskan konsep elegant.

Taman belakang cukup luas, biasa dipakai tempat berkumpul dan BBQ.

Alunan musik edm dengan hiasan lampu tumblr warna-warni semakin memeriahkan acara. Menginjakkan kaki kembali ke rumah tetangga masa kecilnya setelah sekian lama membangkitkan kenangan masa lalu Jeffry disana.

Perasaan campur aduk menghinggapinya. Sebelum kabar kedatangan kembali keluarga Smith, Keluarga Jones memang sudah tidak tinggal dikomplek yang sama. Karena sang ayah merupakan sutradara dari Moonlight Opera House yaitu tempat terciptanya Ballerina kelas dunia.

Mr. Julian Jones sudah berkecimpung di dunia balet sejak kuliah. Kini ia dapat membesarkan studio tari miliknya menjadi taraf internasional. Sudah banyak Ballerina kelas dunia berasal dari Moonlight. Salah satu Ballerina diasana adalah teman satu sekolah anaknya, Celine.

Menurut dirinya, Celine merupakan seorang ballerina yang memiliki bakat alami dan punya banyak potensi. Tapi, karena seringkali tidak memperhatikan diri sendiri membuat dirinya cukup jengkel karena harus menegur beberapa kali pola hidupnya yang kurang sehat.

Mr. Julian mengenal Celine sejak anak tersebut mulai berlatih saat berusia 8 tahun. Walau belajar balet bisa dimulai kapan saja, sebenarnya di usia itu untuk seorang Ballerina sudah cukup telat. Lebih cepat lebih baik kebanyakan Balet mulai diajarkan pada usia yang masih muda. Hal ini dilakukan karena gerakan pada Balet menuntut kelenturan tubuh dan kekuatan fisik terutama pada kaki.

Saat mengedarkan pandangan Jeffry tak sengaja melihat sosok yang tak asing. Si nomer satu berada dipojok ruangan menyendiri seperti menghindar dari keramaian sangat terlihat tidak nyaman. Orang-orang memanggilnya dengan sebutan si nomer satu, jangan salahkan aku. Aku hanya mengikuti mereka.

Hampir seluruh tamu undangan adalah tetangga dan kerabat dekat mereka, kebanyakan orang dewasa.

Celine mengenakan dress cukup panjang semata kaki, rambutnya di gerai.

Sebenarnya Jeffry cukup terkesiap melihat Celine. Meski hanya memakai riasan natural yang ala kadarnya menurut Jeffry, Celine sangat manis.

Lain lagi dengan Jeffry yang datang tanpa terpaksa, Celine sedari tadi misah-misuh sendiri dipijok ruangan. Kalau bukan sepupu, Celine tidak akan mau menghadiri sebuah pesta yang pasti terdapat kerumunan dan banyak sekali orang berlalu-lalang. Rumahnya cukup jauh dari kediaman sepupunya. Ayah dan Ibunya jangan ditanya, ia disini sendiri mewakili mereka.

Ia cukup pening belum terbiasa dengan keramaian ralat, tidak terbiasa. Merasa seperti anak terlantar ditengah orang dewasa.

Celine menyernyit heran melihat si nomer dua berada di pesta penyambutan sepupunya. Ayolah siapa yang tidak tahu orang-orang selalu menjuluki dirinya si nomer satu dan Jeffry si nomer dua. Meski menjadi rival terberat, mereka belum pernah mengobrol atau dipertemukan dalam satu kegiatan yang sama. Kecuali hari ini.

"Celine" teriak Claire

Ia menghampiri Celine dan memeluknya, tak ada yang menyangka sepupu satu-satunya si keras kepala itu mau menghadiri pesta penyambutan dirinya.

"Masih lama kah? Jam berapa pestanya berakhir?" Claire melihat Celine tak percaya. Pestanya baru saja dimulai dan Celine baru saja datang 5 menit yang lalu. Tidak salah lagi ia memang sepupunya.

