webnovel

NAMA DI KAIN KAFAN

Saat ini adalah malam Jum'at Kliwon. Suara tetes air hujan terdengar jelas dari atap rumah Seroja, yang terbuat dari genteng tanah liat. Sebuah sobekan kecil, kain kafan putih tergeletak di atas meja riasnya. Seroja mengambil sebuah silet, yang tergeletak di samping kain kafan tersebut. Sambil menyeringai sinis dan membaca mantra, yang pernah diajarkan oleh Ibunya, Nyai Ayu Rembulan. Kemudian dia mulai menyayat sedikit ujung jari telunjuknya, agar dapat mengeluarkan darah segar. Pada saat darah menetes, Seroja mulai menuliskan tujuh nama laki-laki di atas sobekan kain kafan tersebut. "Besok, aku akan menyelipkan kain kafan ini di jenazah Rembulan. Agar rohnya kelak dapat membantu aku, membalaskan semua dendam!" gumam Seroja sambil menyeringai penuh kebencian.

Ifan_Tiyani · ホラー
レビュー数が足りません
284 Chs

HINGGA NAFAS TERAKHIR!

Mendengar perkataan Rembulan tersebut, membuat hati Roy semakin bertambah kesal. Juga menimbulkan rasa amarah yang luar biasa, karena sebagai seorang lelaki. Roy sangat merasa harga dirinya terinjak-injak, oleh sikap Rembulan selama ini terhadap dirinya.

Sebab selama ini, Roy merasa dirinya sangat di hormati. Oleh semua orang yang berada di sekitarnya, karena Roy merupakan anak seorang konglomerat yang kaya raya. Ditambah lagi dengan minuman keras, yang baru saja di konsumsi oleh Roy bersama dengan teman-temannya tadi di sebuah club malam. Sehingga membuat Roy seperti tidak memiliki, akal pikiran yang sehat saat ini.

Sambil tertawa terbahak-bahak, dengan nekad Roy menarik tangan Rembulan secara paksa. Dengan sekuat tenaganya, sehingga membuat tubuh Rembulan terhuyung ke pinggir trotoar. Kemudian tanpa disengaja, kepala Rembulan terbentur batu yang berada di pinggir jalan tersebut. Seketika itu pula, Rembulan langsung tergeletak tidak sadarkan diri.

Melihat hal tersebut temannya Roy yang bernama Bagas, yang duduk di boncengan belakang motor Roy. Nampak sangat terkejut sekali, kemudian dengan panik. Dia pun segera meminta Roy, untuk menghentikan motornya yang diikuti oleh teman-teman Roy yang lain.

"Apa yang kau lakukan Roy? Apakah kau sudah gila? Lihatlah Rembulan, sampai pingsan seperti itu!" ujar Bagas.

Kemudian dia langsung berjalan menghampiri Rembulan, lalu Roy pun segera turun dari motornya. Lalu dia mencoba menggendong Rembulan, untuk dinaikkan ke atas motor gede miliknya.

"Bagas! Bantulah aku untuk menggotong tubuh Rembulan ini, naik atas motorku sekarang juga!" perintah Roy dengan nada suara, yang terdengar sangat tegas sekali.

Bagas yang memang sangat takut terhadap Roy, karena di dalam perkumpulan motor gede ini. Roy merupakan pimpinan di antara mereka, maka seperti kerbau dicocok hidungnya saja. Bagas pun mengikuti perintah tersebut, tanpa banyak bertanya.

Setelah itu Roy meletakkan tubuh Rembulan, yang masih pingsan tersebut di antara dirinya dan juga Bagas. Setelah itu mereka pun melanjutkan perjalanan, yang sempat terhenti itu. Motor yang dikendarai Roy berjalan terlebih dahulu, dari pada teman-temannya yang terus mengikuti motor Roy dari belakang.

Tiba di sebuah rumah tua yang sudah lama kosong, Roy pun segera membelokkan motornya. Memasuki perkarangan rumah tua tersebut, lalu kembali memerintahkan kepada Bagas. Untuk segera mengangkat tubuh Rembulan, lalu membawanya masuk ke dalam rumah tua itu.

Suasana di dalam rumah tua tersebut tampak gelap sekali, hanya ada lampu kecil sebesar 5 watt. Yang dipasang di tengah ruangan rumah tersebut, bau kayu lapuk juga suasana yang lembab sangat terasa di dalam rumah ini. Entah setan apa yang bergelayut di dalam kepala Roy saat ini, pada saat dia melihat sosok Rembulan tergeletak tak berdaya di atas lantai.

Pada saat Roy pun melihat baju gamis, yang dikenakan oleh Rembulan tersingkap hingga ke atas. Dengan penuh nafsu dan juga rasa amarah yang memenuhi hatinya, Roy langsung melucuti semua pakaian, yang dikenakan oleh Rembulan saat itu juga.

Lalu tanpa berkata satu kata pun, Roy langsung memperkosa tubuh perempuan cantik yang tidak berdaya tersebut. Kemudian setelah selesai melampiaskan, semua hawa nafsunya. Raut wajah Roy nampak mengguratkan, rasa kepuasan dan juga kemenangan.

