webnovel

10 : Promise (1)

Melihatmu, menatapmu, memasuki kedalaman kelammu. Peluklah aku, pegang jemari tanganku. Setiap celah jariku telah diukir untuk milikmu. Melangkahlah bersamaku ...

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kebencian merasuk kedalam tubuh dingin yang sedang berlari menyusuri setiap jengkal hutan. Ia tidak peduli angin dingin, ranting yang menyakitkan, kegelapan yang menemaninya membelah malam. Demi melampiaskan semua rasa bencinya pada makhluk kejam tak berguna, apapun akan ia lakukan.

Menjadi makhluk abadi peminum darah manusia tidak membuat Jimin menjadi biadab. Hanya saja tingkah lakunya tidak menyiratkan bahwa ia pernah menjadi manusia biasa. Namun ia paling membenci menjadi makhluk kejam seperti seorang Vampire yang sedang ia kejar.

Taring yang sudah muncul sedari tadi membuat Jimin tidak sabar mencabik-cabik empat Vampire gila yang berani memasuki wilayahnya.

Jimin sangat acuh awalnya namun keresahan keluarganya setiap waktu membuat telinganya panas. Saat ia sedang berjalan-jalan untuk menghabiskan malamnya. Ia melihat sebuah mobil yang terpental hebat karena empat Vampire menabrakkan diri. Mereka begitu kuat sehingga mobil itu terpental jauh.

Jimin terkejut saat seorang anak perempuan keluar dari mobil karena pintu yang terbuka. Namun empat Vampire itu malah tertawa habis-habisan.

Jimin keluar dan menggeram diujung jalan. Keempat makhluk dingin itu terkejut saat melihat sang penguasa lahan berada disana. Jimin menyiksa mereka melewati setiap jengkal fikiran mereka.

Sang ketua bernama Han Seung Woo teriak. Alirah darahnya yang sudah lama membeku keluar. Tubuhnya menggeliat saat Jimin merusak fikirannya. Melihat jauh kedalam kenangan terburuknya tanpa menyentuhnya.

Ketiga anak buahnya terpaku melihat sang ketua meraung dibawah terangnya rembulan. Mereka tidak bertahan lebih lanjut dan memilih pergi meninggalkan sang ketua. Sungguh anak buah yang tidak tahu terima kasih.

Seung Woo benar-benar tidak dapat melawan saat mata merah itu akhirnya mendekati dirinya. Jimin tidak perlu bersusah payah berbicara. Ia melempar Seung Woo hingga tubuh itu menghantam pohon besar disamping jalan.

Vampire dengan jari yang panjang itu berlutut dan memohon ampun.

Suara tangisan perempuan masuk kedalam telinga Jimin. Ia menoleh sedetik namun itu membuat Vampire kurang ajar itu pergi melesat dengan cepat.

"Toloong.... Eomma.. Appa...", lolong anak perempuan yang berdarah habis-habisan.

Jimin tertegun saat mencium betapa manis darah yang mengucur dari kepala dan juga luka-luka seorang anak perempuan itu.

Jimin tidak pernah mencium darah dengan aroma memabukkan. Bulu tubuhnya meremang namun linangan air mata dan ketidak kuatan anak perempuan itu membuat Jimin melupakan hasrat terbesarnya. Ia menjauhkan sang anak perempuan dari mobil namun usahanya gagal untul menyelamatkan kedua orang tua anak itu yang masih ada didalam mobil. Jimin ikut terpental saat mobil itu meledak.

Tubuhnya memiliki daya imun yang berbeda dari manusia biasa. Luka-luka pada tubuh Jimin sedetik kemudian hilang lagi. Ia menggendong tubuh kecil itu lalu berlari untuk menyelamatkan sang nyawa.

