webnovel

04 : Blood, Sweet and Tears

I want to know you more, an explorer venturing through your deep forest of mystery - Suga Verse _______________________________________________________________________________________________________

Saat membuka matanya secara perlahan, Lee Hye Jin menyadari temaram cahaya yang ia lihat adalah milik kamarnya yang nyaman. Hatinya merasa lega yang luar biasa karena ia tidak berada dikamar mewah dan luas seperti kemarin. Ia bangun secara perlahan sembari memegangi kepalanya yang terasa seperti ditusuk-tusuk. Efek menangis benar-benar membuatnya gila setelahnya.

Hye Jin berjalan perlahan meraih pintu kulkas kecil yang berdiri di sudut ruangan apartemen studio miliknya. Ia menenggak hampir setengah botol air dingin. Dahaganya terisi pas dengan yang ia inginkan. Hye Jin merasa panas ditengah cuaca yang dingin. Ia buru-buru mematikan heaternya dan membuka jendela. Mengundang hawa dingin menyerbu rumahnya.

Perutnya terasa keroncongan. Saat ia hendak memesan makanan ternyata handphonenya mati total sehingga ia sibuk mencari charger dan setelah menemukan yang secara sembarangan berada dibalik bantal. Hye Jin mengisi daya batreinya. Ia merebahkan badannya diatas karpet berbulu berwarna hitam.

Apartemen miliknya didominasi oleh warna hitam dan putih. Hye Jin tidak terlalu suka warna cerah. Matanya melihat ke sekitar kamarnya. Berada diruangan kecil yang sangat ia cintai setiap sudutnya membuat ia jauh lebih merasa aman ketimbang, ia merasakan remang pada tubuhnya, ia bersama makhluk aneh yang menjilat darah dari tangannya sendiri. Hye Jin berjanji tidak akan mengikuti lelaki itu.

Memikirkan kejadian kemarin benar-benar membuat otaknya begitu lelah. Namun semua fikiran bertubi-tubi itu tidak bisa mengabur dari otak dan pandangannya. Hye Jin memeluk lututnya dan matanya melihat ke arah handphonenya yang sekarang sudah menyala. Ia buru-buru menghubungi layanan pesan antar. Kakinya tidak kuat menopang tubuhnya untuk mencari makanan di luar Apartement.

Banyak sekali pesan teman-temannya yang berisi mencari dimana dirinya dan mengapa Hye Jin untuk pertama kalinya tidak masuk kerja tanpa alasan. Terutama Bo Young yang bahkan menelfonnya sebanyak 20 kali pada jam-jam yang berbeda. Senyum merekah diwajah Hye Jin yang terasa lelah.

Setelah memesan makanan yang dapat membantunya tidak bergemetar. Hye Jin menghubungi Bo Young.

ut

"Hye Jin!", Suara imut itu sedikit tinggi dari biasanya, "Kau kemana? Apa kau baik-baik saja? Kau tidak mungkin melakukan yang Sa Ra atau Soo Jin lakukan hingga dua hari bukan? Jawab!", Bo Young mencerocos tidak berjeda.

"Bagaimana aku akan bercerita Young-ah, Kau bicara sepert kereta api yang tidak dapat putus".

"Aku sangat khawatir padamu. Dua hari kau tidak ada kabar setelah dari club", Suaranya seperti menahan tangis pecah dari dirinya. Bo Young memang sangat lembut terutama jika menyangkut Hye Jin, Sa Ra dan Soo Jin namun untuk masalah one night stand atau apapun itu, Bo Young tidak perlu repot mengkhawatirkan Sa Ra atau Soo Jin.

"Tidak apa. Aku hanya ada urusan mendadak dan sekarnag aku merasa tidak enak badan".

"Apa kau sudah izin pada Tae Oppa? tapi dia pun tidak masuk kerja hingga hari ini. hmmm Sa Ra sudah berfikir bahwa kau merebut Tae Oppa darinya".

Mengingat Taehyung, kepala Hye Jin berdenyut kembali, "Tenang saja. Kalian tidak perlu khawatir. Sudahlah, aku ingin istirahat. Selamat bekerja. Kalau besok aku sudah sehat, aku akan kembali bekerja".

