Syut..
Tep.
"Hmm?"
Sinar matahari terang menjadi hal pertama yang ditangkap oleh dua bola mata shappire yang sedang mencoba menujukkan eksistensinya, bersamaan dengan sosok burung pembawa pesan yang baru saja hinggap di sebuah jendela kamar.
"Hoam..."
Seorang pemuda berambut pirang baru saja terbangun dari matrasnya, tidak tahan dengan sinar matahari yang semakin terang, ditandai dengan dua mata shappire-nya yang sekarang sudah terbuka sepenuhnya.
Direntangkan kedua tangannya, mencoba merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku, perlahan tapi pasti kesadaran mulai masuk ke dalam tubuh tegap itu.
"Sudah pagi eh?"
Si pemuda berambut pirang sekarang sudah sadar sepenuhnya, lantas beranjak menghampiri sosok burung yang masih setia hinggap di jendela kamarnya.
Mata Shappire-nya sekarang tengah fokus pada sebuah benda yang berada di kaki kanan burung itu, perlahan tangan-nya yang dibalut perban mulai bergerak ke arah benda itu, sedangkan si burung masih setia di tempatnya, tidak terganggu dengan pergerakan tangan si pemuda yang mulai memegangi salah satu kakinya.
Kpak.. Kpak...
Si burung lantas pergi meninggalkan jendela itu setelah merasa sebuah benda yang dililitkan di kakinya sudah terlepas, bersamaan dengan itu si sosok pemuda mulai mengerenyitkan dahinya, mata Shappire-nya tertuju pada benda yang sekarang berada di tangannya, dua buah lembaran kertas.
Dibukanya lembaran kertas yang tergulung itu, mulai membaca setiap kata yang tertulis pada lembaran itu, senyum terulas di bibir si pemuda, mulai memahami isi dari surat tersebut.
Bagaimana kabarmu Naruto?
Apa misi kalian berjalan lancar?
Aku harap begitu.. karena..
kau tahu? Sasuke baru saja menyelesaikan misinya, sepertinya dia benar benar berubah kali ini ya..
Apa kau rindu pada desa?
Tenang saja semua orang masih menjaga janjinya, dan kau tahu banyak sekali fans-mu yang terus saja berdatangan ke kantorku.
Kau menambah pekerjaanku saja Naruto, cepatlah kembali... rasanya aku ingin segera memberikanmu jabatan hokage ini.
Bagaimana dengan Sakura?
Jangan membuatnya kesusahan oke?
baiklah mungkin itu saja dariku.
Ohh iya satu hal lagi, Raikage meminta bertemu denganmu di perbatasan desa, sepertinya dia ingin bicara denganmu.
Baiklah itu saja isi suratku, dan jangan lupa membaca surat dari Sasuke!
Dari sensei terbaikmu,
Hatake Kakashi.
"Hmm?"
Naruto mulai membuka secarik kertas yang terselip di lembaran surat itu, kembali membaca beberapa kata yang tertulis di sebuah lembaran kertas, tidak sepanjang surat milik senseinya, tapi kata kata yang tertulis di sana cukup untuk membuat Naruto kembali mengerenyitkan dahinya.
1-0
Aku lebih cepat darimu dobe.
Naruto mendecih sebentar, lantas mulai mengukir sebuah senyum kecil di wajahnya, mengalihkan pandangannya ke arah langit biru yang begitu cerah hari itu.
Mungkin ini menjadi awal kembalinya kompetisi rival diantara dirinya dengan Sasuke.
"Ya kau boleh bersenang senang sekarang Teme, tapi lain kali aku akan lebih cepat darimu!" Batin Naruto dengan semangat yang menggebu gebu di dalam hatinya.
Dilipat kembali surat di tangannya, menyimpan surat yang sudah dilipat ke dalam saku celananya, mulai berjalan ke arah pintu kamar yang sudah terbuka, sepertinya Sakura sudah bangun duluan.
"Hoamm..."
Salah satu tangan Naruto bergerak ke arah mulutnya, menutupi mulutnya yang sedang terbuka lebar, akibat dari rasa kantuk yang masih dirasakan olehnya.
"Ohayou Naruto!"
"Ohayou Sakura chan!"
Melihat sosok bersurai merah muda itu entah kenapa membuat rasa kantuk Naruto hilang seketika, dilihatnya gadis gulali itu sedang menempatkan beberapa makanan di meja makan, sepertinya Sakura baru saja selesai memasak.