Sepanjang perjalanan, anak itu merengek ibu dan ayahnya. Jimin tidak dapat berkata apa-apa. Ia tidak pernah mempedulikan siapapun sebelumnya. Namun ia tidak rela saat melihat fikiran Han Seung Woo terhadap anak dan orang tuanya. Mereka akan menjadikan ketiga orang ini bagaikan sapi perah.

Kepintaran Vampire membuat mereka menjadi makhluk yang berbeda-beda. Tidak sedikit mereka masih melakukan cara-cara biadab.

.

.

.

Setelah anak itu mendapatkan perawatan. Jimin tidak dapat mendekatinya. Ia harus pergi karena rumah sakit adalah tempat yang ia benci. Jimin meninggalkan sebuah tulisan tangan mengenai dimana tempat kedua orang tua anak perempuan itu menjadi korban.

Lalu dengan kecepatannya. Ia berhasil masuk kedalam ruangan tanpa ada seorang yang tahu untuk memastikan keadaan anak perempuan itu.

Jimin berdiri disamping tempat tidur. Ini pertama kalinya ia bisa menahan hasratnya hanya karena suara sang anak membuat dirinya ingat bagaimana ia pernah berada dikeadaan menyeramkan dan menyakitkan seperti itu.

Rasanya sakit saat beratus-ratus tahun ia selalu tinggal dihutan dengan rumah miliknya. Dan hari ini ia bertemu dengan manusia yang membuatnya ingat akan masa lalunya. Jimin tidak ingin meninggalkan anak ini. Ia tidak ingin membuat anak ini merasa seperti dirinya dahulu. Tidak ada yang menolong.

Namun Jimin tahu bahwa ia harus pergi. Ia bukanlah Vampire yang baik untuk saat ini dan ia malu jika anak ini melihatnya dengan matanya yang merah. Jimin berharap dapat melihat anak ini tersenyum suatu saat nanti.

Tangannya membelai kening sang anak lalu ia melesat meninggalkan anak perempuan itu yang masih tidak sadarkan diri.

***

Hye Jin masih menghitung penghasilan hari ini saat seseorang mengetukkan jarinya pada meja kasir. Ia mendapati Jimin dengan rambut hitamnya dan juga lelaki itu menyampirkan jasnya disebelah bahunya. iya membuka dua kancing pada kemeja. Wajahnya terlihat sedikit lelah.

"Cepatlah. Kita harus pergi", Kata Jimin tidak sabar.

"kemana?".

"Makan malam bersama keluargaku".

Sesuatu bergemuruh pada tubuh Hye Jin. Ia tidak pernah terfikir akan melewati moment ini dengan cara mendadak. Ia juga tidak pernah bertanya mengenai keluarga ataupun orang tua Jimin.

Keringatnya muncul perlahan dan Jimin kembali mengetukkan jarinya untuk menyadarkan Hye Jin yang melamun dengan mulut sedikit terbuka.

"tapi aku tidak membawa pakaian yang pantas".

Jimin tersenyum, "tidak perlu khawatir. Kau akan tetap cantik selama kau milikku. Cepat selesaikan. Aku akan duduk disana", Jimin dengan lunglai menuju kursi.

Ia bukanlah manusia yang dapat merasa lelah namun ditanya dengan hal yang sama dalam dua hari ini membuat dirinya tertekan. Hampir saja Jimin membabat sang MC kalau bukan karena Suga melotot padanya disudut ruangan.

Suga selalu menemani Jimin saat Jimin memiliki interaksi dengan manusia karena Suga bukanlah orang yang banyak bicara. Mereka hanya berkomunikasi dengan fikiran maupun tatapan. Keahlian Suga adalah diam dalam waktu yang cukup lama dan itu adalah hal yang Jimin sukai karena Jimin tidak suka banyak bicara. Jimin juga merasa lebih menghormati Suga, Nam Joon dan juga Jin.

Walaupun Hoseok lebih tua darinya tapi pribadi Hoseok yang banyak bicara membuat Jimin enggan dekat dengannya terlebih Hoseok selalu dekat dengan Taehyung.

