webnovel

Ch. 63

ChanBaekJi sudah pusing berputar-putar mengelilingi kampus hanya untuk mencari satu atau dua makhluk, yang tadi katanya menunggu di cafe sebrang kampus.

"YA! Kau dimana?!" Jiyeon berteriak kesal. Meletakan ponsel di tangan kanannya agar menempel pada telinganya.

"Kembali ke cafe sebrang. Aku sudah ada disana." Nada perintah itu membuat Jiyeon langsung naik darah saat itu juga. Menarik nafas dalam untuk memaki sahabatnya itu seb-

Tut tut.

-elum sambungan diputus secara sepihak oleh manusia kurang ajar di sebrang sana. Ingin cari mati? Okeh.

"YA! KAU PIKIR AKU TAK LELAH?! SIALAN!" Teriakan Jiyeon tak bisa ditahan. Panas sudah jantungnya, bahkan sudah mendidih.

"Cafe sebrang?" Gumam Baekhyun entah pada siapa. Tapi lagi-lagi, itu memancing amarah Jiyeon.

"KAU PIKIR DIMANA LAGI?!" Jiyeon kembali berteriak. Wajahnya sudah memerah sempurna. Berjalan terlebih dahulu dengan kaki yang menghentak kesal, tak lupa umpatan manis untuk Suzy. Ugh, sweet.

"Kenapa dia berteriak padaku?" Heran Baekhyun. Mengerutkan dahinya dengan wajah bingung luar biasa.

"Dia kedatangan tamu rutin?" Tebak Chanyeol, karna setaunya, perempuan itu sangat emosional jika sedang datang bulan. Mitos atau fakta? Entahlah, Chanyeol juga tak tau karna ia tak merasakannya hingga saat ini.

**

"Hei, kenapa kau marah padaku?" Tanya Sehun.

"Diamlah Sehun. Kepalaku sakit. Kenapa selalu ada saja orang yang menjadi entreiner dalam hubungan kita." Desah Suzy lelah. Menyandarkan punggungnya pada kursi lalu menutup matanya.

"Pengganggu itu selalu ada Suzy." Ujar Sehun. Mencondongkan tubuhnya pada Suzy lalu mengecup singkat dahi remaja labil itu.

"Dia cantik. Tak kalah dari Irene. Ku yakin dia juga pintar, atau mungkin jenius. Tinggi, putih, mancung, dan semuanya ada padanya." Suzy mencoba mengingat apa yang ia lihat dari gadis yang bernama Eunji tadi itu.

Sehun tersenyum singkat, menopang dagunya pada sebelah tangan lalu mengedip kecil kearah Suzy. "Yeah ku akui dia memang cantik, putih, pintar dan mendekati jenius." Puji Sehun.

Seketika itu juga wajah Suzy langsung menekuk kesal bercampur sedih. Dibanding gadis itu, Suzy memang tak ada apa-apanya. Ia bodoh, sudah pasti. Point pertama sudah membuat jantungnya menciut sedih. Ia harus apa?

"Tapi dia tak mempunyai cinta yang aku berikan padamu. Jangankan cinta, ketertarikan sedikitpun aku tidak punya." Ujar Sehun. Membuat senyum Suzy mengembang bahagia, sedikit banyak ia merasa beruntung tentu saja.

"Dan juga, jika aku dan dia sama-sama jenius. Tak akan ada yang membuat hubungan menjadi istimewa." Tutur Sehun. "Aku jenius, dia juga jenius. Tak akan ada yang membuatku ataupun dia menjadi istimewa." Lagi. Sehun berujar, menatap mata Suzy seakan-akan ia menyelami manik gelap itu.

"Apa dia mencintaimu?" Tanya Suzy pelan. Menopang dagu lalu mendaratkan dahinya ke meja.

"Aku tidak tau." Bohong Sehun, siapa yang tidak akan tertarik pada lelaki tampan sepertinya? Sempurna? Ia. Tampan? Sangat. Kaya? Bahkan hartanya bisa hingga sembilan belas keturunan. Apa yang kurang?