Bo Young berharap dari jauh bahwa Hye Jin kuat karena Bo Young tahu bahwa ketika sakit, Hye Jin mengurus dirinya sendiri tanpa siapapun, "Nanti malam aku akan menginap dirumahmu".

"Gomawo Eonnie".

"chhhh... kau hanya memanggilku Eonnie jika ada butuhnya saja", ia terkekeh.

"Sarangeee haha", sebelum Bo Young semakin meledeknya, Hye Jin memutus sambungan telefonnya.

Suara ketukan pintu terdengar. Hye Jin berjingkat, menangis membuatnya selalu terasa lapar. Hye Jin membuka pintu namun ia hanya merasa angin menerpa dirinya. Ia mengeluarkan kepalanya dan melihat koridor yang sepi. Ia kembali menutup pintu dan menguncinya dengan double lock.

Ia memiringkan kepalanya, tanda bahwa ia bingung karena telinganya benar-benar menangkap suara ketuk pintu.

Hye Jin berteriak dan reflek mundur beberapa langkah saat ia mendapati sosok berambut warna grey dengan warna mata dingin itu sedang duduk rapih diatas kasur miliknya yang masih berantakan. Tangannya menggenggam plastik makanan dari restauran yang Hye Jin pesan.

"KAU!!! MAU APA LAGI KAU?", ia histeris dan suaranya bergetar.

Jimin menjulurkan tangannya, "ini milikmu".

"Keluar!!!!", hardik Hye Jin. Ia merasa kakinya kembali lemas, nafsu makannya terntu saja hilang melihat Jimin berada didepannya dengan wajah yang tidak dapat ia baca.

Jimin berdiri dan menaruh tangannya dipinggang, "Apa begitu cara manusia menyambut tamu dirumahnya yang", Jimin melihat ke sekeliling ruangan, "sangat kecil", ejeknya.

"Mau apa kau?!", mata Hye Jin tetap membulat.

"melihatmu dan melihat tempat tinggalmu", ia mulai menyusuri ruangan persegi ini dan melihat-lihat. Kakinya berhenti dimeja belajar sekaligus meja rias Hye Jin yang ditempeli foto orang tuanya dicermin dengan rapih.

Jimin tersenyum dan melihat ke arah Hye Jin yang masih mematung, "makanlah. Aku akan menemanimu", Ia tanpa terlihat langkahnya sudah berada didepan Hye Jin, meraih tangan perempuan itu dan menuntunnya duduk di karpet.

Dengan cepat Jimin menyiapkan semuanya.

Hye Jin meremas bajunya, Ia merasa takut pada makhluk disampingnya namun ia benar-benar tidak tahu bagaimana cara mengusir makhluk gila ini. Hye Jin meraba lukanya. Takut hal itu akan terulang kembali.

Jimin tentu mengetahui fikiran Hye Jin yang sangat mudah ia baca. Perbedaan Hye Jin dengan Bella Swan, jika perempuan itu tidak dapat dibaca jika Hye Jin suaranya sangat terasa keras difikiran Jimin membuat Jimin tersenyum.

"Kau memang selalu salah faham padaku", Jimin berbisik, ia meraih tangan Hye Jin yang terasa membeku tidak seperti kemarin. Jimin menyadari bahwa jendela terbuka, dengan sepersekian detik ia menutupnya dengan cepat dan kembali lagi kesamping Hye Jin yang lelah melihat dirinya melesat kesana kemari.

Hye Jin tidak dapat berkutik saat jemarin dingin itu meraih telapak tangannya.

"Pejamkan matamu", titah Jimin.

Mau tidak mau Hye Jin memejamkan matanya . Ia benar-benar pasrah didepan makhluk menyeramkan ini.

Pandangan Hye Jin kembali pada saat matanya melihat Hye Jin, Ia merasa menjadi orang lain. Dirinya sangat care terhadap Hye Jin yang tidak sadar diri. Lengan yang ia rasa bukan miliknya membebat luka yang ada ditangan Hye Jin.