Hye Jin pun selesai dan ia menyenggol Jimin. Mereka pun pergi meninggalkan Magic Shop.

.

.

.

Mobil Jimin memasuki sebuah halaman rumah yang sangat besar Sebuah rumah besar layaknya istana terpampang nyata dimata Hye Jin.

Mendadak sebuah perasaan tidak nyaman muncul dari dalam diri Hye Jin. Ini rasanya sama seperti saat Hye Jin interview oleh Taehyung. Sesuatu bergejolak didalam perut lalu naik terasa ke jantungnya yang terasa merosot jauh dari tempatnya.

Hye Jin menggoyangkan kakinya semakin cepat dan hal itu mengganggu Jimin yang sedari tadi menahan bibirnya mengeluarkan suara untuk mengaduh karena fikiran-fikiran Hye Jin yang begitu mengkhawatirkan pertemuan ini.

Jimin menaruh telapak tangannya dikepala Hye Jin dan dalam sekejap fikiran itu kosong. Mata Hye Jin perlahan menatap Jimin.

Ia tersenyum sembari menatap Hye Jin. Jimin menyenderkan kepalanya pada bantalan dibelakangnya. Jemarinya mengusap rambut Hye Jin. Wajah perempuan didepannya berangsur tenang. Ia tidak lagi menggigit bibirnya.

Hye Jin merasakan gejolak-gejolak itu menghilang. Yang ia rasakan entah mengapa kenyamanan yang dihantarkan oleh jemari tangan Jimin yang masih membelainya.

"Yang boleh menggigitmu hanya diriku jadi tidak perlu khawatir oleh semua Vampire disini. Arraseo?".

Hye Jin mengangguk. Jimin turun secepat cahaya dan sudah membukakan pintu milik Hye Jin. Angin apa yang membuat Hye Jin mengerti ucapan Jimin mengenai gigitan itu.

Derak pintu terdengar oleh telinga para makhluk yang terlalu peka ini. Mereka sudah berkumpul diruang makan yang lengkap dengan sebuah meja makan panjang yang sudah terhampar banyak makanan, buahan dan juga minuman. Walau tidak banyak yang dapat memakan makanan manusia namun demi menghargai sang manusia, mereka harus repot-repot menyiapkan semua ini.

Nam Joon berdiri dan diikuti para anggota keluarga yang lain saat dua orang yang ditunggu-tunggu masuk kedalam ruangan.

Hye Jin turun melalui anak tangga. Kegugupannya kembali datang namun Jimin merapatkan rangkulan pada pinggang Hye Jin untuk membuatnya lebih nyaman.

Hye Jin langsung menangkap sorot mata Taehyung yang menatapnya dengan ekspresi wajah sendu. Namun rambutnya sudah kembali terlihat rapih dan terawat.

"Welcome to the family, Lee Hye Jin-ssi", Nam Joon menghampiri Hye Jin dan memeluknya sebentar.

Pelukan itu terasa hangat layaknya pelukan seorang ayah. Namun orang didepannya terlihat sama mudanya dengan Jimin yang berdiri tanpa ekspresi. Entah apa yang Jimin fikirkan melihat Nam Joon memeluk Hye Jin.

"a..anyeonghasseo", suara Hye Jin terdengar jelas bahwa ia gugup.

"Kau bisa memanggilku dengan sebutan Joonie Oppa", Nam Joon tertawa dengan riang dan semua anggota keluarga juga tertawa kecuali Jimin dan Taehyung.

"wow Nam Joon Hyeong terlihat sangat bahagia menyambut Jin-ah", sahut Hoseok.

Hye Jin merasa debaran dijantungnya mulai surut karena semua menyambutnya dengan riang. Tidak hanya Nam Joon namun hampir seluruh anggota selain Taehyung memeluknya dan memperkenalkan diri.