Suzy mengangkat kepalanya, menatap Sehun dengan penuh harap. Bisa saja pria itu berbohong hanya untuk menghiburnya. "Benarkah?"

Sehun mengangguk ragu. Tentu saja ia tau. Gadis itu sama gilanya dengan Irene. Bahkan gadis itu dengan beraninya datang ke kantornya hanya dengan menggunakan pakaian minim bahan, membuat lekuk tubuhnya yang Sehun akui bagus itu terlihat oleh semua pegawainya. Sehun masa bodoh, toh itu bukan istrinya. Jika saja Suzy yang seperti itu. Sehun pastikan ia akan langsung menamparnya. Setelah itu menyekapnya selama sembilan bulan sepuluh hari.

Dan Sehun masih sangat ingat, bagaimana susahnya pihak keamanan di kantornya menyeret gadis itu untuk keluar dari kantor maha agungnya. Sehun? Ia tak mau tangan sucinya ternoda hanya karna menyentuh gadis tak jelas itu. Banyak mikroba disana. Iuh.

Ctak.

"Shh." Ringis Sehun saat sebuah sumpit mendarat lancar tanpa hambatan bagaikan jalan tol di dahinya. Masih ingin bertanaya pelakunya siapa? Tentu saja Suzy. Siapa lagi yang berani?

"Kau bohong." Sungut Suzy. Memanyunkan bibirnya dengan tangan yang bersedekap manis di dadanya.

Sehun memang datar. Tapi Suzy tau saat-saat suaminya berbohong atau tidak. Ada tanda tersendiri baginya.

Sehun meringis sakit. Mengusap kecil dahinya yang terkena jitakan cinta itu. Istrinya itu seperti manusia rimba. Sungguh!

"Ak-"

Brak.

"KAU TAU GADIS TAK TAU SOPAN SANTUN YANG BEBERAPA WAKTU LALU DI SINI?" Tanya Jiyeon emosi. Menggebrak meja dengan kekuatan penuh hingga urat-urat tangannya terlihat jelas.

"Lee Eunji?" Tanya Suzy ragu. Karna ia hanya tau satu nama itu sejak ia meninggalkan kafe tadi. Calon baru perusak rumah tangganya.

"Aku tidak tau. Dia bersama orang tua yang sudah beruban dan juga gendut!" Sungut Baekhyun kali ini. Meraih bangku dan duduk. Menyesap minuman yang itu entah milik siapa. Ia sangat mendidih sekarang. Sungguh.

"Dia kenapa?" Tanya Sehun yang mulai tertarik dengan remaja di depannya ini. Maksud Sehun mulai tertarik pada pembicaraan mereka, bukan pada merekanya. Kalian mengerti bukan. Ia masih normal dan tentu saja ia akan langsung dikebiri oleh semua keluarganya jika mereka tau Sehun banting strir. Ck.

"Dia menatap kami dengan mata jelek yang ia besarkan dengan sengaja itu. Dan aku yakin dia juga operasi plastik." Chanyeol bersungut-sungut kesal. Mencengkram erat botol minumannya hingga remuk tak berbentuk.

"Kau juga operasi plsatik jika kau lupa wahai sepupu tiangku." Ingat Baekhyun dengan wajah jengahnya. Sepupunya itu kadang suka lupa diri. Ck.

"Aku operasi karna urusan kesehatan wahai sepupu kurcaci." Balas Chanyeol kesal. Sepupunya itu minta dilempar kemana? Sungai Han? Puncak Everest? Apa segi tiga bermuda? Chanyeol akan dengan senang hati melemparnya.

"Lalu?" Tanya Sehun tak mempedulikan suasana panas yang tercipta diantara dua saudara itu.

"Lalu dia berkata seperti ini, 'cih. Gerombolan otak udang. Kontaminasi berbahaya' aku serasa ingin mencincangnya dan memberikannya pada monggu dan janggu." Jiyeon berapi-api sendiri menceritakan kejadian menyebalkan itu.

