webnovel

My version, Lucia [Hunter x Hunter]

Aku adalah seorang gadis biasa yang berumur 29 tahun dan namaku adalah Airine. Hidupku bisa dibilang sangatlah biasa dan membosankan. Aku ini termasuk otaku, sangat menyukai anime. Untungnya masih belum akut. Pada suatu hari, saat aku terbangun dari tidurku dan membuka mataku, aku terkejut dan bingung. Kenapa? Ya karena aku bukan berada di dalam kamarku sendiri. Sepertinya aku sudah berada di dunia yang bukan dari duniaku. Aku melihat sekelilingku, tidak ada jendela, hanya ada satu pintu besi yang terkunci, dan ada banyak boneka dan mainan di ruangan ini. Kenapa aku terkurung di tempat ini? Entah kenapa aku merasa tempat ini tidak asing, dan aku sering melihat hal-hal seperti ini. Tapi dimana ya? Aku sangat yakin, kalau aku berada di dunia anime. Tunggu itu berarti... Apa aku mati?! Atau bereinkanasi? Bertransmigrasi? Tunggu! Kenapa tidak ada Dewa atau Dewi atau Tuhan yang akan memberikanku system atau apa pun itu yang biasanya muncul seperti yang aku baca di novel-novel pada umumnya? Silva, ayahku memberiku tugas dan aku keluar meninggalkan rumah. Aku mengikuti ujian Hunter. Bisakah aku menjadi seorang Hunter profesional bersama Gon dan teman-temannya? -------------------------------------------------------------- Sebelum membaca lebih lanjut, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya, jika ada kata-kata yang menyinggung atau tidak berkenan dihati. Cerita ini hanya untuk kesenangan saya sendiri atau hanya untuk menghibur semata. Cerita ini hanyalah fiksi penggemar dan di ambil dari cerita HxH (Hunter x Hunter). Semoga kalian suka ya. Selamat membaca :D

Rybee · アニメ·コミックス
レビュー数が足りません
145 Chs

23 - Keluarga x Pembunuh Bayaran

Di bagian Killua dan Gon.

Kepala chef : Woi, kampret! Bocah! Menjauhlah dari dapur! (marah)

Killua dan Gon di tendang dan di usir keluar dari dapur karena telah mengganggu orang lain yang sedang bekerja di dalam dapur.

Kepala chef : Kalau mau makan, sana di ruang makan bukannya di sini! (marah)

Killua : Huh! Dasar pelit! (mengulurkan lidahnya)

Killua dan Gon berjalan mentelusuri koridor pesawat sambil menikmati daging yang ada di tangan mereka.

Killua : Tidak ada tempat yang menarik ya (mengunyah daging)

Gon : Apa benar? Aku merasa cukup senang kok (mengunyah daging)

Tiba-tiba Gon berseru saat melihat ke arah luar jendela.

Gon : Waaah, lihat Killua! Pemandangan dari atas sini sangat indah! (mata berbinar-binar)

Killua juga melihat ke arah luar jendela.

Killua : Wah, benar!

Gon : Kotanya terlihat seperti batu permata yang berserakan dan berkilauan ya, sungguh indah! (kagum)

Killua : Benar, berapa kali pun melihatnya aku tidak pernah bosan, daratannya bagaikan ditutupi oleh permata.

Gon : Eh?

Killua : Ah, kau tidak pernah melihat pemandangan seperti ini sebelumnya ya, Gon?

Gon : Aku pernah melihatnya sekali bersama Kiriko tapi waktu itu cahaya lampunya tidak sebanyak ini. Kalau kau Killua, bagaimana?

Killua : Karena keluargaku punya pesawat sendiri, jadi aku sudah sering melihatnya!

Gon : Enak sekali, ya.

Killua : Ya begitulah. Soalnya kalau tidak ada pesawat, bisa repot. Rumahku kan seluas satu buah gunung.

Gin : Haa?

Killua : Ah, rumahku ada di dalam sebuah gunung berapi, lalu juga ada sekitar 200 pegawai.

Gon : Keluargamu pasti sangat kaya ya, Killua. Kalau boleh tahu apa pekerjaan ayah dan ibumu?

Killua : Hmm.. Pembunuh bayaran.