"Hmm, Makanan buatanmu semakin hari semakin enak Sakura chan!"
"Benarkah?!"
Sakura hanya cekikikan, sudah beberapa hari ini Naruto sering memuji masakannya, ya untuk pertama kali memang terdengar begitu menyenangkan, tapi lama lama pujian Naruto sepertinya mulai terasa geli menurutnya.
"Hmm!"
Naruto hanya mengangguk membalas perkatan Sakura, mencoba menikmati makanan yang dibuat oleh Sakura, dan entah kenapa terbesit sebuah ide untuk menggoda gadis di hadapannya itu.
"Kau pasti bisa menjadi istri yang hebat, Sakura chan!"
Blush
Muka Sakura merah padam, godaan Naruto tepat sasaran, membuat si gadis menghentikan acara sarapannya, lantas menundukkan kepalanya, berusaha menutupi ekspresinya yang memalukan.
Sementara Naruto hanya bisa menyengir, sambil kembali melanjutkan acara sarapannya, sangat puas melihat ekspresi Sakura yang terlihat menggemaskan itu.
"Jadi! Bisa kau beritahu aku, Sakura chan?"
Naruto yang sudah menghabiskan makanannya lantas mulai bertanya, dengan ekspresi menggoda, ditunjukkan untuk Sakura yang masih menundukkan kepalanya.
"So-soal A-pa?"
Dasar Sakura, berusaha menutupi wajahnya yang memerah, tapi tidak berusaha menyembunyikan kegugupannya dari Naruto.
Naruto yang mendengar itu tentu saja semakin gemas, rasanya dia benar benar ingin terus menggoda Sakura, mungkin menggoda Sakura akan jadi hobi barunya kali ini.
"Tentu saja soal ramenku, jadi dimana kau menyembunyikannya Sakura chan?"
Masih dengan ekspresi menggodanya, kali ini sebelah tangannya terlihat menyangga dagunya, semakin menunjukkan seringai yang terlihat di wajah Naruto.
Sepertinya Naruto bukan tanpa alasan terus memuji Sakura, ada alasan tersembunyi kenapa dia terus melakukan itu beberapa hari ini.
Glek.
Naruto menelan ludahnya sendiri, tercekat melihat Sakura yang tiba tiba saja mendongkakkan kepalanya, mulai memicing tajam ke arah Naruto dengan pandangan yang sangat tidak enak dilihat.
Sakura merasa terlena, benar benar pujian Naruto itu sudah membuatnya lupa tentang diri Naruto yang sebenarnya, seorang pria bodoh penyuka ramen.
"Tidak, aku tak akan pernah memberitahu mu!"
Sakura mendengus kesal sambil menggelengkan kepalanya dengan cepat, membuat Naruto yang melihatnya hanya bisa menghela nafas, dan menunduk suram.
Rencananya gagal lagi.
"Baiklah jika kau tidak mau memberitahuku, aku akan mencarinya sendiri!"
"Aku tertarik melihatmu mencoba!"
Sakura menyeringai, menyilangkan kedua tangannya di depan dada, melihat Naruto yang sepertinya sudah merasa kesal, bisa dibilang ekspresi frustasi Naruto terlihat lucu baginya, sangat menarik untuk melihat Naruto mencoba menemukan ramennya dengan kemampuan sendiri.
Srek.
Naruto beranjak dari tempat duduknya, membuat kertas surat yang terselip di sakunya jatuh ke lantai, Naruto tidak menyadarinya tapi tidak dengan Sakura, mata emeraldnya menangkap surat yang terjatuh itu, membuat rasa penasaran tiba tiba menghinggapi dirinya.
"Naruto surat apa itu?"
"Eh?"
Sakura menunjuk kearah jatuhnya kertas surat, membuat Naruto mengalihkan pandangannya ke arah tempat yang ditunjuk oleh Sakura sambil mengangkat salah satu alisnya.
"Aku lupa!"
Sakura menaikkan salah satu alisnya, memandang Naruto yang saat ini sedang memungut sebuah kertas, dan kembali menaruh kertas itu di saku celananya.
"Apa yang kau lupakan?"