Hye Jin mengakui bahwa dia berada ditengah-tengah makhluk yang memiliki paras berbeda dengan manusia biasa. Mereka sangat menawan dengan kulit yang sangat putih bahkan Hoseok dan Taehyung terlihat tidak seperti biasa saat di cafe saat berkumpul dengan keluarga ini. Para perempuan disamping mereka juga terlihat sangat cantik dan menawan.

Hye Jin tersenyum saat seorang perempuan yang habis berdiri disamping Hoseok menghampirinya, "oh jadi Hye Jin yang sedang diperbincangkan. Kau bisa memanggilku Ji Soo. Dan kau pasti teman satu pekerjaan J-hope dan juga Tae bukan?", ujarnya menebar senyum yang membuat Hye Jin tak berkedip. Mereka berjabat tangan.

Hye Jin agak bingung untuk menyimpan semua nama ini dalam fikirannya pada waktu yang bersamaan. Taehyung menarik garis senyumnya sepintas saat mereka beradu pandang. Hye Jin tidak dapat mengubah arus dan ia tidak ingin membuat Jimin menatapnya dengan lebih menyeramkan jika ia memikirkan Taehyung.

"Ayolah duduk, Hye Jin juga tidak mungkin mengingat nama kalian sekarang juga. Aku sangat haus", Jimin memotong karena ia tahu apa yang Hye Jin fikirkan dan juga wajah bingung perempuan ini sangat terpancar dengan jelas.

"haha iya juga ya. Kita sangat semangat menyambut kalian, ayo duduklah semua", Nam Joon duduk diujung meja.

Hye Jin duduk disamping Jimin. Mereka jauh dari Nam Joon. Jimin mengerti mengapa begitu karena semua duduk sesuai dengan umur masing-masing. Jimin sebenarnya tidak suka jika Taehyung duduk dekat dengan Jimin namun Jimin lebih tidak suka jika Hye Jin duduk diseberangnya.

Hye Jin kembali memperhatikan setiap wajah para calon keluarganya. Hye Jin berusaha duduk senyaman mungkin. Sesuai yang ia fikirkan bahwa penampilannya terlalu casual saat dibandingkan dengan para pasangan Hyeong dari Jimin. Hye Jin berusaha mengingat bahwa yang duduk diujung ada Nam Joon Oppa yang meminta dipanggil oleh Joonie Oppa, disampingnya yang sangat tampan dengan proporsi wajah sempurna, tatapannya kekanakkan namun wajahnya terlihat lebih dewasa dari Joonie Oppa, ia adalah Jin Oppa.

Disamping Jin ada seorang wanita yang sangat anggun dengan wajah yang terlihat jelas bahwa ia bukan adalah orang korea asli. Wajahnya riang dengan rambut berwarna coklat terang. Ia juga selalu tersenyum dan sekarang sedang menawari Hye Jin sepotong daging besar. Perempuan cantik itu meminta dipanggil Sowon Noona.

Diseberang pasangan pertama adalah pasangan Yoongi Oppa. Lelaki itu adalah yang tertenang setelah Taehyung. Mereka tadi hanya bersalaman dan Yoongi tersenyum sembari memperkenalkan diri. Disampingnya, perempuan dengan penampilan yang berbeda dengan Sowon Noona. Ia terlihat lebih santai dan penuh tawa yang lebih besar daripada Sowon. Ia bernama So Yeon. Perempuan berambut pendek itu berpenampilan sangat trendy dan juga sederhana. So Yeon terlihat akrab dengan anggota keluarga yang lain karena Yoongi terlihat lebih diam.

Disamping So Yeon adalah Hoseok Oppa yang berhadapan dengan Jimin. Hoseok memiliki aura yang berbeda saat ini. Penampilannya juga sempurna dengan balutan suits yang trendy berwarna putih. Disampingnya duduk wanita dengan rambut hitam panjang yang tadi sangat penasaran dengan Hye Jin. Ia adalah Ji Soo. Tatapannya sangat hangat dan juga terlihat tenang namun mematikan pada saat yang bersamaan. Ji Soo terlihat seperti Vampire dengan keahlian menipu yang sempurna dengan wajahnya yang seperti malaikat.