Seseorang menghampiri dua gadis yang tengah berpelukan. Claire melihatnya tersenyum lebar.

"Jeffry is that you? Kau makin tampan saja. I miss you sooo much" Claire memeluk Jeffry dan mengeratkan pelukannya sebentar.

Celine menirukan gaya sang sepupu dengan aksen autralia yang kental, Jeffry is that you sembari mengejek. Bibirnya jadi seperti bebek. Celine kira tak akan ada yang mendengar ejekannya karena ia hanya bergumam.

Namun, ternyata Jeffry melihat Celine sedang bergumam. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Ia ingin tertawa dan mencubit pipi tembamnya, gemas. Apalagi ekspresi celine semakin terlihat menggemaskan.

Jeffry belum pernah sedekat ini dengan si nomer satu. Dan baru kali ini ia melihat berbagai ekspresi seorang manusia yang terkenal dengan kedatarannya. Tak disangka ternyata orangnya sangat cantik. Memang ia tahu Celine dari foto saja cantik, tapi jika melihatnya secara langsung ia memiliki aura yang sangat berbeda. Kau akan tahu saat melihatnya langsung.

Walau banyak yang beranggapan Celine tidak secantik Ballerina dan teman-temannya yang lain. Mereka menganggap ia hanya populer karena otaknya. Menurut Jeffry pribadi semua wanita itu cantik. Mereka bersinar dengan kelebihan juga pesonanya masing-masing. Banyak orang yang lebih cantik diluar sana. Tapi Celine itu cantiknya penuh pesona, tidak membosankan.

Jangan sembunyikan dirimu, coba angkat dagumu dan percaya diri lah. Kau cantik apa adanya. Tak perlu mengubah keinginan dunia. Karena itu semua tak akan ada habisnya.

Celine cukup terkejut tapi ia langsung kembali dalam mode galaknya "Apa lihat-lihat" ketusnya.

Claire yang mendengar Celine berkata ketus pada Jeffry langsung menyentil dahinya.

Tak

Celine cemberut dan langsung pergi entah kemana.

"I'm so sorry Jeff, dia memang sedikit, kasar" ucap Claire meringis, merasa tak enak.

"I know" kekehnya.

***

Celine berada dekat dengan meja penuh makanan. Perutnya sangat lapar, tapi dirinya tidak boleh goyah. Ia sudah berjanji akan berjuang menurunkan berat badan bersama Mary. Kalau berat badannya naik lagi bisa terkena masalah.

Bisa-bisa ia ditendang secara tidak hormat dari list peserta kejuaraan Grand Pix. Itu tidak boleh sampai terjadi.

Alhasil ia hanya bisa menyumpah serapahi orangtuanya yang tidak bisa datang. Kan kalau mereka yang datang, Celine tak usah susah-susah menyiksa diri sendiri pergi kesini.

Melihat jam tangan sekilas, waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Tapi acara tak kunjung selesai. Celine memutuskan mencari Mr. Smith untuk pamit, bagaimanapun besok ia harus tetap masuk sekolah.

"Sir, sepertinya sudah terlalu larut. Aku harus segera pulang, pestanya sangat menyenangkan. Titip salamku pada Claire. Sampai jumpa lain waktu"

Karena Mr. Smith masih membahas bisnis dengan koleganya ia hanya dapat mengiyakan keinginan sang ponakan. Lagipula jika di tahan pun Celine tidak akan mendengarkan.

"Baiklah, hati-hati"

Celine mengedarkan pandangan menghindari amukan Claire, ia lihat kanan-kiri mepet tembok pembatas yang kurang pencahayaan. Tangannya ia rentangkan sedikit takut menabrak orang lain. Sejauh ini tidak ada orang yang berdiam di daerah sana.

Saat menyusuri Celine merasa memegang sebuah tangan padahal kedua tangannya ia rentangkan jadi dapat mengetahui depan belakang. Otomatis ia berhenti bergerak dan memastikan yang dipegangnya tangan atau bukan. Merasa sedikit takut karena sejak tadi tangan yang dia pegang tidak bergerak.