Gon tidak merasa kaget atau pun takut saat Killua mengatakan tentang keluarganya. Dia hanya menatap Killua dengan serius.

Gon : Keduanya?

Killua tertawa dan merasa senang dengan reaksi Gon.

Killua : Pffft. Hahahaha... Lucu sekali.

Gon : Eh? (bingung)

Killua : Itu reaksi pertamamu? Hahaha.. Kau memang menarik! Kalau Lucia ada di sini, dia pasti juga akan tertawa (tertawa)

Gon : Eh?

Killua : Kau tahu Gon, kau adalah orang pertama yang menanyakan dan menanggapi hal itu dengan wajah serius (tersenyum)

Gon : Datte, hontou nan deshou? (Tapi, itu benar, kan?)

Killua kembali serius saat melihat ekspresi Gon yang tidak berubah.

Killua : Apa yang membuatmu berpikir begitu?

Gon : Ya hanya perkiraanku.

Killua : Haa?

Gon : Karena rasanya seperti itu.

Killua : Apa kau tidak merasa takut padaku?

Gon : Tidak. Aku tidak takut, aku merasa kau tidak seperti seorang pembunuh, Killua.

Killua tersenyum, dia merasa senang dengan perkataan Gon yang jujur itu, tapi dia juga merasa penasaran dengan apa yang dipikirkan Gon saat ini. Kalau Lucia, dia pasti sudah tahu apa yang ada dipikiran Gon dan tidak usah bersusah payah untuk bertanya, untuk pertama kalinya Killua merasa iri terhadap Lucia.

Killua : (Ah, merepotkan saja. Seandainya Lucia ada disini. Kemana ya Lucia pergi?)

Killua duduk di sofa kecil yang ada di koridor, lalu menyandarkan tubuhnya di dinding.

Killua : Aneh sekali. Padahal aku pikir orang-orang tidak akan mengerti dan tidak akan pernah tahu kapan aku akan berbicara sungguh-sungguh (ya, meskipun itu tidak berlaku pada Lucia sih)

Gon : Kenapa?

Killua : Aku berasal dari keluarga pembunuh bayaran. Satu keluarga, semuanya adalah pembunuh bayaran. Asalkan bisa mendapatkan uang, membunuh siapapun itu tidak masalah. Dan, keluargaku itu sepertinya sangat mengharapkan aku akan sama seperti mereka.

Killua menjelaskan panjang lebar tentang kehidupannya kepada Gon. Gon hanya mendengarkan dengan serius.

Killua : Sejak masih kecil, aku sudah di didik untuk menjadi seorang pembunuh. Tapi aku tidak suka dengan kehidupan yang sudah ditetapkan oleh orang lain. Aku tidak bisa melakukannya. Siapa juga yang ingin hidupnya di atur oleh orang lain?

Killua melihat ke arah Gon. Lalu mengeluh dengan kesal.

Killua : Kau tahu Gon, saat aku mengatakan aku ingin menentukan masa depanku sendiri, semuanya langsung marah besar! Bahkan mamaku juga sampai berlinang air mata dan air matanya terus bercucuran tanpa henti. Dia berusaha menyakinkan diriku, kalau aku punya potensi untuk menjadi seorang pembunuh bayaran nomor satu.

Gon merasa aneh lalu hanya tertawa kaku saat mendengarkan perkataan Killua yang mengebu-gebu itu.

Killua : Orang tua yang kejam dan menyebalkan, bukan? Mereka sungguh keterlaluan. Akhirnya kami jadi berkelahi. Itulah kenapa aku kabur dari rumah setelah bertengkar dengan mama dan kakak keduaku. Aku memukul wajah ibuku dan menebas kakak keduaku.

Killua merasa bangga dan tersenyum senang sambil bertopang dagu.

Killua : Aku yakin pasti saat ini mereka sedang mencariku. Tapi jika mereka menemukanku, mereka pasti akan membalasku. Saat aku menjadi Hunter nanti, pertama-tama aku akan mulai menangkap keluargaku (sedang berkhayal) pasti aku bisa menjualnya dengan harga yang tinggi. Hehe..

Killua sedang berkhayal tingkat dewa. Tapi tersadar saat Gon memujinya.