Mendengar pertanyaan Sakura membuat Naruto kembali menatap gadis itu, lantas segera bergerak menghampiri Sakura yang mulai menujukkan ekspresi kebingungan.
Tep.
Naruto menggengam salah satu tangan Sakura, ditariknya lengan gadis itu, membuat si empunya berdecak kaget.
"Eh?!"
Rona merah kecil muncul di kedua pipi Sakura, ada perasaan kaget yang dirasakan oleh gadis itu saat merasakan tangannya di tarik oleh Naruto.
"Ikut aku Sakura chan!"
"Kemana?"
"Bertemu seseorang hehe!"
Menggunakan salah satu tangannya yang menganggur, Naruto menggaruk garuk belakang kepalanya, sambil menunjukkan senyum mataharinya pada Sakura.
-----------
Suara burung berikicauan, matahari cerah terpampang jelas di langit biru, suara anak anak yang sedang bermain ikut menambah suasana pagi menjadi lebih cerah.
Sorot mata safir dan emerald memancarkan kebahagian, berjalan beriringan menembus jalanan desa yang begitu ramai dan terlihat menyenangkan, benar benar sambutan yang indah bagi Sakura dan Naruto.
"Jadi kita akan bertemu Raikage?"
Sosok gadis bersurai merah muda berbicara antusias, mengalihkan sorot matanya ke arah pemuda yang berjalan di sampingnya.
"Iya"
Sosok pemuda yang ditanya hanya mengangguk pelan sebagai balasan, tampak senyum terus menghiasi wajah-nya, harus diakui Naruto sedang bahagia saat ini.
"Untuk apa?"
Mendebgar pertanyaan itu membuat Naruto menautkan kedua alisnya, lantas mengalihkan atensinya kearah langit biru di atasnya, mulai menggeleng pelan.
"Aku tidak tahu, sensei hanya menyuruhku untuk menemui mereka di perbatasan desa."
Tangannya bergerak ke arah saku celana, mengambil secarik kertas yang ada disana, lantas memberikannya kepada Sakura yang berada di sampingnya.
Sakura membukanya, manik emerald-nya bergerak ke segala arah, menerawang isi surat tersebut.
Senyum kecil mulai menghiasi wajah manis Sakura, lantas mulai berubah menjadi tawa kecil setelah membaca surat kecil yang terselip di secarik kertas itu.
"Jadi kau masih bersaing dengannya eh?"
Tangan Sakura bergerak ke arah tubuh si pemuda, menyikutnya pelan sebagai tujuannya, membuat si empunya tersentak begitu merasakan sebuah sikutan pelan yang malah terasa geli menurutnya.
"Entahlah, si teme sialan itu tiba tiba saja menganggap misi ini sebagai persaingan!"
"Haha dasar! kalian berdua tidak pernah berubah ya!"
"Eh ada sih yang berubah, kali ini Sasuke ya yang mengajakmu bertanding, benar benar tidak terduga, bukan begitu Naruto?"
Sakura kembali cekikikan, terus menyenggol badan si pemuda, dirinya saat ini begitu senang menggoda Naruto, apalagi Naruto sedang menunjukkan eskpresi kekesalannya saat ini.
"Jangan menyindirku Sakura-chan, aku yang saat ini lebih tertarik kepada sesuatu dibanding dengan persainganku dengan si teme sialan itu."
Sakura yang mendengarnya sontak bingung, mengangkat salah satu alisnya sebagai pertanda tidak mengerti dengan maksud Naruto.
"Apa yang lebih penting dari persainganmu dengan Sasuke, nee Naruto?"
Naruto menghentikan langkahnya, membuat Sakura yang melihatnya juga menghentikan langkahnya, Naruto berbalik ke arah Sakura, sorot manik safir-nya terlihat begitu hangat dan ditambah senyum si pemuda yang semakin membuat Sakura salah tingkah dibuatnya.
"Dirimu."
Tangan Naruto bergerak memegangi dagu si gadis, mendekatkan wajah Sakura dengan dirinya, membuat rona merah perlahan menghiasi kedua pipi Sakura, Naruto terus mendekatkan wajahnya tidak menghiraukan beberapa anak kecil yang melihat ke arah mereka dengan ekspresi kaget sekaligus kagum.
"Hahaha, wajahmu sungguh manis Sakura-chan!"