Disamping dirinya sendiri adalah Taehyung yang hanya menatap dan tersenyum padanya satu kali. Sekarang lelaki itu terlihat seperti lebih mematung daripada biasanya. Hye Jin hanya berusaha tersenyum nyaman saat Jimin selalu berusaha merangkul pinggangnya.

Didepan Taehyung adalah lelaki sang pemakan fish cake tempo hari, Jung Kook. Ia berpasangan dengan perempuan yang tadi terlihat lebih pemalu bernama Lee Ji EUn. Perempuan berparas cantik itu memiliki tubuh yang sangat imut. Ia terlihat sangat cocok dengan Jung Kook yang ketika Hye Jin perhatikan memiliki wajah yang lebih imut.

Makan malam pun dibuka oleh Joonie Oppa, "Selamat datang untuk Lee Hye Jin yang sebentar lagi akan bergabung dengan keluarga kecil ini. Untuk Hye Jin, jangan sungkan untuk bertanya atau berhubungan dengan kami. Kami sangat bahagia menerimamu disini. Dan untuk Park Ji Min. Selamat karena akhirnya kau dapat bersama dengan perempuan seperti yang selama ini semua harapkan. Silahkan makan dan minum sepuas kalian".

Setelah cheers bersama. Hye Jin melanjutkan makan beberapa makanan yang berada didepan matanya. Ia sedikit sungkan karena diantara semua orang hanya Jung Kook, Jin dan dirinya yang menyantap makanan. Bahkan Jimin dan Taehyung menikmati minuman berwarna merah digelasnya.

Hye Jin meyakinkan dirinya bahwa ia akan baik-baik saja selama Jimin, Taehyung dan juga Hoseok berada didekatnya.

"Jadi... Kapan acara utama akan diadakan? sebelum pernikahan atau setelahnya?", Se Yeon bertanya dan melempar pandangan pada Hye Jin.

Hye Jin memutar matanya karena ia tidak mengerti apa yang dimaksud dengan So Yeon, "hmmm acara utama apa?".

"Kita belum membicarakannya", Jimin menyela dan menatap lurus.

So Yeon mengangguk dan saat ia ingin bertanya, Suga berhasil menyenggol tangannya. Hal itu membuat Hye Jin sedikit bingung. Namun So Yeon terlihat kikuk. Ekspresi wajahnya berubah dan Hye Jin tidak mengerti apa artinya itu.

.

.

Acara makan malam berlangsung dengan nyaman. Hye Jin mengobrol dengan baik terutama dengan para noona yang menerimanya dengan senyuman. Setelah selesai makan malam. Mereka menggiring Hye Jin ke sebuah ruangan yang lumayan besar.

Ruangan itu didominasi dengan warna hitam dan juga merah. Beberapa patung berdiri tegak menunjukkan bahwa tempat itu adalah tempat yang penting bagi keluarga ini. Banyak foto atau lukisan dari masa ke masa.

Hye Jin kagum saat ia memasuki ruangan dan melihat foto keluarga mereka, satu persatu sang perempuan turut hadir disana dimasa yang berbeda. Hal itu terlihat dari setiap suasana, efek dan juga kostum yang digunakan.

Mata Hye Jin tertuju pada Park Ji Min yang selalu terlihat tidak mendominasi dengan ekspresi wajah kelam disana. Ekspresinya sangat berbeda jika dibandingkan dengan anggota yang lain. Justru ekspresi Taehyung yang terlihat sangat bangga dan gagah sudah lama hilang dan hari ini pun ia masih tidak menunjukkan ekspresi seperti di figura.

So Yeon berdiri disebelah Hye Jin. Ia juga mengikuti mata Hye Jin melihat foto di dinding.

