Setelah memberikan semangat pada Natasya pria asing itu izin undur diri, sebelum pergi ia juga membelikan beberapa makanan untuk Natasya. "Sungguh mulia pria itu, ternyata benar kata orang sebelum mengenal kita tidak boleh menjudge seseorang itu kalau ia buruk". Batin Natasya.
Tetapi bukan berarti kita tidak boleh waspada kepada orang lain, karena waspada itu lebih penting daripada langsung akrab dan kebaikan kita bisa disalah gunakan oleh orang lain.
Natasya menikmati makanan yang dibelikan oleh pria itu. "Ah.. Sepertinya aku akan gemuk jika menghabiskan makanan ini sendiri." Ucapnya dengan memandangi makanan yang masih berada dalam genggamannya.
Natasya menghentikan aksi makannya dan kembali merenungkan perkataan pria tadi. Sebenarnya masih ada yang mengganjal di dalam dirinya tetapi ia mencoba untuk berpikir positif agar ia bisa melanjutkan kuliah dan lulus.
Ketika Natasya sedang asik melihat anak-anak kecil yang sedang bermain bola tiba-tiba saja Raka dan Alfi sudah berada di sampingnya, Natasya terkejut ketika Alfi berbicara meminta makanan yang ada di dekatnya.
"Sya, gue minta baksonya!" Ucapnya yang langsung memakan tanpa menunggu jawaban dari Natasya.
Alfi duduk disamping Natasya dan Raka duduk disamping Alfi. Natasya dan Raka melihat beberapa anak-anak yang sedang bermain, sedangkan Alfi ia masih menikmati bakso Natasya tadi. Sudah ia katakan kalau semua makanan ini adalah favoritnya Alfi jadi dia tidak akan menolak walaupun sudah ada beberapa yang dimakan oleh Natasya.
"Ngapain di sini sendirian?" Tanya Raka yang mengalihkan fokus Natasya.
"Suntuk, makanya aku ke sini." Jawab Natasya seadanya.
"Ada masalah?" Tanyanya lagi.
"Kamu tahu aku Raka, jadi jangan bertanya dulu." Jawab Natasya yang mengalihkan pandangannya ke taman.
"Kalau sudah nyaman kamu bisa cerita ke aku atau nggak kamu bisa cerita ke Alfi." Ucapnya yang meninggal Natasya dan Alfi.
Natasya ingin menceritakan semuanya tetapi ia ragu dan ia belum siap jika salah satu diantara mereka akan marah padanya. Natasya tidak tahu siapa yang akan marah tetapi hatinya berkata jika nanti ia bercerita maka akan ada yang terluka.
"Huuu," Natasya menghembuskan napasnya karena lelah dengan perkataan yang selalu berputar-putar di kepalanya. Lihatlah Alfi saja tidak sadar jika saat ini ada temannya yang butuh dirinya, Alfi hanya fokus untuk menghabiskan makanan yang ada. Air putih Natasya juga sudah habis karena diminum oleh Alfi tanpa meminta izin pada Natasya.
"Lo kalau punya masalah cerita ke kita." Ucap Alfi yang membuat Natasya refleks menghadap kearahnya, sungguh aneh jika Alfi tahu apa yang ia rasakan.
"Gue gak tahu Lo kenapa? Tapi yang gue tahu Lo ada masalah besar yang jadi beban untuk diri Lo sendiri." Sambungnya yang langsung tepat sasaran.
Di antara semua temannya Natasya memang hanya Alfi yang benar-benar mengenal Natasya. Alfi tahu jika ia ada masalah atau apapun tapi ya begitulah Alfi tidak pernah memberi saran yang baik. Alfi tidak suka memberi saran Alfi hanya akan membuatnya pusing dengan memberikan 2 opsi pilihan.
"Terima kasih karena sudah ngertiin aku, dan semoga kamu tidak akan marah jika aku jujur." Ucap Natasya mencari jawaban dimata Alfi.
"Kalau belum siap jangan cerita, tunggu Raka datang jika Lo ingin cerita karena jika Lo cerita ke gue, gue gak bisa kasih masukan untuk Lo." Jelasnya. "By the way thanks untuk makanannya." Sambungnya.
Alfi pergi untuk mencari keberadaan Raka dan Natasya ditinggal. Sudah hampir 2 jam Natasya di taman dan ia masih bingung untuk menjelaskan ke mereka semua. Keputusan Natasya sudah bulat sebelum menghadapi yang lainnya ia harus menceritakan semuanya kepada Alfi dan Raka.
Mereka berdua menerima atau tidak itu bisa diurus nanti yang terpenting jujur terlebih dahulu. Karena ia tidak ingin teman dekatnya tahu dari orang lain yang nantinya akan membuat pertemanan mereka hancur.
15 menit sudah berlalu Raka dan Alfi masih belum memperlihatkan wajah mereka. "Mereka kemana sih?" Batin Natasya kesal. Karena tidak melihat mereka ia beranjak untuk pulang, lagi pula waktu sudah semakin sore ia tidak ingin orangtuanya khawatir.