Sakura yang sudah memejamkan matanya sontak kaget seteleh mendengar Naruto tertawa, perlahan dibuka matanya, mendapati Naruto yang saat ini sedang tertawa puas, dan ketika itu Sakura mulai sadar apa yang baru saja Naruto lakukan pada dirinya.
Wajah Sakura semakin merah, mendapati beberapa anak kecil melihat ke arah dirinya dengan ekspresi polos, Naruto ingin mempermalukannya di depan anak kecil.
Glek.
Naruto merasakan hawa tidak enak, manik safir-nya mulai menangkap Sakura yang diselimuti hawa mengerikan, dan ketika itu pula Naruto berlari dari situ menyadari sebuah kesalahan menggoda Sakura.
"Naruto baka! kembali kesini!"
Masih dengan wajah yang memerah Sakura terus mengikuti Naruto yang sudah berlari menjauhi dirinya.
"Hahaha kejar aku kalau bisa!"
Naruto sempat menolehkan kepalanya, mulai menjulurkan lidah-nya ke arah Sakura, kali ini mencoba mengejek si gadis.
Wajah Sakura semakin merah dan kali ini bukan lagi karena malu melainkan kesal yang sudah tidak tertahan, membuat si gadis semakin mempercepat langkahnya, Naruto yang melihatnya meringis ngeri dan ikut mempercepat langkahnya.
"Awas kau Naruto!"
"Hii Sakura-chan benar benar seram!"
---------
"Aduh.."
Sambil berjalan Naruto masih memegang sebuah benjolan di kuncup kepalanya, dirinya saat ini tengah menyesali perbuatannya.
"Huh, makannya kalau lari lihat ke depan, untung saja kau hanya menabrak dinding!"
Sakura mendengus sebal, memalingkan wajahnya sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada, namun yang tidak Naruto lihat, Sakura saat ini sedang menyeringai puas.
"Haha rasakan itu bodoh!" Inner Sakura berteriak di kepalanya.
"Itu salahmu juga Sakura-chan! kenapa kau mengejarku dengan memasang wajah yang menye-"
Naruto kembali menelan ludahnya sendiri, kata katanya tercekat tak bisa diteruskan, keringat dingin mengucur deras, digelengkan kepalanya dengan cepat, mendapati Sakura mendeliknya dengan sangat tajam.
"Ti-tidak lupakan saja."
Sakura menyeringai, dapat dilihat si gadis sepertinya puas sekali melihat Naruto yang ketakutan setengah mati, entah apa tujuan Sakura menakut nakuti Naruto dengan tatapan tajamnya.
Setelah itu tidak ada lagi suara berisik Naruto maupun omelan Sakura yang terjadi, hanya keheningan yang terjadi diantara mereka, bukan apa-apa, kali ini Naruto memilih untuk diam, takut jika dirinya akan salah bicara lagi, Naruto sudah cukup jera untuk menggoda Sakura sekarang.
Tap Tap Tap
"Berhenti! Kalian pikir kalian mau pergi kemana?"
Diikuti munculnya suara yang terdengar memerintah itu, Naruto dan Sakura menghentikan langkahnya, berbalik ke arah suara sambil memasang ekspresi yang sama, menaikkan salah satu alisnya.
"Oh maaf Tuan Naruto dan Nona Sakura, kami tidak mengenali kalian, sebelumnya kalau boleh tahu kenapa kalian pergi ke arah gerbang desa?"
Tidak jauh dari tempat mereka berdiri, tiga orang pria berjubah ungu berdiri di hadapan mereka, baik Naruto dan Sakura tidak mengenali mereka semua, tapi melihat baju yang dipakai oleh ketiga orang itu membuat Naruto dan Sakura sadar siapa orang yang berada di hadapan mereka sekarang.
"Ah itu kami ingin bertemu Ra-"
Humph
Naruto mendelik tajam ke arah gadis di sampingnya, setelah Sakura dengan kasar membekap mulutnya dengan salah satu tangannya, sementara Sakura tidak mengindahkan tatapan Naruto, gadis itu malah melihat ke arah tiga pria yang sedang menatap heran Naruto dan Sakura.
"Ah kami ingin bertemu seseorang dari desa kami, mereka mengantarkan persedian kami untuk menjalankan misi, apa kami boleh pergi?"