Gon : Wah, kau hebat sekali ya.

Killua : Apa?

Gon : Kau itu hebat Killua. Aku tidak pernah punya pemikiran ingin melampaui ayahku seperti kamu.

Killua : Benar juga, untuk bisa menangkap ayah. Aku harus lebih hebat darinya.

Gon : Iya, kau pasti bisa! (menyemangati Killua)

Killua : Sama sekali tidak bisa dipercaya. Kau tidak tahu kan seperti apa ayahku itu.

Gon : Dia kan ayahmu, Killua. Rasanya aku bisa membayangkannya (tersenyum)

Killua : Lagi-lagi rasanya (protes)

Gon : Terus bagaimana dengan Lucia? Apa dia juga sama? Kan waktu itu dia bilang dia mengikutimu, kan?

Killua : Benar, ayah menyuruhnya untuk mengikutiku. Dan meskipun kita ini dekat, tapi aku tidak tahu apa yang dia pikirkan dan tujuannya yang sebenarnya.

Gon : Eh? Kenapa?

Killua : Ah sudahlah, panjang jika mau menjelaskannya lagi. Aku haus, kita pergi minum teh ke cafe saja, yuk?

Ada seseorang yang memakai jubah hitam menatap tajam seperti ingin membunuh ke arah Gon dan Killua. Tiba-tiba Killua merasakan ada hawa membunuh yang cukup kuat yang diarahkan kepadanya di arah belokan yang tidak jauh dari tempatnya dan Gon berada. Killua langsung menatap tajam ke arah belokan itu dan langsung berlari ke arah belokan itu.

Gon : Eh? Killua?

Sesampainya di belokan itu, tidak ada seorang pun di sana. Killua merasa geram karena kehilangan orang itu, tapi dia menemukan sebuah anting yang tersangkut di antara daun-daun dari pohon hias yang terletak di sana. Killua mengambilnya lalu menatap anting itu dengan tajam. Gon kebingungan lalu mengejar Killua.

Gon : Killua, ada apa?

Killua yang merasa ada yang tidak beres, tanpa dia sadari langsung menunjukkan ekspresi menyeramkan. Moodnya seketika berubah. Lalu saat Gon memanggilnya lagi, Killua menoleh dan berusaha tersenyum seperti biasanya supaya Gon tidak curiga.

Gon : Killua?

Killua : Tidak ada apa-apa. Ayo kita minum teh saja yuk (tersenyum palsu)

Gon merasakan ada yang aneh dengan Killua tapi dia tidak menanyakan apa pun dan hanya mengikuti Killua dari belakang yang berjalan di depan dengan cepat.

*************************************

Di bagian Lucia dan Illumi.

Lucia sedang menikmati darahnya Illumi sambil mengingat-ingat kembali alur cerita aslinya.

Lucia : (Sepertinya sebentar lagi Killua akan bertemu dengan Anita dan pada saat itu, mood Killua akan berubah dan dia akan datang kesini... Bagaimana supaya Illumi pergi dari sini ya?)

Lucia berpikir dengan keras.

Lucia : (Sial, yang terlintas di kepalaku hanyalah Hisoka. Apa ini bisa membuat Illumi pergi dari sini? Tapi aku tidak yakin Hisoka akan membantu...)

Illumi : Ada apa? Kenapa kau menatapku begitu?

Lucia : Eh? Ah, aku cuma berpikir kenapa darah aniki bisa selezat ini dan aku berharap aniki akan memberikan lagi nanti (tersenyum)

Illumi senang mendapat pujian dari Lucia dan tersenyum dalam hati. Akan tetapi, dia tidak menunjukkan ekspresinya, raut wajahnya masih seperti biasanya dan tidak berubah.

Lucia : Um, aniki apa kau tidak bosan berada disini terus?

Illumi mengabaikan pertanyaan Lucia yang baginya itu tidaklah berbobot. Lalu tiba-tiba Illumi bangkit dari kursinya.

Lucia : Aniki?

Illumi : Aku akan pergi untuk mencari Hisoka. Kau tidak usah mengikutiku (pergi)

Lucia : Baik! *tersenyum* (Akhirnya...) *merasa lega*

-Bersambung-