Setelah itu, Hye Jin yang menjadi orang lain ini berlari ke sebuah hutan, menangkap satu hewan, ia menjerit dan berushaa tidak melihat saat adegan dimana binatang itu harus mati tanpa darah. Sisa darah yang ada dengan cepat dirinya bawa dan ia tuang didalam botol. Lalu ia membawa itu dan menuang ke dalam gelas crystal. Tidak lama kemudian Hye Jin kembali dan tepat saat itu ia kembali pada dirinya yang semula.

Hye Jin membuka matany dan menatap Jimin yang sedang memperhatikan dirinya dan menaruh tangannya dengan rapih.

"Itulah kebeneran yang harus kau tahu. Aku tidak yakin Taehyung berbicara apa namun aku tahu bahwa kau tidak mengetahui apapun selain kau berfikir aku makhluk gila".

Hye Jin menelan salivanya dengan tersendat. Ia merasa dirinya gila bahwa sebagianya merasa bersyukur lelaki ini tidak seperti yang ia takuti namun Hye Jin tidak boleh dekat dengan makhluk yang membingungkan ini.

"Lee Hye Jin, izinkan aku memberitahu semua rahasiaku padamu", Jimin mendekatkan wajahnya dan mengikat matanya dengan dua manik berwarna coklat terang milik Hye Jin.

Hye Jin menatap lekat mata dingin milik Jimin, ia merasakan kekuatan yang berbeda dari sana. Kali ini ia tidak merasa lemas maupun takut namun ada gerakan dimana manik itu terlihat bahwa mereka berbicara yang sesungguhnya, mendukung suara itu meminta izin.

Perempuan didepannya tidak bergeming, Jimin ingin sekali lagi mengetes perempuan yang berhasil dia ikat hatinya ini.

Mata dingin tertutup kelopak dan sesuatu hangat hinggap diatas bibir Hye Jin yang mengering sejak tadi. Tangannya meremas karpet bulu dan menopang berat tubuhnya.

Tubuh Jimin semakin mendekat, tangannya merengkuh pinggang Hye Jin yang tidak berdaya. Jimin larut dengan permainan bibirnya yang lembut. Bibir Hye Jin terasa berbeda, Jimin tidak pernah bisa mencium wanita kurang dari satu menit. Karena wanita-wanita itu akan lemas, Jimin mengisap energi mereka lalu ia hanya akan menghabisi aliran darah.

Namun otak Jimin bekerja dengan berbeda kali ini. Ia merasakan hangat tubuh Hye Jin kembali dan merambat memasuki pori pori kulitnya yang sedingin es.

Jimin dengan sabar menunggu balasan wanita itu. Ia mengecup dengan sangat lembut, tanpa gigitan dan isapan yang berlebihan. Tangan dinginnya mengambil alih rahang Hye Jin.

Kecamuk dalam diri Hye Jin membuatnya mematung beberapa saat. Hye Jin belum pernah ciuman, ia terkejut bahwa dirinya selemah ini untuk mengelak. Bukan hanya tubuhnya melainkan hatinya yang sekarang berdebar tidak karuan. Hye Jin merasakan setiap usapan lembut ibu jari Jimin pada pipinya. Bibirnya terasa basah dengan kecupan Jimin yang menyentuhnya bertubi-tubi dengan tempo yang lambat.

Ada dorongan yang berbeda dari yang Hye Jin rasakan. Ia merasa tubuhnya merespon jauh berbeda dari yang otaknya katakan karena hatinya entah mengapa melawan.

Bibir Hye Jin mulai mengikuti irama Jimin yang sekarang merasa puas. Baru saja Hye Jin ingi memejamkan mata, Jimin melepas pagutan bibir mereka dengan senyumnya yang merekah dan membuat mata dinginnya tertutup dan membentuk bulan sabit. Taringnya sedikit mencuat namun tidak sempurna.

Hye Jin menyeka bibirnya dengan kikuk, Ia kembali menegapkan dirinya sembari merutuk kebodohan dan kegilaannya. Ini sungguh tidak waras.

"kalau begitu. Mulai detik ini, kau resmi menjadi pasanganku Lee Hye Jin", ujar Jimin dengan nada berbangga hati.

