webnovel

NOT BAD

Kesalahan besar karena Mira menyetujui segala permainan yang dirancang oleh keluarganya.... Namun, keuntungan besar karena pilihannya jatuh pada pria yang dipanggilnya Ahjussi... Taehyung Ahjussi.... Pria dewasa yang berikan kehangatan yang tak pernah Mira dapatkan sebelumnya Kehangatan dari seorang ayah, kakak, bahkan kekasih... "Kau suka bersamaku?" tanya pria itu dengan suara seraknya. "Suka, karena bersama Ahjussi rasanya begitu berbeda...."

k_eits18 · セレブリティ
レビュー数が足りません
2 Chs

REMEMBER

Happy reading.....

.

.

.

.

.

.

.

(Pov Author)

Chu mira bukanlah gadis remaja yang bodoh, ia cukup pintar, dewasa, dan bermartabat untuk ukuran remaja seusianya. Delapan belas tahun, usia yang cukup rawan digelayuti simpangan pemikiran tak berujung, menuntut kebebasan ketika telapak kakinya menemukan pijakan, begitu keras menyuarakan pancarian jati diri, lalu berakhir tersesat di hutan keterpurukan. Mira bukanlah remaja yang seperti itu, Mira begitu mengenal dirinya, Mira tahu apa yang harus dan tidak ia lakukan sebagai putri seorang Chu Moen Yeong, Mira tahu segalanya, bahkan melebihi yang kakaknya ketahui. Namun sayangnya ia lupa, bahwa kehidupan yang berjalan tak akan pernah menjadi milik Mira seutuhnya. Semua yang terjadi dalam kehidupan keluarga Chu adalah kuasa ayahnya, jadi jangan coba-coba merubah apapun.

Telapak tangan itu mencengkram erat gaun biru bermotih kotak-kotak selutut yang tadinya licin, kini nampak kusut. Pandangannya menjelajah sekeliling ruangan restoran yang begitu mewah, alih-alih kagum pada desain bangunannya, tidak__Mira bahkan sering pergi ke tempat yang lebih luar biasa dari ini. Namun, pandanganya meliar tanpa sasaran yang pasti, karena apa yang Mira lakukan kini hanyalah menghindari sorot dingin mata pria di hadapannya. Mengetahui berada di posisi yang canggung, pria yang memakai jas berwarna gelap itu membuka suara terlebih dulu, berusaha menciptakan suasana hangat, walau tak sepenuhnya ia percaya akan kemampuannya.

"Ekhmm.....Chu Mira__jadi bagaimana_kau setuju kan?"

Mira yang mendengar ucapan tanpa basa-basi itu, mengerutkan kedua alisnya. Rasa jengkel itu seperti membuata oksigen disekitarnya menipis, dadanya begitu sesak membuatnya ingin meraup sebanyak-banyaknya udara. Disisi lain Mira tetap berusaha tenang, walau keingina  menjabak rambut pria di hadapaanya begitu besar. Helaan napas berat terdengar.

"Kenapa harus saya?"

Lawan bicaranya mempertajam pendangannya terhadap Mira yang tadinya melendai.

"Karena kau putri ketua Meon. Orang tua kita telah bersepakat."

"Kesepakatan itu bukan milik saya, begitu juga anda. Kenapa kita tidak menolak saja? Jika mereka tahu kedua anaknya tidak ingin menjalankan ini, pasti perjanjiannya akan dibatalkan."

"Kenapa kau tidak mau melakukan ini?"

Kesabaran Mira sudah habis, melihat bagaimana pria dihadapannya terus saja bersikap keras kepala dari sebulan yang lalu.

"Ya AHJUSSI!!Haruskah aku mengulangi panggilan itu?!"

"Hanya karena perbedaan usia kita kau menolak perjodohan ini?! Dan kenapa sekarang kau memanggilku Ahjussi?bukankah dulu kau sering memanggilku oppa, Mira?"

"Apa Ahjussi bilang? Hanya? Usia kita terpaut empat belas tahun, EMPAT BELAS TAHUN. Dan untuk panggilan oppa, aku memanggil ahjussi dengan sebutan itu ketika usiaku sepuluh tahun!"

"Apa yang salah dari pria berusia tiga puluh dua tahun sepertiku? aku masih terlihat muda dan tampan, bahkan orang-orang lain mengiraku masih berumur dua puluh tahunan, kita akan menjadi pasangan yan seimbang. Lagi pula aku juga pria yang sukses, kehidupanmu akan terjamin Mira."