Sakura yang sadar tatapan ketiga pria yang sepertinya sedang curiga terhadap dirinya dan Naruto segera menjelaskan alasan yang paling masuk akal, Sambil menyipitkan kedua matanya, berusaha untuk membuat ketiga pria itu tidak curiga lagi kepada mereka berdua.
Humph!
Naruto masih terus berusaha melepaskan tangan Sakura dari mulutnya, sementara Sakura yang sadar mulai menatap tajam ke arah Naruto, kemudian segera berbisik yang hanya bisa di dengar Naruto saat itu.
"Diam sebentar Baka!"
Naruto yang melihat tatapan tajam Sakura segera sadar apa yang Sakura maksud dari perkataannya, dirinya tidak lagi memberontak, kali ini melepaskan tangan Sakura dengan lembut, dan tanpa di duga cara itu berhasil.
"Ohh baiklah kalau begitu, maaf telah mengganggu waktu kalian Tuan Naruto dan Nona Sakura, kami pergi dulu."
Ketiga pria membungkuk hormat, membuat Sakura dan Naruto bingung dibuatnya, lantas ketiga sosok itu beranjak pergi dari sana meninggalkan Sakura dan Naruto dengan pikiran mereka masing masing.
"Apa mereka selalu hormat seperti itu?" Batin Sakura.
"Desa ini dipenuhi orang aneh!" Batin Naruto.
——————
Srekk.. srekk...
Muncul suara dari semak semak, membuat ketiga sosok berpakaian jounin khas desa Kumogakure menyiagakan tangannya di pedang mereka, mengalihkan atensinya kearah semak semak yang terlihat bergerak.
"Berhenti!"
Sosok berjubah putih mengangkat tangannya, membuat ketiga shinobi yang sudah siap bertarung itu menurunkan kewaspadannya, sosok itu kemudian berjalan ke arah semak semak, lalu mulai tersenyum.
"Sudah lama tidak bertemu ya Naruto!"
Seketika itu pula dua sosok berbeda gender muncul dari balik semak semak, ya itu adalah Naruto dan Sakura, mereka baru saja sampai di perbatasan desa, sebuah tebing dimana semua orang yang ada di sana bisa melihat keadaan desa yang begitu luas, dengan sebuah kastil yang terletak di tengah tengahnya.
"Ah paman Raikage! sudah lama tidak bertemu! Eh? ada paman Gurita juga?"
"Yo Naruto!"
Naruto mengangkat tangannya, melambai lambai ke arah ke empat sosok yang baru saja dia temui, sementara Sakura hanya bisa menunduk, merasa Naruto begitu santainya bertemu dengan seorang pemimpin desa.
"Ah kau Sakura kan? murid dari Tsunade?"
"Ah I-iya kau benar Tuan Raikage."
Sakura mencoba untuk menjaga image, dia harus sopan bertemu seorang petinggi dari desa lain, tidak mau seperti Naruto yang kelewat santai, bahkan bisa dibilang Naruto malah memilih mengobrol dengan seseorang yang dipanggilnya paman Gurita.
"Yo Naruto apa dia kekasihmu?"
Bee berbisik kepada Naruto sambil menunjuk ke arah Sakura yang terlihat sedang mengobrol dengan A.
"Ah Haha ya bisa dibilang begitu!"
Naruto hanya bisa menggaruk garuk belakang kepalanya sambil menyengir.
Cerminan bayangan Sakura nampak terlihat di kacamata hitam milik Killer Bee, pandangan Bee, saat ini terus fokus melihat ke arah Sakura, melontarkan beberapa kata setelah melihat perawakan Sakura secara mendetail.
"Dadanya rata! Konoyaro! Bakayaro!"
Tentu saja Naruto mendengarnya, keringat dingin mulai mengucur di wajahnya, berharap Sakura tidak mendengar perkataan Killer Bee tadi.
Fuuyhh...
Naruto menghapus keringat dinginnya, mendapati Sakura yang sampai sekarang masih sibuk mengobrol dengan A, sepertinya Sakura tidak mendengar perkataan Killer Bee, lantas Naruto mendelik tajam ke arah Pria di sampingnya, memastikan agar si pria tidak lagi keceplosan seperti itu.
"Hei! Hei! Aku hanya bercanda, Konoyaro! Bakayaro!"
"Jangan katakan hal itu lagi!" Bisik Naruto.
Deg.