"Nanti kau akan berada difigura ini saat kau resmi menjadi keluarga Bangtan", ujar So Yeon sembari menaruh tangannya dipundak Hye Jin.

Hye Jin mengangguk, "tahun berapa So Yeon Noona ada difoto ini?".

So Yeon mengingat, "hmmm mungkin dua ratus tahun yang lalu. Yoongi lumayan tua kau tahu haha".

So Yeon menuntun Hye Jin ke tengah ruangan, bergabung dengan yang lain. Hye Jin sedikit bingung saat seorang pelayan menaruh satu botol besar dengan sebuah keras dibawah botol tersebut. Cairan didalamnya berwarna merah segar.

"Tenang saja Hye Jin. Ini adalah darah hewan", ujar Sowon saat ia menangkap tatapan Hye Jin yang mengernyit.

"Oh ya. Apa Jimin sudah bercerita bahwa, kami meminum darah hewan. Darah manusia hanya untuk acara-acara tertentu", Jung Kook menyahut.

Jimin melempar tatapan kesal pada Jung Kook saat ia tahu bahwa Hye Jin tidak senang dengan fakta itu sekalipun darah hewan. Ia masih belum terbiasa. Hye Jin hanya dapat memaksakan senyum.

"Apa yang ingin kau minum Hye Jin?", tanya Nam Joon mencoba mengalihkan pembicaraan.

"apa saja selain darah".

***

Hye Jin tersadar saat ia begitu merasa lelah dengan mimpi buruk yang selalu datang. setelah datang untuk mengenal keluarga Jimin, mimpinya selalu bukanlah hal yang baik. Ia meyakinkan dirinya bahwa hal ini adalah hal yang wajar.

Hye Jin menatap dirinya didepan cermin saat ia memaksakan diri untuk beranjak dari tempat tidur. Ia meyakinkan dirinya bahwa ia harus mencoba karena ia tidak ingin mengorbankan hidup Jimin. Walaupun Jimin tidak memberitahu apa konsekuensi jika Hye Jin tetap menolaknya namun Hye Jin yakin berurusan dengan Volturi bukanlah hal yang baik.

Apalagi saat Hye Jin bertanya pada So Yeon semalam. Wajahnya terlihat takut dan ia berkata,

"Ku mohon. Kau harus mencoba membuka hatimu untuk Jimin. Dia bukanlah orang sembarangan. Dia sudah lama menantikan moment ini dan kuyakin jika tidak berhasil kalian bisa berpisah dengan baik tanpa Jimin harus dihukum oleh Volturi karena kalian sudah menikah".

Hye Jin memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing. Selain tidak dapat bermimpi indah, Hye Jin juga tidak dapat tidur nyenyak.

Selesai mandi, Hye Jin keluar dengan hanya mengenakan sepotong handuk yang menutup hingga dada. Ia terkejut saat Jimin sudah berada didalam dan duduk manis diatas sofa.

"Kenapa kau disini?", Hye Jin berusaha menutupi bagian tubuhnya yang terbuka namun sia-sia.

Tatapan Jimin menyusuri setiap lekuk tubuh Hye Jin. Ia berdiri dan membuat Hye Jin waspada namun saat Hye Jin ingin mundur, Jimin ternyata berbalik badan.

"Aku akan tunggu diluar. Panggil aku jika kau sudah selesai".

Hye Jin menghembuskan nafasnya. Ini masih pagi hari tapi Jimin sudah membuatnya hampir terkena serangangan jantung.

...

Bukannya berangkat kerja namun Jimin mengajaknya untuk mencari gaun pernikahan.

"Tapi aku harus kerja", Sudah kesekian kali Hye Jin merengek meminta bekerja dan mencari gaun nanti jika ia sudah siap.

Jimin hanya bisa berpura-pura tuli dibalik kemudinya. Mana mungkin Jimin mengiyakan jika ia tahu bahwa itu hanya alasan untuk Hye Jin. Perempuan itu tidak akan pernah bisa membohongi Park Jimin.

