Kurapika : Aku punya satu pertanyaan...
Leorio : Hm, apa itu?
Kurapika : Berapa banyak tahap yang harus kita ikuti?
Leorio : Oh benar juga... (berhenti melangkah) Mereka belum pernah memberitahukan sebelumnya, ya?
Tonpa tiba-tiba membuka suara.
Tonpa : Biasanya, antara lima sampai enam tahap.
Leorio dan Kurapika menoleh ke belakang.
Leorio : Itu berarti kita masih harus mengikuti tiga sampai empat tahap lagi ya...
Kurapika : Itulah kenapa kita diberikan waktu istirahat sekarang.
Leorio dan Kurapika pergi meninggalkan Tonpa.
Tonpa : (tersenyum licik) Tapi kalian harus berhati-hati.
Leorio : Hah?
Tonpa : Sekretaris tadi hanya akan menghubungi kita setelah sampai di tujuan. Mungkin saja ujian tahap ketiganya, dilaksanakan di balon terbang ini sendiri. Dan itu tidak berarti kita akan dihubungi pukul 8 pagi.
Kurapika : (Jadi ini yang di maksud oleh Lucia tadi untuk berhati-hati dengan si Tonpa)
Leorio dan Kurapika saling melirik lalu tersenyum. Mereka mengerti karena tadi sudah diberitahu oleh Lucia terlebih dahulu.
Leorio : Haa! (tersenyum sinis) Ya, baiklah... (tidak perduli) Sudah ya, selamat malam.
Kurapika : Semoga kau beruntung sampai jam 8 pagi nanti, Tonpa-san.
Leorio dan Kurapika langsung pergi meninggalkan Tonpa dan masuk ke dalam ruang untuk beristirahat. Tonpa hanya terbengong ditempat lalu berdecak kesal karena siasatnya untuk menipu Leorio dan Kurapika telah gagal.
Meskipun sudah tahu itu hanya tipuan tapi Kurapika masih memikirkannya. Sedangkan Leorio sudah tertidur pulas sambil mengeluarkan suara menggorok dan air liur. Kurapika langsung tersenyum dan merasa lega. Sekarang, dia juga bisa mulai tidur dengan tenang.
***********************************
Di bagian Lucia.
Lucia masih mengikuti Illumi dari belakang. Sekarang penampilan Illumi sudah kembali normal, dia mencabuti semua jarum yang ada pada wajahnya.
Illumi : Doushita? (Ada apa?)
Lucia : Iie, betsuni (Tidak, tidak ada apa-apa)
*tersenyum* Aku lebih suka melihat aniki yang sekarang.
Illumi berjalan menuju sebuah cafe.
Illumi : Ya, tanpa jarum, aku merasa lebih nyaman.
Lucia : Ya, kalau tidak ada oniichan sih, gak apa-apa. Tokorode, aniki... (Ngomong-ngomong, kak...)
Lucia mengeluarkan sebuah belati kecil dari dalam tas. Illumi menatap belati kecil yang ada di tangan Lucia.
Lucia : Aku lapar (menyeringai)
Illumi : Aku menolak.
Illumi mengabaikan Lucia yang masih terus mengikutinya dengan raut wajah cemberut. Illumi memasuki sebuah cafe yang ada di dalam pesawat balon udara ini. Suasana cafe sangat sepi hanya ada satu meja yang terisi. Semua peserta lebih memilih untuk berada di tempat makan atau tidur di dalam ruangan dari pada duduk santai di dalam cafe.
Illumi sengaja memilih tempat duduk yang paling belakang, di bagian sudut untuk menjauhi peserta lain yang duduk di bagian paling depan. Lucia juga langsung duduk dihadapan Illumi.
Lucia : Aniki, aku lapar! (cemberut)
Tiba-tiba seorang pelayan datang memberikan sebuah menu.
Pelayan : Ada yang bisa saya bantu?
Illumi : Segelas kopi susu dan sebuah cangkir kosong.
Lucia : Aku tidak perlu (masih cemberut)
Pelayan itu pergi. Lucia dan Illumi hanya saling pandang satu sama lain dalam keadaan diam. Beberapa menit kemudian pelayan datang dengan membawakan pesanan Illumi lalu meletakkan segelas kopi susu dan sebuah cangkir kosong di hadapan Illumi, lalu pergi.
Lucia masih cemberut dan merasa kesal karena Illumi mengabaikannya. Illumi hanya menikmati kopi susunya.
Lucia : Ya sudah, aku ke tempat oniichan saja.
Lucia pergi tanpa mengambil belati kecilnya. Dia sengaja menaruh belati kecil itu di atas meja. Tiba-tiba Illumi meletakkan kopi susunya di atas meja lalu menggoreskan tangannya dengan belati kecil itu.
Darah Illumi menetes ke dalam cangkir kosong itu. Meskipun jarak Lucia sudah jauh dari tempat di mana Illumi duduk dan hampir mendekati pintu keluar. Lucia bisa mengetahuinya karena tercium bau darah. Lucia sengaja tidak menghentikan langkah kakinya dan terus melangkah keluar.
Illumi : Luci, minumlah.
Terdengar cukup jelas Illumi memanggilnya, seketika wajah Lucia langsung berubah bahagia. Dia tersenyum sangat lebar. Lalu dengan cepat kembali ke tempat Illumi.
Lucia : Wah, aniki baik sekali (menyeringai) Itadakimasu~ (Selamat minum~)
*Itadakimasu arti sebenarnya adalah ungkapan rasa terima kasih sebelum makan/minum.
