Kuil Dewi Air Ivara, Kekaisaran Suci.
Kuil Dewi Air Ivara merupakan sebuah kuil yang terletak di Ibu Kota dari Kekaisaran Suci, yaitu Kota Prometheus.
Kekaisaran Suci merupakan salah satu negara adidaya di dunia saat ini, dan sedang bersaing dengan beberapa kerajaan lainnya. Tetapi, Kekaisaran Suci lebih menginginkan perdamaian dibandingkan pertumpahan darah. Hal tersebut disebabkan karena Kekaisaran Suci menganut kepercayaan terhadap 7 Dewa Agung.
Menurut ajaran dari 7 Dewa Agung, musuh yang harus dihadapi oleh Kekaisaran Suci bukanlah sesama manusia, atau ras lainnya, melainkan entitas yang bisa mengancam keselamatan umat manusia. Maka dari itu, pertumpahan darah antar Kerajaan harus dihindari karena bisa mengurangi populasi umat manusia.
Salah satu dari 7 Dewa Agung, adalah Dewi Ivara, sang Dewi Air dan kehidupan. Ia digambarkan sebagai sosok seorang ibu yang selalu memberikan air dan kehidupan kepada anak-anaknya atau seluruh dunia.
Di dalam Kuil Dewi Air, terdapat sebuah ruangan khusus yang berisikan seorang tetua yang bertugas sebagai perwakilan dari Dewi Air. Bisa dibilang, orang tersebut merupakan Imam Besar dari Dewi Air dan telah dipercayakan menjadi Imam Besar selama ratusan tahun. Tentu saja saat ini dia sudah sangat tua, tetapi tubuhnya terlihat seperti seorang perempuan tua yang masih berusia 60 tahun.
Ia saat ini sedang bermeditasi di ruangan khususnya. Biasanya jika tidak ada tugas yang mendesak, atau sebuah acara di dalam kuil, ia biasanya akan pergi bermeditasi serta melakukan beberapa hal seperti menyusun rancangan suatu ritual. Dengan kata lain, ia adalah otak dari banyak prosesi ritual yang dilakukan oleh penyembah Dewi Air. Di Kekaisaran Suci, seseorang bebas boleh menyembah Dewa apa saja, namun hal itu hanya termasuk Dewa atau Dewi yang tergabung dalam 7 Dewa Besar.
Umumnya, ada seseorang yang hanya mempercayai dan berharap kepada seorang Dewa, namun seseorang lainnya berharap kepada beberapa Dewa sekaligus. Hal itu tidak masalah, selama Dewa atau Dewi yang disembah masih tergabung dalam 7 Dewa Besar.
Wanita tua yang merupakan Imam Besar dari Dewi Air memiliki julukan sebagai 'Sortilegus' atau sang peramal. Ia selalu dikaitkan dengan ramalan miliknya yang sangat akurat dan sangat jarang meleset. Bahkan karena sangat akurat, ia pernah mencegah suatu konflik yang memicu perang. Ia bisa dikatakan merupakan aset paling berharga dari Kekaisaran Suci. Bahkan beberapa generasi pemimpin dari Kekaisaran Suci, mempercayakan masa depan Kekaisaran Suci kepada dirinya.
Tentunya itu berat, mengingat usianya saat ini sudah sangat tua.
Ruangan yang dipakai dari wanita tua itu merupakan sebuah ruangan khusus yang sangat mirip dengan sebuah kamar tidur. Luasnya terbilang cukup besar untuk kamar tidur biasa, dan lantainya terbuat dari marmer yang dipoles. Terdapat sebuah tempat khusus meditasi di ujung ruangan. Tempat meditasi tersebut seperti sebuah tempat duduk cukup panjang.
Tentu jika mau, tempat duduk tersebut juga bisa digunakan sebagai tempat tidur. Namun wanita tua tersebut sangat jarang menggunakannya sebagai tempat tidur. Di pinggir ruangan terhadap lubang panjang berukuran kecil yang berisi air dan mengelilingi ruangan. Tentu saja lubang tersebut digunakan untuk membuat ruang meditasi memiliki kesan yang lebih suci.
Di tengah ruangan, terdapat sebuah kolam dengan bentuk lingkaran. Kolam tersebut berisi dua ikan yang memiliki warna hitam dan putih. Keduanya tampak selalu bersama dan tidak dapat terpisahkan. Di langit-langit ruangan, terdapat sebuah kaca berukuran besar. Tentu saja hal itu dimaksudkan agar cahaya bulan dan matahari dapat masuk ke dalam ruangan. Dengan kata lain, atap dari ruangan meditasi terbuat dari kaca.
Namun jika ada penyusup yang berada di atas kaca dari ruang meditasi, penglihatannya akan sangat kabur sehingga tidak dapat melihat bagian dalam ruangan meditasi. Tentu saja Kuil Dewi Air memiliki perlindungan sihir yang sangat kuat jika di tingkat manusia, tetapi jika dibandingkan dengan entitas yang berasal dari luar Dunia Fana, maka sihir tersebut akan memiliki peluang besar dapat ditembus atau dirusak.
Saat ini merupakan tengah malam di Kekaisaran Suci, bulan berada tepat di atas langit sehingga cahayanya dapat masuk dan menembus kaca serta mengenai wanita tua tersebut. Tentu saja, baik matahari atau bulan merupakan sebuah berkah sehingga terkena cahayanya akan mampu membuat meditasi menjadi lebih baik.