Naruto tersentak, manik safir-nya mendapati Sakura sedang melihat ke arahnya, keringat dingin kembali mengucur deras, takut jika Sakura sebenarnya mendengar percakapan antara Naruto dan Bee tadi.
"Hei Naruto, kau kenapa?"
Sakura menautkan kedua alisnya, heran dengan sikap si pemuda yang terlihat seperti ketakutan, lebih tepatnya takut melihat dirinya.
Naruto menggeleng cepat sebagai jawaban, sepertinya benar Sakura tidak mendengar percakapannya tadi, Paman gurita berhutang terima kasih pada dirinya saat ini.
Sementara Sakura malah semakin curiga, terus menatap Naruto dengan intens, membuat yang di tatap tersentak lagi.
"Hei hei Sa-Sakura-chan apa ada yang salah denganku?"
Naruto terlihat semakin gugup, wajah Sakura semakin dekat dengan dirinya, membuat semburat merah kecil muncul di kedua pipinya.
"Hmm? Naruto apa yang k-"
"Hei Naruto!"
Sakura tidak dapat meneruskan perkataannya, setelah sebuah suara baritone milik Raikage bersuara, membuat Naruto dan Sakura mengalihkan pandangannya ke arah sosok yang berbicara tadi.
"Ya?"
"Bagaimana dengan misimu? apa kau sudah mendapatkan petunjuk mengenai apa yang sebenarnya terjadi disini?"
Raikage kembali berbicara, mengalihkan pandangannya ke arah hamparan desa yang terlihat begitu luas, mencoba membuat Naruto mengerti maksud dari pertanyaannya tadi.
"Hmm? sejauh ini aku tidak menemukan hal aneh sih, masih terlihat seperti desa normal yang seperti biasa- aw"
Naruto mendelik tajam ke arah Sakura, mendapati Sakura baru saja mencubit lengannya, namun ketika itu juga Naruto kaget, Sakura juga menatap tajam dirinya.
Ketika itu pula akhirnya Naruto sadar, ada sesuatu yang dilewatkan dirinya, lantas Naruto menatap Raikage kembali, dan perlahan memutar bola matanya ke arah Sakura membuat Raikage mulai menaikkan salah satu alisnya.
"Sakura apa kau tahu sesuatu?"
"Eh?"
Sakura tersentak, kali ini Raikage tidak lagi menatap Naruto melainkan dirinya, membuat Sakura mengalihkan pandangannya ke arah Naruto, mendapati si pemuda pirang hanya tersenyum lembut, seperti mengatakan kau saja yang menjelaskannya.
"Sebenarnya ada yang mengganggu pikiranku saat ini, sewaktu kami berdua hendak menemui kalian, kami sempat dicegat oleh tiga orang bawahan Gengo, seakan akan mereka melarang kami berdua keluar dari desa."
Raikage menaikkan salah satu alisnya, melihat ekspresi Sakura yang begitu serius, sepertinya gadis itu memiliki daya analisis yang cukup tinggi.
"Jadi maksudmu, semua orang di sana tidak diperbolehkan untuk pergi keluar?"
Sakura mengangguk membenarkan semua perkataan Raikage, lantas membuat Raikage memejamkan matanya sebentar, seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Hmm baiklah kalau begitu, percepatlah investigasi kalian! sepertinya si Gengo ini sedang merencanakan sesuatu yang berbahaya, dan jangan sampai lengah!"
Sakura dan Naruto mengangguk mantap, mengerti dengan maksud perkataan Raikage, sepertinya kali ini Naruto dan Sakura tidak boleh bersantai santai lagi, mereka harus menemukan kebenaran dibalik Desa Sunyi ini.
"Baiklah kalau begitu, kami akan pergi, kalian boleh kembali ke desa dan ngomong-ngomong sepertinya teman-mu itu akhirnya melakukan perbuatan yang benar ya, Naruto?"
Raikage sedikit tersenyum, membuat Naruto dan Sakura juga ikut tersenyum, tahu siapa sosok yang dimaksud Raikage sebagai teman-mu.
"Baiklah kami akan pergi menemuinya sekarang, kalau begitu sampai jumpa Naruto!"
"Ehh kalian akan bertemu Sasuke?" Pekik Naruto sedikit kaget mendengar perkataan Raikage.