"aniiiya, kita baru saja kenal. dan ku yakin ada penjelasan mengapa kau meminum darah walaupun itu milik hewan. Dan kau menjilat darahku. Lalu kau menciumku dan", Hye Jin menghentikan ucapannya, membuang pandangannya dengan semburat merah dipipinya.

Jimin mengusap pipi Hye Jin, "tidak mungkin kau akan ku beritahu semua sekarang. Kau akan pingsan lagi".

Hye Jin mengernyit, "apa aku sesering itu pingsan?".

"tidak. Kau satu-satunya wanita yang dapat menciumku", Jimin mengedipkan sebelah matanya, "dan ku pastikan", Jimin berdiri dan merapihkan badannya, "kau akan mulai jatuh cinta padaku", lalu ia pergi. Saat langkahnya terhenti diambang pintu, "Karena aku telah memilihmu Lee Hye Jin", ia membuka pintu dan pergi seperti angin.

Hye Jin terpaku, "Ya tuhan, apa yang kulakukan?".

***

Keesokkan harinya berjalan seperti biasa. Hanya saja entah ini perasaannya atau memang benar begni, Taehyung terlihat muram. Hoseok beberapa kali melemparkan pandangan menenangkan saat ia melirik Hye Jin.

"Syukurlah kau sudah dapat kembali bekerja Jin-ah", ujar Hoseok saat mereka sedang membereskan biji kopi bersama di gudang.

Hye Jin menggigit ujung pulpennya sembari menatap punggung belakang Hoseok. Bibirnya berkali-kali mengatup karena takut mengeluarkan pertanyaan yang sedari kemarin mengganggunya.

"Apa Tae Oppa baik-baik saja?", ia bersyukur yang keluar bukanlah yang lain.

Hoseok berdiri, "sejujurnya pasti ia terpukul tapi semangatilah dia".

Hye Jin mengerjap tidak mengerti, "kenapa?".

Hoseok mengacak kepala Hye Jin, "Ia sungguh-sungguh mengkhawatirkan mu Jin-ah", Hoseok melakukan pekerjaannya kembali, "Ayo catat lagi", pintanya.

Hye Jin kembali melihat ke papan yang berisi table ketersediaan barang yang menjadi tugasnya untuk satu minggu ke depan. Walau matanya dan tangannya bekerja tapi sebagian dirinya bingung mengapa Taehyung dan Jimin sangat berbeda.

"Hye Jin!, Hoseok Oppa!!", panggil Soo Jin diambang pintu dengan nada yang histeris. Ia menggit bibirnya dengan pipi yang semakin merah, ia selalu menggunakan full make up.

Hye Jin mengernyit melihat Soo Jin yang sekarang masuk dan meraih tangannya lalu melompat-lompat kegirangan.

"wae? wae?", tanya Hoseok penasaran.

"Oppaa... kenapa kau dan Tae Oppa tidak pernah memberitahu kami bahwa bos kita sangat tampan seperti apa ya... idol? dewa? atau apapun itu. Dia sangat sempurna Hye Jin-aahhhh".

Hye Jin tersedak salivanya sendiri sehingga ia terbatuk-batuk sebelum ia sempat mengeluarkan suaranya. Matanya menuju Hoseok yang sama membulat dengan miliknya. Mereka seperti bertelepati bertanya apa maksudnya Jimin menunjukkan dirinya.

Dengan langkah malas, Hye Jin memenuhi panggilan Jimin bersama para karyawan yang lain. Sosok itu berpenampilan berbeda. Ia memakai setelan jas berwarna hitam dengan dasi. menunjukkan bahwa dirinya memanglah seorang pebisnis dan pemilik cafe terkenal ini. Ia duduk dengan angkuh disudut cafe dan semua karyawan berdiri berbaris menghadapnya termasuk Taehyung. Ada seseorang lagi yang Hye Jin tidak kenal duduk bersama Jimin namun gesture tubuhnya tidak angkuh seperti Jimin yang sedang menatap satu-persatu karyawannya.

