webnovel

New World : Terbitnya Sang Fajar

Toushiro Al Brightlight adalah seorang remaja yang sangat acuh yang tidak peduli akan apapun yang bukan tentang orang-orang terdekatnya. Akan tetapi kehilangan orang-orang yang disayanginya membuatnya membulatkan tekad untuk berjuang dan mengubah tatanan sistem dunia yang sedang kacau balau. Bermula di kota Kretek, sebuah kota kecil di wilayah Nusantara, Shiro dan beberapa temannya membentuk "Javanese", sebuah kelompok pemberontak yang keberadaannya perlahan menjadi ancaman bagi pemerintah dunia. @Action @War @Magic @Comedy @Parody @System @History @Military

Shiro_MSFA · ファンタジー
レビュー数が足りません
16 Chs

4. Tragedi yang tak terlupakan

Di depan rumah Akmal yang berada di sebelah barat rumah Shiro. Akmal terlihat sedang bersembunyi di semak-semak, mengamati daerah sekitar untuk memastikan keadaan. Sepanjang mata memandang, ia tidak melihat tanda-tanda akan kedatangan para tentara di tempat tersebut. Hal tersebut dikarenakan rumah Akmal yang berada di seberang sungai, terpencil dari perumahan para warga yang lainnya.

"Aku rasa para tentara tidak mengetahui tempat ini. Aku sama sekali tidak melihat tanda-tanda kedatangan mereka." kata Akmal, mengendap-endap menghampiri Dara yang sedang bersembunyi di sungai. "Ayo kita bawa Shiro ke dalam. Dia harus cepat mendapatkan perawatan." imbuhnya, mencoba menggendong Shiro di bahunya.

Sesaat setelah mereka membawa masuk Shiro kedalam rumah, Akmal bergegas mengambil semua peralatan medis yang dapat mereka gunakan.

"Aku... Aku rasa kita perlu membawanya ke rumah sakit." kata Dara, agak gugup. Walaupun tangannya terus gemetaran karena takut melihat darah terus mengucur dari luka-luka Shiro, namun ia menguatkan diri untuk tetap dapat membersihkan tubuh Shiro.

"Rumah sakit terdekat hanya ada di kota atlas. Apakah kau tidak melihat ledakan tadi?! Kemungkinan besar itu berasal dari kota atlas!" kata Akmal, menaruh semua peralatan medis yang ia punya di atas meja. "Kita lakukan saja apa yang bisa kita lakukan!" imbuhnya, bergegas mengambil air bersih.

"T-Tapi aku belum pernah melakukan operasi medis sebelumnya!" kata Dara, semakin gugup melihat darah yang terus mengalir keluar dari tubuh Shiro.

"Saat ini nyawa Shiro bergantung pada kita!!" seru Akmal, bergegas menaruh ember berisi air di sebelah Dara. Ia kemudian memegang pundak Dara dan berkata, "Aku sudah hidup sendiri sejak kecil. Shiro dan bibi sudah aku anggap sebagai keluargaku sendiri. Dan sekarang bibi sudah meninggal. Aku tidak mau kehilangan Shiro juga!" kata Akmal, mencoba membujuk Dara untuk memberanikan dirinya.

"Ba-Baiklah.. Aku akan mencobanya." kata Dara yang kemudian menarik nafas untuk menenangkan dirinya.

Pada pukul 13:10, operasi pun dimulai dengan peralatan seadanya. Mereka berdua berjuang untuk menyelamatkan nyawa Shiro hingga semalaman suntuk. Dan tepat pada jam 4 pagi, akhirnya operasi pun selesai.

"Apa yang kita lakukan sudah benar?" tanya Dara, memandangi tubuh Shiro yang terbalut perban.

"Aku tidak tahu. Setidaknya kita telah berusaha. Berapa banyak peluru yang sudah kita keluarkan?" tanya Akmal.

"6, 7.. 8." jawab Dara, menghitung peluru yang tersebar di atas meja.

Sejenak mereka termenung. Suasana pun menjadi terasa tenang. Suara gerimis dan nyanyian katak yang saling bersaut-sautan membuat rasa lelah dan kantuk yang mereka rasakan semakin terasa berat.

"Tidak ada pilihan lain, kita hanya bisa menunggu. Sebaiknya kau istirahat. Aku yakin Shiro pasti akan segera pulih." kata akmal, mencoba untuk menghibur Dara yang terlihat begitu lesu.

"Nah, Akmal... Kenapa Shiro-kun terlihat sangat membenci Crowz?" tanya Dara, memandangi wajah Shiro.

"Membenci, kah?" ucap Akmal lirih. "Bagiku, dia hanya terlihat iri." imbuhnya.

"Iri? Kenapa?" tanya Dara penasaran.