Bagaimana jika tangan hantu atau lebih mengerikan dari itu. Apa jangan jangan disini ada korban pembunuhan. Membayangkannya membuat Celine merinding. Ia ketakutan setengah mati. Tidak mungkin kan rumah saudaranya itu, apa mereka mafia? Ah tidak-tidak.

Kalau benar itu mayat bisa-bisa ia dituduh sebagai pembunuhnya. Sidik jarinya pasti sudah menempel disana. Bagaimana ini?

Karena sesuatu yang di pegangnya tidak bergerak Celine melangkah ke depan membuat jarak dengan tembok pembatas. Kenapa juga ia harus takut dimarahi Claire mereka kan tidak sedekat itu. Celine merasa keputusan yang diambilnya kali ini sangatlah bodoh. Ia berjalan kembali menyusuri sisi taman.

Bugh

Ia merasa tubuhnya masuk ke dalam sebuah lubang. Benar saja setengah badannya masuk got. Dewi fortuna sedang tidak berpihak padanya. Baju yang dikenakan basah setengah, untung saja solokan disana tidak memiliki warna hitam pekat apalagi berbau.

Pulang ke rumah dengan keadaan menyedihkan. Ia tidak menjerit histeris, Celine hanya terheran. Kenapa hidupnya penuh dengan kesialan? Harusnya ia tak usah datang saja. Terserah orang akan menyebutnya keponakan durhaka ia tak peduli.

Setelah kesadarannya kembali, Celine berusaha keluar dari sana. Meletakkan kedua tangan di atas tanah lalu mengambil ancang-ancang menarik tubuhnya ke atas.

Percobaan pertama gagal, saat mengambil ancang-ancang kedua kali ia mendengar suara orang tertawa. Pikirannya sudah kepalang kalang kabut, ia pikir itu adalah suara pembunuh mayat tadi.

Langsung saja ia menarik diri dari sana dan berlari secepat mungkin.

"Oh God, seriously? Don't do this to me"

Baru saja beberapa langkah berlari ada yang menarik tangannya. Otomatis ia tertarik kebelakang, kalau saja tubuhnya tidak menyeimbangkan diri. Sudah dapat dipastikan ia akan jatuh lebih parah dari yang tadi.

Shit.

"Kau mau kemana?" Herannya, Celine menajamkan penglihatannya. Ternyata si nomer dua, padahal jantungnya sudah maraton. Pikirannya memang sudah tak waras. Bagaimana bisa memikirkan tentang kasus pembunuhan disini.

Apa menghadiri sebuah pesta bisa membuat seseorang jadi gila?

Celine berdeham lalu berbalik mengambil sepatu pentopel miliknya yang masih tertinggal di got, tapi karena tangannya tak sampai ia minta tolong pada jeffry

"Jeff, tolong ambilkan" ucap celine menarik ujung jas Jeffry dengan menunjuk ke arah got.

Jeffry mengangkat sebelah alis sembari melipat kedua tangannya. Akhirnya Jeffry mencoba bersikap baik. Ia seorang wanita, tak ada salahnya menolong orang. Lumayan, ladang pahala pikirnya.

Saat Jeffry hendak mengambil sepatu, Celine membayangkan jika ia menendang bokongnya. Bayangan Jeffry terjungkal ke got dengan kepala dibawah tanpa sadar membuatnya cekikikan sendiri.

Jeffry yang mendengarnya memutar kepala dalam keadaan berjongkok dengan tangan terulur, "Kau menertawakan apa? Dasar mesum" ucapnya.

Belum sempat membalas, tiba-tiba ada serangga terbang hinggap dipundak Celine, membuat ia berteriak ketakutan, berlari menabrak Jeffry yang membuat keduanya terjatuh ke dalam got. Karena Jeffry mencoba menyeimbangkan tubuh dengan menarik gaun Celine.

***