Mereka akhirnya sampai disebuah butik. Jimin menuntun atau lebih tepatnya menyeret Hye Jin untuk masuk kedalam butik mewah ini.

Sosok Sowon noona datang dengan wajah yang sangat antusias. Ia memeluk Hye Jin dengan erat.

"ini adalah noment terbaik sebelum pernikahan. Kau pasti akan menyukainya. Ayo".

Hye Jin dipersilahkan untuk melihat-lihat terlebih dahulu deretan gaun berwarna putih yang berbeda-beda. Karena hanya tinggal menghitung hari maka Sowon menyayangkan Hye Jin tidak dapat mendesign sesuai keinginannya.

"Tapi dapat ku pastikan, kau pasti menemukan satu gaun yang membuatmu jatuh cinta. Iyakan Jiminah?".

Hye Jin tersenyum saat Sowon memperlakukan Jimin seperti adiknya namun Jimin hanya mengangguk acuh.

Sekarang saatnya Hye Jin mencoba beberapa setel gaun yang sudah ia dan Sowon pilih.

Jimin duduk disofa yang menghadap sebuah hordeng besar dan tinggi berwarna gold yang masih tertutup rapat.

Beberapa menit setelah Hye Jin dan Sowon pergi, tirai itu terbuka. Menampilkan Hye Jin dengan wajah polosnya memakai sebuah gaun yang memiliki rok sangat lebar dan juga mengembang. Gaun itu memperlihatkan pundaknya dan memiliki belahan dada yang rendah.

Jimin berdiri, "GANTI!", bentaknya pada sang pelayan yang terkejut. Hye Jin juga tertegun melihat ekspresi Jimin.

Sowon tersenyum, ia baru tahu ternyata adik iparnya tidak menyukai baju yang sexy.

Tirai terbuka untuk kedua kali namun kali ini Jimin tertawan saat melihat Hye Jin yang tidak nyaman dengan berbagai kerutan digaunnya. Sowon langsung menyuruhnya mengganti pakaiannya lagi.

Setelah itu Jimin tidak menunjukkan ekspressi apapun pada gaun-gaun selanjutnya.

Setelah sepuluh kali bergonta ganti gaun. keringat dikepala Hye Jin sudah turun. Wajahnya pun menjadi merah padam.

Sowon hampir frustasi dengan Jimin yang selalu menolak gaun-gaun terbaik miliknya. Mereka bertiga pun duduk disofa diruangan Sowon.

"Aku akan mencarikan beberapa gaun dari designer lain. Kalian bisa mencobanya besok".

Jimin berkeliling menyusuri ruangan ini dan matanya tertuju pada sebuah manekin. Gaun fengan bahan yang menjuntai terlihat sangat indah dengan ukiran dibagian belakang. Terlihat rumit namun terukir indah walaupun ukiran itu belum selesai dengan sempurna. Bagian depan gaun itu juga tidak menonjolkan kesexyan melainkan terlihat elegan dan juga sopan.

"Aku ingin ini".

Hye Jin juga ikut terpana melihat gaun cantik dan sederhana itu. Namun Sowon sedikit terkejut.

"Itu adalah gaunku yang kurasa gagal", wajahnya terlihat sedih.

"Tanganku cidera dan membutuhkan waktu satu bulan dengan sistem imunku yang tinggi, kau tahu kami bisa menyembuhkan diri kami sendiri dari luka-luka".

Hye Jin mengangguk mengerti.

"Aku bisa menyelesaikannya dalam dua hari", ujar Jimin dengan sungguh-sungguh.

"Mana mungkin", Hye Jin meremehkan.

"Jika aku menyelesaikan ini maka sehabis kita menikah kau harus berjanji menuruti permintaanku".

Hye Jin tertawa, "call!".

*

*

*

*

>To Be Continued<