"Monggu? Janggu? Itu siapa?" Tanya Baekhyun penasaran. Ia belum pernah mendengar nama seperti itu sebelumnya.

"Tentu saja nama anjingnya Kai!" Ceplos Jiyeon tanpa sadar. Menutup mulutnya dengan sebelah tangan lalu berdehem kecil. Memanggil pelayan Cafe dan meminta segelas Americano. Amerika sekali bukan?.

"Ow.. oww. Ada yang sudah dekat sekali ternyata, bahkan sampai tau nama anjingnya. Huluh huluuuh." Goda Baekhyun. Mengibaskan tangannya untuk mengipas wajahnya yang entah kenapa itu.

"Ow, apa sudah bertemu mama mertua?" Goda Chanyeol.

"Kalian ini apaan?!" Dengus Jiyeon dengan wajah meronanya. Tentu saja ia malu. Astaga!

"Sehun, kau mau apa? Hari ini Jiyeon yang mentraktir." Tanya Suzy tanpa beban. Tak peduli dengan isi dompet bocah itu. Tenang, sekali mengirim ayahnya akan mengirim dalam jumlah besar. Sangat besar.

"Steak saja cukup." Jawab Sehun. Seraya tersenyum manis. Tak ada salahnya bergabung dengan para bocah ini.

"Saja?" Dengus Jiyeon tak percaya. Membuang muka dengan wajah yang ia tekuk. Saja dalam kamus Sehun itu harganya selangit. Bisa kering tak bersisa tabungannya. Belum lagi dengan tiga teman brengseknya itu. Selera mereka juga high class semua.

"Baiklah. Ayo kita ke restoran Sehun." Ajak Suzy gembira. Makan gratis itu kenikmatan dunia teman! Gratis dengan harga selangit apa lagi. Ck ck.

"Ya tuhaaan." Ringis Jiyeon. Menatap malang isi dompetnya lalu beralih pada americano miliknya itu.

"Teri-"

Sret.

"Cepat bayar Jiyeon." Suruh Chanyeol. Mengambil americano tersebut lalu meninggalkan pemilik aslinya.

"Bedebah kecil." Desis Jiyeon. Merengut kesal dengan sumpah serapah yang tertuju pada Jongin. Kenapa Jongin? Tentu saja pria hitam itu. Siapa lagi memangnya. Yang punya anjing dengan nama Monggu Janggu ya hanya makhluk itu. "Dan yang punya anjing membuatkan instagram untuk anjingnya ya hanya Chanyeol idiot itu." Dengusnya lagi.

"Benar-benar teman brengsek."

**

"Jadi kapan kau pacaran dengan Kim hitam Jong In?" Tanya Baekhyun.

"Aku tidak pacaran dengannya bodoh!" Sungut Jiyeon lelah. Sudah seratus lima puluh kali ia mengulangi perkataan itu. Dan sialnya temannya itu tuli mendadak.

"Ah, sayang sekali. Padahal jika ia aku yang akan mengurus pernikahanmu dengan Jongin Jongin itu." Ujar sehun tenang. "Dengan gedung dan gaun pernikahan yang kau mau. Gedung berbintang yang mahal sekali pun, ah.. atau gaun pengantin dari desainer ternama sekali pun." Sambungnya lagi.

"Waaaaaaa.." seru mereka semua, minus Jiyeon tentu saja. Bertepuk tangan heboh dan berhigh five ria.

"Dan aku akan menyumbang kue pernikahan dua belas tingkat dengan berhiaskan emas dan batu safir." Ucap Chanyeol bangga. Menghayalkan kue pernikahan yang ia bicarakan lalu tersenyum tampan.

"Sedangkan aku bukan menabur bunga lagi di jalan sepanjang altar tapi akan menabur berlian serta permata murni sebagai pengiring pengantinmu." Oceh Suzy tak mau kalah. Berdecak kagum dengan hayalannya itu.