Namun di tengah meditasi, wanita tua itu tiba-tiba membuka matanya. Ekspresinya tampak sangat terkejut sekaligus pucat bagaikan seseorang yang mengetahui bahwa orang tercintanya sudah tiada. Namun bagi seorang imam besar seperti wanita tua itu, tidak ada cinta yang lebih besar dibandingkan cinta kepada Dewi Air, yaitu Ivara.
"Apa-apaan itu!?" Ujar wanita tua itu dengan suara seperti orang panik.
"Aku merasakan aura yang sangat mengerikan, ini lebih mengerikan dibandingkan Kaisar Iblis yang sempat muncul 300 tahun lalu,"
Saat proses meditasi sedang berlangsung, wanita tersebut sempat merasakan aura yang sangat mengerikan. Namun ia tidak mengetahui sosok yang memiliki aura tersebut.
Tubuhnya mulai berkeringat dingin karena cukup kaget dan ketakutan merasakan kengerian aura hitam itu. Ia bahkan saat ini tidak mampu berkata banyak lagi setelah merasakan aura tersebut. Dua ikan yang semula berenang dengan tenang di kolam ikan dengan berbentuk lingkaran, kini mulai bergerak dengan cepat seolah-olah ikan tersebut juga diganggu oleh sesuatu.
Saat ini, hanya ada satu hal yang ada di pikiran wanita tersebut. Aura tersebut jauh lebih kuat dibandingkan Raja Iblis 300 tahun lalu. Dengan kata lain, aura tersebut berpotensi besar akan mengancam manusia. Wanita tua itu tidak boleh ceroboh dengan mengumumkan kepada publik bahaya tersebut, namun yang pasti ia harus mendiskusikan kepada keenam iman besar lainnya.
Imam Besar Dewa Api, Angin, Tanah, Udara, Petir, Matahari, dan Bulan.
Aura yang ia rasakan sebelumnya, bagaikan seorang monster di atas segala Raja Iblis. Namun wanita tua itu lebih memilih untuk mengatur napasnya yang tidak beraturan akibat terus memikirkan hal tersebut. Tentu saja jika dia tidak segera mengatur pernapasan miliknya agar menjadi normal, maka itu bisa saja membahayakan dirinya.
Akan sangat memalukan jika seorang Imam Besar mati dalam keadaan sangat terkejut. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, dan tentu saja itu dari para pelayan yang mengabdikan hidupnya di Kuil Dewi Air. Umumnya, seorang pelayan dalam kuil memiliki jabatan setingkat bangsawan tingkat paling rendah, sehingga banyak orang sangat ingin bekerja di kuil. Namun untuk kuil seorang dewi, hanya seorang wanita yang mendapatkan izin untuk mendaftar bekerja di kuil Dewi Air.
Tentu saja pelayan itu mengetahui jika Imam besarnya telah berhenti bermeditasi dan memutuskan untuk segera memeriksa keadaan wanita tua itu.
"Masuk," Wanita tua tersebut mengizinkan sang pelayan masuk.
Pelayan itu benar-benar terkejut, ini pertama kali baginya melihat ekspresi wajah dari Imam Besar itu benar-benar sangat pucat, seperti orang yang sudah tidak memiliki harapan hidup sedikit pun. Tentu saja hal itu menyebabkan si pelayan cukup panik, karena hal ini merupakan pertama kalinya terjadi.
Jika saja Imam Besar terkena sesuatu yang buruk, maka seluruh kesalahan akan dilimpahkan kepada pelayan yang sedang menjaga Imam Besar. Tentunya pelayan tersebut juga cukup takut jika keadaan Imam Besar semakin memburuk, dan ia akan dibawa secara paksa ke pengadilan.
Pelayan tersebut langsung berlari mendekati wanita tua itu, ia juga membawakan sebuah kain putih yang sangat halus. Tekstur halusnya bagaikan sebuah kapas.
"Imam Besar, apakah Nona Imam Besar tidak apa-apa? Apa yang Nona butuhkan!?" Ujar sang pelayan dengan cukup panik.
Ia merasa jika dirinya saat ini akan berada dalam bahaya karena wajah dari Imam Besar tampak sangat pucat. Pelayan tersebut memiliki nama Cellica. Bisa dikatakan ia merupakan pelayan yang paling loyal dan mengabdikan semuanya kepada Dewi Air, yaitu Ivara.
Tidak ada jawaban yang terdengar dari Imam besar membuat Cellica semakin cemas. Ia sangat takut jika dirinya akan mati. Bisa dikatakan, ketakutan terbesar Cellica adalah kematian, dan ia sangat ingin menghindari hal tersebut. Tentu saja dengan mendekatkan diri kepada Dewi Air dan Kehidupan, yaitu Ivara akan memperpanjang umur Cellica. Begitulah yang ia percayai selama ini.
Namun Cellica merasa sedikit lega, karena Imam Besar mengambil kain yang ia bawa untuk membersihkan keringat yang ia miliki. Cellica kemudian memutuskan untuk mengambil inisiatif dengan membawakan air minum kepada Imam Besar.
"Imam Besar, harap tunggu sebentar, Aku akan mengambilkan minuman!" Ujar Cellica dengan suara yang masih sedikit ketakutan.
Imam Besar hanya tersenyum dan mengangguk. Wanita tua tersebut merasa sangat terhibur karena ia masih bisa melihat tingkah generasi muda yang cukup menggemaskan dan lucu. Tentu saja sampai saat ini ia masih belum menemukan seseorang yang mampu menggantikan kursi Imam Besar dari Dewi Air.