Ketika akan menghidupkan sepeda motornya tiba-tiba saja Alfi menghalangi, dia melarang Natasya untuk pulang. Berbeda dengan Raka yang hanya berdiri melihat kelakuan teman baiknya yang sedang mengganggu Natasya.
"Please, jangan pulang dulu." Pinta Alfi memohon.
"Udah sore ini." Jawab Natasya yang masih berusaha menyingkirkan motornya dari hadapan Alfi.
"Nanti gue sama Raka yang antar Lo biar nggak dimarah sama bokap Lo." Mohonnya lagi
Natasya menimang-nimang permintaan Alfi, kalaupun ia pulang belum tahu kapan bisa bertemu mereka dan jujur tentang kuliahnya. Akhirnya Alfi meminggirkan motor Natasya dan duduk kembali dengan mereka.
"Udah siap?" Tanya Raka to the poin.
"Siap nggak siap harus siap dong." Jawab Natasya semangat. Ia sudah seperti anak kecil yang di kasih pertanyaan terus di iming-imingin hadiah.
"Lo kuliah dimana?" Tanya Alfi penasaran.
"Sebelumnya aku minta maaf sama kalian berdua karena tidak bisa kuliah di universitas yang sudah pernah kita janjikan." Ucap Natasya dengan melihat ekspresi wajah Alfi dan Raka, jika wajah Raka yang biasa saja berbeda dengan wajah Alfi yang merasa heran.
"Maksud Lo apa Sya?" Tanya Alfi memastikan.
"Aku kuliah di kota ini, tidak jauh dari SMA kita dulu. Alasannya karena aku takut jika aku sakit nggak ada yang jagain dan perhatiin aku." Jelasnya pada Alfi.
"Selama kamu nyaman silahkan pilih dimana kamu ingin menimbah ilmu. Karena yang bisa membuat kita maju ya diri kita sendiri." Ucap Raka yang membuat Natasya tenang karena dia bisa menerima penjelasannya.
Tetapi berbeda dengan Alfi yang langsung marah kepada Natasya. "Impian Lo bukan di sini Sya, impian Lo itu tinggi banget masa nyerah hanya karena takut sakit."
"Kamu bisa jamin nggak kalau aku sakit akan selalu ada yang nemenin? Kalau asma aku kambuh ada yang siap-siap bawa inhaler? Dan kalau aku sakit mereka nggak akan mengeluh capek karena punya temen suka sakit-sakitan kaya aku?" Tanyanya beruntun pada Alfi.
"Gue bisa Sya jaga Lo." Sambung Alfi.
"Adakah kost cewek dan cowok bersatu? Apa boleh aku kost di lingkungan bareng cowok? Please Fi ngertiin aku!!" Ucap Natasya dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya.
"Kecewa gue sama Lo Sya, percuma gua ambil SBMPTN di kampus dan fakultas yang sama kaya Lo, walaupun bukan satu jurusan sama Lo gue berusaha biar bisa jaga Lo." Ucapnya marah dan langsung pergi meninggalkan Natasya dan Raka.
Sesuai dengan dugaan Natasya jika pada akhirnya akan ada yang kecewa dengan pilihannya, saat ini baru Alfi dan Raka bagaimana dengan yang lain jika mereka tahu ia tidak bisa kuliah dengan mereka.
"Jangan kamu pikirkan perkataan dari Alfi, ia hanya emosi sesaat saja." Ucap Raka menenangkan Natasya.
"Ini baru Alfi Raka, belum yang lainnya!!" Ucapnya dengan banyak pemikiran negatif.
"Kamu lihat aku." Pinta Raka yang langsung mengarahkan Natasya untuk menghadap ke dirinya.
"Aku juga tidak bisa satu kampus dengan kalian, aku ambil di STAN karena orangtuaku. Apakah yang lainnya marah?" Jelasnya pada Natasya.
"Aku hanya takut, kalian semua di universitas negeri bahkan Ambar ambil perawatan dan aku hanya di kampus swasta yang belum bisa menjamin aku akan jadi apa." Ucap Natasya menunduk.
"Sukses nya seseorang itu bukan dilihat dari universitasnya tetapi dari diri kita sendiri. Contohnya kamu kuliah ambil matematika tetapi kamu kerja tidak dibidang matematika melainkan kamu jadi pegawai bank yang harusnya membutuhkan ijazah yang lain juga." Jelasnya.
"Tapi matematika kan masih berhubungan dengan Bank karena sama-sama menghitung." Ucap Natasya tanpa dosa.
Raka hanya tersenyum mendengar jawaban Natasya, dia langsung menggiring Natasya menuju sepeda motor. "Kuncinya mana?" Tanyanya.
"Mau buat apa kunci motornya?" Tanya Natasya polos.
"Nganterin kamu pulang, biar nggak terjadi apa-apa. Lagi pula motor aku dibawa sama Alfi." Ucapnya yang langsung membuat Natasya tertawa.
Natasya tidak tahu dengan perasaannya saat ini karena ia bisa menangis tiba-tiba dan juga bisa tertawa bersamaan. Mungkin dirinya sudah lelah dengan semua masalah yang datang tiba-tiba.