Saat Roy menoleh kearah belakang, dia melihat lima orang temannya berdiri memperhatikan. Semua yang saat ini dia lakukan, sedangkan satu orang temannya yang bernama Levin. Terlihat tergeletak di atas lantai, karena dia dalam kondisi mabuk berat.

"Kenapa kalian hanya memandangku seperti itu? Jangan bodoh! Ayo ikut menikmati tubuh perempuan cantik yang sombong ini, kapan lagi kalian bisa merasakan. Surga dunia dengan gratis? Hahahaa!" seru Roy sambil tertawa terbahak-bahak.

Mendengar perkataan Roy tersebut, kelima teman Roy saling berpandangan satu dengan yang lainnya. Kemudian seperti di komando saja, mereka saling bergantian menyetubuhi Rembulan. Yang saat ini dalam keadaan pingsan, terkapar tidak berdaya.

Pada saat lelaki keenam hendak memperkosa Rembulan, tiba-tiba saja Rembulan tersadar dari pingsannya. Rembulan melihat kearah sekelilingnya, dengan tatapan mata penuh rasa ketakutan dan juga bingung.

Pada saat matanya melihat ke arah Roy, Rembulan langsung menjerit histeris. Apalagi pada saat ia menyadari, bawa saat ini tubuhnya dalam keadaan setengah telanjang. Rembulan langsung menangis sekencangnya, lalu berteriak kepada Roy.

"A-Apa yang kau lakukan kepadaku Roy?! Huhuhuu ... Apa yang telah kalian lakukan? Dasar iblis kalian semua! Aku akan mengadukan perlakuan kalian semua ini, kepada Polisi! Huhuhuu," ancam Rembulan dengan suara keras, sambil terus menangis dengan sangat histeris.

Lalu dia pun berusaha untuk bangkit dari posisi tidurnya, melihat hal tersebut seketika Roy menjadi panik. Roy segera mengambil batang kayu besar, yang berada di sudut ruangan rumah tua tersebut. Lalu tanpa berpikir panjang lagi, dengan cepat dia menghampiri Rembulan. Lalu memukul kepala Rembulan, dengan sekerasnya berkali-kali.

Hingga darah terus mengucur dengan deras, dari kepala Rembulan yang remuk. Hingga akhirnya Rembulan pun, kembali terjatuh di atas lantai dalam keadaan meninggal.

"Gila kau Roy! Apa yang kau lakukan?! Lihat Rembulan, dia jadi meninggal seperti itu!" teriak Bagas dengan suara yang tercekat.

"Ayo kita pergi sekarang juga! Tinggalkan saja tubuh perempuan itu!" ajak Roy dengan raut wajah yang terlihat tetap tenang, tidak ada penyesalan di sana.

Mendengar perintah Roy tersebut, semua temannya pun bergegas secepat mungkin. Keluar dari dalam rumah tua tersebut, dengan menggunakan motor gede mereka masing-masing.

****

Tangisan Seroja langsung pecah, pada saat dia baru saja terbangun dari mimpi buruknya tersebut.

"Aaarghht! Huhuhuuu! TIDAK! TIDAK! REMBULAN!! Huhuhuuu," teriak Seroja dengan suara yang sangat keras, sambil terus menangis memeluk kedua dengkulnya dengan erat. Tubuh Seroja bergetar hebat, giginya mengigit bibirnya penuh rasa dendam dan amarah.

"Aku tidak akan, melepaskan kalian semuanya! AKU TIDAK AKAN PERNAH MEMAAFKAN, APA YANG KALIAN LAKUKAN TERHADAP REMBULAN! KALIAN HARUS MATI! KALIAN HARUS MATI! AKU AKAN MENGEJAR KALIAN, HINGGA NAFAS TERAKHIR! Huhuhuu," seru Seroja dengan suara histeris, kebencian, amarah, dendam dan rasa sakit itu bercampur baur di dalam dadanya saat ini.

Mbok Jum yang tidur di kamar sebelah Seroja, merasa sangat terkejut sekali. Mendengar teriakan suara Seroja, kemudian dengan cepat. Mbok Jum langsung bergegas, menuju ke arah kamar Seroja lalu mengetuk pintu kamarnya.

Tok tok tok!

"Mbak Seroja! Ada apa Mbak? Kenapa Mbak berteriak? Buka pintunya Mbak!" ujar Mbok Jum dengan perasaan cemas, terhadap apa yang terjadi dengan Seroja saat ini.

"A-aku ... ti-tidak apa-apa Mbok! A-aku hanya bermimpi buruk!" jawab Seroja dengan suara yang bergetar, menjawab pertanyaan Mbok Jum tanpa membukakan pintu kamar.

"Benar, Mbak Seroja tidak apa-apa?" tanya Mbok Jum memastikan.

"Benar Mbok, a-aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja ..." jawab Seroja kembali.

Mata Seroja terus memandang ke arah dinding kamar, yang terpasang foto Rembulan. Yang nampak sedang tersenyum, ke arah dirinya saat ini.

"Aku akan membalaskan, semua yang mereka lakukan kepadamu Rembulan. Sebuah pembalasan yang sesakit mungkin, seperih mungkin ... aku akan meremas hati mereka, satu persatu! Aaaarght! Huhuhuuu," desis Seroja perlahan, dengan air mata yang terus menetes tanpa henti.