Pandangannya terhenti lama pada wajah Hye Jin yang baru saja bergabung dan berdiri disamping wanita kecil dengan pipi gembal, JImin langsung tahu bahwa mereka bersahabat seperti ia mendengar makian diotak Hye Jin bahkan sebelum wanita itu berbaris disini. Jimin mengubah posisi duduknya dan menebar senyum pada Hye Jin. Hal itu membuat beberapa kepala mencuri pandang karena penasaran siapakah yang menerima senyuman itu.

Ingin rasanya Hye Jin menyiramnya dengan kopi panas detik ini juga. Hye Jin menahan nafas seiring tatapan Soo Jin dan Bo Young yang mengapit dirinya. Soo Jin menyenggol pinggang Hye Jin dengan sikunya.

"Balas senyumnya bodoh!", desisnya namun Hye Jin mengtulikan rungunya. Tetap bersih keras mengabaikan senyuman itu.

"Okay.. karena semua karyawan sudah berkumpul", Jimin berdiri merapihkan jasnya, "Saya adalah Park Ji Min, pemilik dari Magic Shop Cafe dan Magic Group. Mulai hari ini, saya akan mengawasi cafe ini secara langsung dengan bantuan Kim Taehyung".

Taehyung tersenyum dengan memaksakan otot-otot wajahnya. Dirinya juga sama terkejutnya dengan Hoseok dan Hye Jin saat Nam Joon Hyung membawa Jimin dan mengatakan bahwa sudah saatnya Jimin menunjukkan diri. Tidak ada rasa khawatir lagi dari bibir Nam Joon justru sekarang ia menatap dengan tatapan ceria karena akhirnya Jimin bisa keluar dengan bebas seperti yang lain.

Bagi Nam Joon, saat ini adalah yang tepat untuk membiarkan Jimin merasakan hidup menjadi manusia masa kini seperti para saudaranya. Jimin adalah saudaranya yang paling sulit untuk beradaptasi dengan manusia. Ia sangat mencolok dan sering membuat para wanita menggila. Tidak sering Nam Joon benar-benar gila dengan kelakuan nakal Jimin.

Park Ji Min memiliki aura yang menyengat perempuan manapun. Dengan kilatan mata buasnya, ia sudah menghabiskan berapa ratus darah wanita ditangannya. Jimin hanya mau meminum darah wanita yang rela memberikan untuknya. Walau sebenarnya bukan itulah tujuan Jimin.

Lelaki yang dapat mengubah warnanya sesuai yang dia inginkan itu terinspirasi dengan pasangan Edward dan Bella Cullen. Mereka membangunkan harapan Jimin untuk memiliki pasangan. Namun yang terjadi wanita-wanita itu hanya menyerahkan hidupnya karena terlalu terlena pada Jimin.

Namun berbeda dengan Hye Jin. Jimin tidak dapat menghabisi darah yang membuatnya gila itu. Justru Hye Jin membuat Jimin mencoba memasukkan racun kedalam aliran darah melewati gigitannya dibelakang tengkuk Hye Jin namun sepertinya perempuan itu belum menyadarinya hingga sekarang. Reaksi tubuh Hye Jin justru tidak seperti wanita lainnya.

Mata Jimin menangkap bahwa efek racunnya sangat jelas terlihat dimata Hye Jin yan sekarang lebih berwarna coklat terang. Bibirnya terlihat lebih penuh dan tebal dari sebelumnya. Jimin benar-benar puas akan hasil karyanya.

Setelah memperkenalkan diri dengan bijaksana dan berhasil membuat beberapa wanita berdegup, Jimin memperbolehkan para pekerjanya kembali bekerja untuk mulai membuka jalannya toko. Jimin menghentikan langkah Taehyung. Lelaki itu menatapnya dengan kilatan merah. Itu artinya ia masih marah dengan Jimin.

"Sudahlah Tae, hentikan tatapanmu itu", ujar Jimin melembut.

Taehyung melepaskan tangan JImin, "hentikan kekonyolanmu", desisnya.

Jimin kembali merubah eskpresinya. Kini Nam Joon berada ditengah mereka, memegang pundak para adiknya.

"Lebih baik kalian bicarakan ini berdua".

Taehyung membalikkan badannya, tidak tertarik pada tawaran Hyungnya untuk pertama kalinya ia mengabaikan Nam Joon. Ia pergi meninggalkan keduanya.