"Harta keluargaku tak kalah banyak, jadi jangan jadikan kekayaan ahjusii sebagai penawaran."

"Namjachingu, apa kau memilikinya?"

"Aku tak akan membuang waktuku untuk hal seperti itu."

"Lalu apa yang membuatmu bersikukuh menolakku seperti ini? Beri tahu aku alasan yang pasti. Kau tahu kan ayahmu tak pernah main-main dengan semuanya..."

"My dream__.Impianku begitu indah Ahjussi, tapi appa tak kan pernah membiarkanku mewujudkannya. Setiap malam sebelum aku tertidur, aku selalu berdo'a dan berharap, jika besok ada hari dimana aku bisa memetik sinar gitar yang bahkan tak mampu ku beli. Padahal bisa saja aku memborong semua gitar dan menumpukknya di gudang. Bahkan membayangkan itu saja hatiku rasanya sakit."

Kini pria yang nampak gagah itu mulai sesak, melihat bagaimana gadis mungil di hadapannya diam termenung menatap kosong ke arahnya. Bagian kecil dalam hatinya berteriak, berusaha menemukan jawaban yang tepat untuk dilontarakan pada gadis manis yang ia tahu begitu rapuh sejak dulu. Namun, tak ada di tindakan pasti yang dapat ia lakukan tuk menghiburnya.

"Jika kau bersamaku, aku akan membantumu."

"Tidak perlu, kelulusan sekolahku kurang tiga bulan lagi. Tepat saat hari wisuda aku akan pergi keluar negri untuk melanjutkan pendidikan."

"Kau mau pergi kemana, apa ayahmu mengetahuinya?"

"Tentu saja tidak! Jadi ku harap Ahjussi tutup mulut!"

"Yaa kau itu_"

"Berhentilah meneruskan ini, aku tahu jika ahjussi sudah memiliki kekasih. Ahh...Eonni itu cantik sekali_pasti ahjussi sangat mencintainya. Lagi pula bisnis minuman yang ahjusii jalankan sudah berkembang pesat kan, bahkan ahjussi sudah bisa lepas diri dari campur tangan perusahaan ayahku."

"Kasar sekali ucapanmu, tapi__bagaimana bisa kau mengetahui tentang kekasihku?"

Alih-alih marah pria itu hanya megucap dengan nada datar. Tak terlalu kaget jika gadis yang menjadi lawan bicaranya akan sangat sarkas. Ia rasa pendidikan moral untuk remaja memang begitu miris, di tambah ia juga mengetahui jika sifat gadis ini memang seperti itu. Namun, yang membuat tanya di hatinya adalah darimana ia tahu soal kekasihnya? ah tidak, lebih tepatnya mantan kekasih.

"Ah itu mudah saja ahjussi...remaja zaman sekarang adalah seorang stalker media sosial ulung. Bahkan kami bisa mendapat informasi seseorang yang begitu kita suka atau benci dengan mudah, layaknya seorang intel. Soal eonni itu_aku sangat menyayangkan jika kau sebenarnya sudah putus dengannya. Padahal namanya bagus juga, Yera eonni...."

Pria itu sempat bergedik, matanya menyipit sambil menelusur gerakan Mira yang begitu santai seolah tak terjadi apapun. Padahal apa yang baru saja dikatakannya itu adalah sebuah informasi personal, yang hanya pria itu dan kekasihnya yang tahu.

"Anak ini benar-benar parah," gumamnya

(Pov Mira)

Aku cukup merasa bersalah mengingat bagaimana cara bicaraku yang kasar hari lalu pada Taehyung ahjusii. Sejujurnya aku tak memiliki persoalan apapun terkait terpautnya usia kami yang begitu jauh. Dulu aku cukup mengenalnya dengan baik karena ia adalah sahabat eonniku, bahkan kedua orang tua kami adalah partner bisnis. Saat usiaku sepuluh tahun, Taehyung ahjussi sangat sering mampir kerumah hanya untuk sekedar bermain atau mengerjakan tugas sekolah bersama eonniku, terkadang ia juga sering membantu untuk menyelesaikan tugas sekolahku saat itu.