Akmal mengehela nafas dan kemudian mulai menceritakan alasan kenapa Shiro begitu membenci sesuatu yang berhubungan dengan Crowz.

"Well.. Ayahnya adalah seorang komandan Crowz. Sejak Shiro kecil, ia sudah ditinggal oleh ayahnya. Shiro menyalahkan ayahnya karena meninggalkan istri dan anak-anaknya hidup menderita. Tapi bagi kami, ayah Shiro merupakan sosok seorang pahlawan yang sangat kami hormati. Setiap ayah Shiro pulang, dia selalu membawa harta dan makanan yang berlimpah untuk dibagikan kepada para warga. Hingga dulunya desa kami terkenal sebagai desa yang paling makmur di tanah Java karenanya. Sampai pada 10 tahun yang lalu, 14 September tahun 1999. Pasukan kekaisaran datang ke kota ini untuk menangkap ayah Shiro. Walaupun jumlah pasukan kekaisaran 10 kali lipat dari jumlah pasukan pemberontak yang ada di kota, namun Ayah Shiro dan para bawahannya melawan mereka dengan gagah berani."

Sejenak Akmal memandangi wajah Shiro dan termenung.

"Pada malam yang kacau itu, Shiro dan saudaranya yang tadinya sudah berada di camp pengungsian pergi ke kota untuk mencari ayahnya. Dan beberapa jam kemudian setelah mereka pergi, terjadi sebuah peristiwa luar biasa yang tidak akan pernah dapat kami lupakan. Langit yang tadinya gelap gulita menjadi terang benderang karena sebuah bola api raksasa yang tiba-tiba muncul dan semakin kian membesar. Sangking besarnya bola api tersebut, aku dan para penduduk kota lainnya sampai mengira jika itu adalah matahari yang muncul di malam hari. Semua orang terlihat putus asa melihat matahari tersebut yang semakin kian membesar. Mereka sadar jika hari itu adalah hari terakhir di kehidupan mereka. Namun disaat para warga sudah sangat pasrah dengan nasib yang akan menimpa mereka, sebuah keajaiban pun terjadi. Dari kejauhan yang mungkin berasal dari kota, terlihat sebuah kegelapan yang melahap matahari tersebut. Dan seperti tidak ada yang telah terjadi, langit pun kembali terlihat gelap gulita. Para warga bersorak kegirangan mensyukuri keajaiban yang telah terjadi. Namun kengerian malam itu tidak berhenti disitu saja. Hanya selang beberapa saat, dari arah barat kota, sebuah ombak tsunami setinggi 50 meter terlihat kian mendekat."

Akmal menunduk dan menguatkan kepalan telapak tangannya.

"Pada hari itu, pulau Java kehilangan hampir 70% populasi. Pada hari itu juga.. Kedua orangtuaku meninggal. Beberapa minggu setelah semuanya berakhir, para warga yang selamat dari bencana itu pergi untuk mencari keluarga mereka masing-masing. Aku menemukan jasad kedua orangtuaku dalam keadaan membusuk di sebuah reruntuhan bangunan. Pada hari yang sama, ayah Cindy yang sudah lama tidak pulang tiba-tiba muncul, menggendong Shiro yang sedang tidak sadarkan diri dan membawa satu lengan kanan saudaranya. Dari ayah Cindy pula kami mengetahui informasi tentang ayah Shiro yang dilaporkan telah meninggal dengan satu lengannya yang hilang. Aku rasa itulah sebabnya Shiro sangat membenci ayahnya, seorang komandan Crowz yang menurutnya adalah penyebab bencana yang terjadi 10 tahun yang lalu. Dan tepat 10 tahun kemudian dari bencana tersebut, di tanggal yang sama di hari ulang tahunnya, Shiro juga kehilangan ibunya."

Akmal tersenyum tipis mengingat kenangan masa lalu dimana Shiro dan saudaranya selalu bertingkah seperti ayahnya, sosok yang mereka kagumi.

"Setidaknya itulah yang aku tahu, kenapa Shiro sangat membenci apapun tentang Crowz. Karena dia merasa iri sosok ayah yang ia kagumi lebih memilih Crowz dari pada keluarganya sendiri." kata Akmal lirih, menutup ceritanya.

Dara yang sedari tadi mendengarkan cerita Akmal dengan seksama pun terisak-isak karena tangis. Ia tidak mampu membayangkan kepedihan yang mereka bertiga telah lalui selama ini. Dalam hatinya, Dara berjanji kepada dirinya sendiri disaat Shiro bangun nanti, ia akan melakukan apapun untuk dapat membuat Shiro bahagia dan bersemangat untuk menjalani kehidupannya.

Hellooooo....

Shiro_MSFAcreators' thoughts