"Sudahlah Hyung. Aku disini bukan untuknya", Jimin merekahkan senyumannya lalu ia menepuk pundak Nam Joon sebelum ia pergi meninggalkan lelaki bertubuh atletis sendirian.

.

.

.

Hye Jin mengetuk pintu ruangan yang selalu kosong itu. Ia masuk kedalam dan mendapati Jimin sedang berdiri didepan jendela. Ia berputar dan mempersilahkan Hye Jin duduk di sofa hitam. Ruangan ini lebih besar dari yang Hye Jin ingat dan entah kapan semua perabotannya sudah tersusun rapih. Sangat siap ditempati oleh Park Ji Min yang sekarang duduk didepannya.

Hye Jin menghindari tatapan Jimin yang sekarang semakin menatapnya.

"Apa kau tidak terkejut bahwa akulah bosmu?".

"tidak sama sekali. Sudah ku yakin makhluk aneh sepertimu pasti sangat kaya raya seperti ini".

Jimin tersenyum, "sudahlah hentikan sarkasme mu itu. Apa kau tidak ingat kejadian kemarin?".

Hye Jin semakin mengerutkan keningnya itu, "kau benar-benar menyebalkan".

Sepersekian detik Jimin sudah duduk disampingnya.

"Menikahlah denganku", pintanya.

"APA KAU GILA?", celotehan Jimin seperti menampar pipi Hye Jin.

"apa kau sudah memiliki lelaki yang kau suka? Tidakkan. AKu tahu melebihi dirimu".

Hye Jin ingin melempar lelaki dingin ini keluar dari Magic Shop.

"Kenapa sih kau melakukan hal ini padaku? chaeballl. Aku tidak mengerti", suaranya kembali bergetar membuat Jimin melempar pandangan malas padanya.

"Nanti malam, pergilah makan malam denganku dan aku akan menceritakan beberapa hal padamu ya", ujarnya sembari menggenggam tangan Hye Jin.

Hye Jin mengangguk. Ia tidak mengerti mengapa dirinya dapat mengontrol emosi dengan lebih baik seperti ini. Jimin tersenyum dan berdiri. Ia menaruh tangannya dipundak Hye Jin.

"Kembalilah bekerja. Mulai sekarang aku akan disini bersamamu", bisiknya membuat Hye Jin lebih baik sekarang.

Perempuan itu perlahan meninggalkan ruangannya dan menutup pintu. Jimin tidak pernah merasakan setenang ini sebelumnya.

_

_

_

Jimin didorong oleh Hoseok dan Taehyung ke dalam ruangannya.

"JANGAN KELUAR!", bentak Taehyung. Emosinya begitu pecah.

"AKAN KU HABISI DIA!", geram Jimin benar-benar membenci manusia-manusia gila seperti yang barusan ia hendak hajar. Namun Taehyung dan Hoseok sudah membawanya tanpa ada yang dapat melihat mereka semua masuk kedalam ruangan.

Hoseok mengatur nafasnya. Ia menuntun Jimin untuk duduk. Ia mengetahui perangai Jimin yang memang sulit beradaptasi. Maka dari itu dia sangat terkejut saat Nam Joon mengantar Jimin dengan senyum yang cerah.

"Kau tidak dapat melakukan apapun itu seperti biasanya Park Jimin", ujar Hoseok. Ia memang sangat penyabar dalam menghadapi anggota keluarganya.

"Tapi dia memperlakukan Hye Jin seperti tadi".

"Itulah mengapa kau tidak dapat disini Park Ji Min!", Taehyung mengeraskan suaranya.

"APA MAKSUDMU KIM TAEHYUNG?!".

"stoppp", Hoseok berusaha dengan hebat menghentikan tatapan-tatapan mencekam yang dilempar Jimin dan Taehyung

Taehyung berdiri, "diamlah disini kalau kau tidak dapat menghentikan emosi berlebihanmu dan satu lagi. lenyapkan taring bodohmu itu!".

Jimin melempar dasinya dengan kesal. Ia merasa benar-benar membara hari ini.

***