"Ya, sepertinya dia baru saja menemukan bisnis perbudakan, dia meminta kami untuk melakukan sesuatu di sana." Jawab Raikage, diikuti dengan kedua jounin yang mulai menghilang, menyisakan Bee, A, Naruto, dan Sakura yang berada disana.
"Kalau begitu bolehkah aku meminta tolong?"
"Hmm, Tentu saja."
——————-
Hah.. Hah.....
Keringat mengalir deras di wajah seorang pemuda bersurai hitam, nampak dirinya saat ini tengah berdiri di atas sebuah arena, dikelilingi oleh puluhan shinobi yang sudah tak sadarkan diri.
"Wow, sungguh diluar dugaan! Uchiha Sasuke mengalahkan semua shinobi! Yang artinya, dia mendapatkan semua shinobi!"
Suara pembawa acara terdengar begitu keras di ruangan besar tersebut, membuat semua penonton terpaku, tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat di arena tersebut.
"Bagaimana dengan nasib kami selanjutnya?" Salah satu shinobi nampak bangkit, menatap Sasuke yang masih berdiri di tengah arena.
"Kalian semua akan ditampung oleh Kumogakure." Jawab Sasuke, menatap datar shinobi yang baru saja bangkit.
"Kumogakure?" Pekik si shinobi, tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Sasuke.
"Benar sekali! Semua shinobi akan kami lindungi! Selain itu, semua orang yang ikut andil dalam judi ilegal ini, akan ditahan!"
Suara teriakan Raikage muncul di ruangan tersebut, membuat kepanikan di antara para penonton, namun semua sudah terlambat, para jounin Kumogakure sudah menghalangi jalan keluar mereka.
"Aku datang, Nak." Ucap Raikage ketika menghampiri Sasuke yang berada di tengah arena.
"Terima Kasih." Balas Sasuke, ikut mengalihkan pandangannya ke arah Raikage yang sudah berada di sampingnya.
"Berterima kasihlah pada Rokudaime-mu, dia bilang pulau ini dekat dengan desaku dan masalah ini menjadi tanggungan Kumogakure, karena itu kami datang."
Raikage kembali berbicara, namun wajahnya tidak menunjukkan ekspresi yang sama ketika bertemu dengan Naruto, lebih terlihat berwibawa dan nampak tidak terlalu suka dengan sosok di hadapannya itu.
"Dulu Naruto, pernah menentang kami demi dirimu, itu terjadi saat dirimu menculik adikku."
Perkataan Raikage membuat mata Sasuke sontak membulat, benar benar tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh lawan bicaranya itu.
"Untung saja aku tidak membunuhmu waktu itu, kenalilah dirimu dan orang lain, jangan pernah mengambil jalan yang salah lagi, temukanlah alasan mengapa kau masih bisa hidup bebas di dunia ini, dan gunakan lah alasan itu untuk meyakinkan orang-orang di sekitarmu!"
Hmm
Raikage sempat memejamkan matanya sebelum akhirnya kembali berbicara.
"Mungkin dari insiden ini, kau bisa menemukan alasanmu, tapi, satu alasan saja tidak akan cukup." Ucap Raikage sembari pergi menjauh membelakangi Sasuke yang terlihat terpaku di tempatnya berdiri.
"Hmm?"
Sasuke menaikkan salah satu alisnya, setelah seseorang berkacamata hitam menyodorkan sebuah gulungan kertas kecil pada dirinya.
"Ini surat untukmu, Konoyaro! Bakayaro!"
"Terima kasih." Jawab Sasuke sambil mengambil gulungan kertas itu dari tangan Bee.
"Yo!" Killer Bee berbalik, mulai menjauh dari sana, permintaan tolong dari Naruto sudah ia selesaikan sekarang.
"Hmm, jelek sekali tulisannya, ini pasti tulisan Naruto...." gumam Sasuke, ketika melihat dua buah kertas kecil di tangannya.
Sasuke.
Walaupun kau jauh dari desa..
Tapi kau masih melindungi desa dari kejauhan
Kau sudah seperti kepolisian Konoha saja!
Mata Sasuke sedikit membulat, membaca surat Naruto membuat dirinya ingat cita cita semasa kecilnya, menjadi polisi di kepolisian Konoha.
Jangan terlalu lama berkelana! Aku dan Sakura-chan akan kembali ke desa beberapa bulan lagi.
"Hmm, mungkin aku juga akan kembali ke desa.."
To Be Continued.