Illumi menyesap kopinya. Dibalik itu, dia tersenyum melihat Lucia menikmati darahnya.
Lucia : Wah, darah aniki enak sekali (tentu saja darah ayah dan kakek yang paling enak)
Illumi : Apa kau suka?
Lucia : Tentu saja! (menikmati)
Lucia bisa merasakan perbedaan dan mengukur kemampuan orang-orang melalui darah setiap orang. Semakin kuat orang tersebut, maka darahnya akan semakin nikmat/enak.
Lucia : Aniki, mana Hisoka?
Illumi : Entahlah.
Lucia : Aku penasaran dengan darahnya Hisoka (tersenyum)
Illumi : Kau bisa memintanya nanti.
Lucia : Apa dia mau memberikan darahnya padaku?
Illumi tidak memberikan jawabannya, akan tetapi Lucia bisa mengetahuinya dari pikirannya Illumi. Dan jawabannya adalah tidak. Lucia hanya tersenyum. Dia sudah bisa menduganya. Untuk bisa mendapatkan darah Hisoka dengan cuma-cuma, tentunya tidaklah mudah, akan tetapi bagi Lucia, itu bukanlah hal yang mustahil untuk mendapatkannya.
***********************************
Di bagian para penguji.
Menchi, Buhara, dan Satotz sedang menikmati makan malam mereka di ruangan VIP khusus untuk para penguji.
Menchi : Hei, berapa banyak peserta yang mungkin bisa melewatinya?
Buhara : Maksudmu melewati ujiannya?
Menchi : Benar, dan tahun ini kita punya kumpulan orang-orang yang menakjubkan. Padahal aku menggagalkan mereka semua karena satu hal...
Buhara : Tapi itu berarti, tergantung pada tahap ujian berikutnya, kan?
Menchi : Ya, seperti itulah... Tapi, apa kau menyadarinya? Salah satu dari mereka semua mempunyai aura yang lumayan bagus dan juga ada satu anak yang sangat unik dan berbakat. Itu benar-benar sangat menarik perhatianku. Aku rasa kau pasti tahu siapa yang ku maksud kan, Buhara?
Buhara : Salah satu yang mempunyai aura yang lumayan bagus itu, aku tidak yakin sih tapi anak yang unik dan berbakat yang kau maksud itu pasti peserta nomor 100 (Lucia) ya?
Menchi : Benar, anak itu sangat misterius, aku jamin dia pasti bisa menjadi seorang Hunter yang hebat! (heboh) Bagaimana menurutmu, Satotz-san?
Menchi melihat ke arah Satotz. Satotz meletakkan garpu dan pisaunya di atas piring dan mengangkat sebuah cangkir yang ada di depannya lalu meminumnya.
Satotz : Hm, begitulah. Saya suka peserta baru tahun ini.
Menchi : Ah, sudah kuduga! (senang) Aku pikir selain peserta nomor 100, nomor 294 (Hanzo) juga punya kemampuan yang cukup bagus. Meskipun bukan karena dia gundul.
Buhara : Padahal dia berhasil membuatmu emosi, sampai kau juga mengancamnya akan merontokkan giginya, kan?
Menchi : Hahaha, begitulah.
Satotz : Hm, kalau saya memilih nomor 99 (Killua). Aromanya berbeda, kemampuannya juga tinggi. Pasti dia telah mengikuti latihan khusus.
Menchi : Hm, aku tidak suka. Anak sombong, egois, penyendiri dan kurang sopan itu, pasti golongan darahnya B. Aku tidak bisa tinggal bersamanya, dia tidak cocok denganku sama sekali (mengibas-ibaskan tangannya) Tapi setelah dipikir-pikir dia mirip dengan peserta nomor 100 ya. Kalau kamu bagaimana, Buhara?
Buhara : Bagaimana ya... Biarpun dia bukan peserta baru, tapi nomor 44 (Hisoka) adalah salah satu favoritku. Dia sangat menarik perhatianku. Aku yakin, Menchi juga menyadarinya, sejak bertemu dengan kita, dia tidak pernah berhenti mengeluarkan hawa ingin membunuh. Hawa pembunuh yang luar biasa itu tidak bisa ditutup-tutupi. Dan saat nomor 255 (Todo) akan menyerang kita. Nomor 44 itu juga sepertinya ingin menggunakan kesempatan untuk membunuh kita semua.
Menchi : Tentu saja aku menyadarinya, itulah kenapa aku menjadi sangat kesal dan salah satu alasanku membuat semua peserta gagal juga gara-gara dia. Karena dia terus-terusan bersikap menantangku.
Satotz yang dari tadi mendengarkan ocehan kesal Buhara dan Menchi akhirnya membuka mulutnya.
Satotz : Saya juga mengalami hal yang sama. Aku rasa dia harus diawasi dengan sangat hati-hati. Mungkin agak sedikit menyinggung dengan mengatakan hal ini, tapi baginya kita hanya bagaikan ikan yang terperangkap. Bagaimanapun, aura kegelapannya lebih kuat. Sebagai Hunter...
Menchi dan Buhara menyimak perkataan Satotz dengan serius. Satotznya menyesap sedikit teh yang ada di cangkirnya lalu melanjutkan perkataannya.
Satotz : Di dalam hati kita pasti ada niatan untuk terus-menerus mencari saingan dan lawan yang hebat untuk kita, kan? Terutama pada ujian Hunter adalah tempat yang sangat pas untuk menguji kemampuan dan menemukan lawan kita. Dan itu sesuatu yang sangat berbeda.
-Bersambung-