Yang ku ketahui setelah lulus sekolah, ahjussi memilih untuk melanjutkan pendidikan bisnis keluar negri, itu yang membuatku tak pernah berjumpa lagi dengannya selama sepuluh tahun. Tepat setahun yang lalu aku mendapat kabar ia akan kembali ke Korea, kabar itu cukup menarik perhatian karena ku pikir eonni akan sangat senang bisa melepas rindu bersama teman lama, dan aku juga penasaran tentang bagaimana kabar seorang pria yang dulu sering berselisih hal sepele denganku. Tapi semua itu berubah, ketika ku tahu jika tujuan ia kembali adalah untuk memenuhi perjodohan kami.

Kuarangajar, apa-apan ini. Aku sungguh tak tahu apapun sebelumnya.

Baru setelah tiga bulan kedatangannya aku mengetahui kesepakatan gila itu, saat keluarga kami tiba-tiba berkumpul untuk membicarakan acara pernikahanku. Sedangkan aku hanya diam kebingungan seperti orang bodoh yang menghadiri rapat kenegaraan, tanpa tahu apa yang tengah jadi topik perbincangan.

Perihal romansa bukan termasuk bidang kemahiran yang kumiliki. Aku bisa segalanya tapi tidak dengan yang satu itu, bahkan aku juga tak pernah menjalin hubungan intens apapun sebelum ini. Ah jangan tanya kenapa? karena bagiku, semua itu adalah hal rumit yang membuang-buang waktu. Walau aku tak ikut berekecimpung langsung dalam urusan percintaan, tapi aku ini tipe pengamat, dari seluruh tumpahan curhatan sahabatku mengenai pria. Sekarang aku tahu kenapa Yuri terlihat begitu over frustasi  saat bercerita tentang hubungannya dengan kekasihnya, karena itu semua sangat melelahkan. Sama seperti apa yang tengah menimpaku kini.

Sebenarnya dari yang ku tahu, Taehyung Ahjusii adalah pria yang cukup baik, hangat, dan____

bisa dibilang sangat tampan untuk ukuran pria seusianya. Aku sempat kaget saat bertemu lagi pertama kali setalah sekian lama. Saat itu, aku juga tak percaya jika dia benar-benar sudah memasuki usia kepala tiga. Bagaimana bisa aku mempercayai jika pria berbadan tinggi, dengan rambut pirang agak gondrong bergaya certain cut, yang memakai kaos casual abu-abu dan juga celana longgar itu sudah berusia tiga puluh dua tahun. Wajah blasteran asia eropa, alis tebal, bibir merah tipis berbentuk kotak, benar-benar mengingatkanku pada pangeran di serial disney. Jangan lupakan titik paling mempesona yang ia miliki, tatapan dari mata sayunya, yang dapat membuat siapapun terbang melanglang buana entah kemana. Tapi nyatanya, semua itu tak menggoyahkan keputusanku untuk tetap berkata tidak kepadanya.

(Pov Taehyung)

"Ah gadis itu masih saja tetap sama ternyata..."

Sepuluh tahun, waktu yang cukup lama untuk meninggalkan negara kelahiran yang penuh dengan kenangan ini. Begitu banyak hal menyenangkan yang bisa diingat sebelum aku pergi, seperti kenangan tentang masa remajaku yang dulunya begitu menyenangkan karena aku adalah siswa yang cukup populer di sekolah, kenangan ku ketika mendapatkan ciuman pertamaku bersama gadis paling cantik yang jadi idaman seluruh pria di tempat lesku, atau kenangan saat club sepak bolaku menjadi juara pertama di pertandingan nasional antar provinsi. Semua itu adalah kenangan hebat yang begitu kurindukan selama aku tinggal di Rusia. Tapi kenapa, ingatan kecil yang terhimpit bahkan tak kupedulikan sebelumnya tiba-tiba mucul, menelusup masuk kedalam pikiran dan mengambil alih disana. Menuntunku tuk membuka kembali lembaran yang dulunya merupakan kejadian yang begitu menyebalkan untuk diingat. Ingatan tentang gadis kecil dan nakal itu,

Tentang Chu Mira_

_Sungguh aku tak menyangka jika hari itu aku akan beredebat dengaannya soal pelajaran berhitung dan bahkan ia sampai menggigit tanganku.

Yang benar saja anak itu.

Memori itu menuntunku membuka kancing lengan kemejaku dan menariknya

"Bahkan bekas deretan gigi kecilnya masih setia terlihat sampai sekarang"

Namun jika diingat terus-menurus, kejadian itu mampu membuatku menarik senyum lebih lebar dari biasanya.