"Dan Suho yang akan menabur-nabur dollar di belakangmu." Timpal Baekhyun.

Kalian heran kenapa mereka mengenal Suho? Tentu saja, semenjak mereka menginap di rumah Sehun. Dan semenjak mereka menyusahkan Suho. Karna Suho harus bolak-balik dari kantor menuju rumah Sehun. Karna apa lagi jika bukan karena empat bocah itu.

"Ah.. dan aku pasti akan memberikan sovenir Iphone S7 plus-plus berlapis emas dan batu mulia pada semua tamu undanganmu." Baekhyun mengangguk meyakinkan sahabat gilanya itu.

"Diam kalian!" Dengus Jiyeon yang sudah jengah dengan ocehan tak berguna para sahabatnya itu dan juga suami sahabatnya itu. "Urusi saja pernikahan kalian sebelum mengurus pernikahanku!" Sungutnya lagi.

"Kami sudah menikah." Kompak Sehun dan Suzy. Menyebalkan? Sangat. Ya tuhaan.

"Astagaaaaa!" Pekik Jiyeon frustasi. Sedangkan yang lain? Mereka hanya tertawa bahagia. Percayalah.

**

Setelah acara makan siang penuh perdebatan tadi. Mereka kembali ke rumah mereka masing-masing. Tentunya dengan diantar Sehun. Karna mereka tak bawa mobil.

"Jangan lupa. Besok pengumuman hasil tes tadi. Pastikan kalian datang wahai wahai makhluk penghuni neraka." Dengus Jiyeon dan-

Blam.

Membanting pintu mobil dengan keras. Tanpa ucapan terima kasih dan menoleh sedikitpun. Memasuki rumah dengan kaki menghentak kesal akibat ulah sahabat terkutuknya itu.

"Apa aku akan lulus Sehun?" Tanya Suzy setelah keheningan yang melanda mereka beberapa waktu lalu.

Sehun tersenyum simpul, "jika temanmu lulus maka kau pasti akan lulus." Ujar Sehun tenang.

"Kenapa?" Tanya Suzy heran.

"Karna aku jamin jawaban kalian sama persis." Sehun berujar santai. Melirik Suzy hanya diam dengan wajah mencibirnya.

"Sama persis karena kami sama-sama belajar!" Dengus Suzy tak terima. Enak saja. Harga dirinya dijatuhkan seperti itu. Cih.

"Belajar dari hasil contekan." Sindir Sehun pedas.

"Mencontek dari hasil belajar tak apa." Cibir Suzy tak mau kalah. Menatap keluar jendela lalu meraih ponsel Sehun yang tergeletak di dasboard mobil.

"Berani sekali kau nyonya Oh." Ujar Sehun lagi. Kurang ajar itu memang sifat alami Suzy.

"Terserahku." Lirih Suzy.

"Coba saja jika kau bisa membukanya."

"Tentu aku bis-, yak! Apa paswordnya?!" Teriak Suzy gemas. Ponsel perempuan bergembok seribu tak masalah. Ini ponsel pria? Yang benar saja!

"Kau tak harus tau."

"Aku harus."

"Tidak."

"Ayolah Sehuuun." Ujar Suzy mendayu-dayu.

"Mau apa kau dengan ponselku?" Tanya Sehun gemas.

"Main." Jawab Suzy seadanya.

"Tidak."

Penolakan tegas. Siaga satu. Pikir Suzy.

"Hanya bermain Sehun."

"Apa imbalannya?"

"Kau ini suami macam apa?! Aku ini istrimu!" Teriak Suzy tak terima.

"Ya sudah." Acuh Sehun.

"Peluk."

"Terlalu biasa."

"Makan malam."

"Biasa."

Dahi Suzy berkerut heran. Apa lagi? Apa harus itu? Malu sekali diriku. Pikirnya. Dan tanpa diduga. Rasa malunya mengalahkan rasa penasarannya. Dan akhirnya-

"Cium."

"Dimana."

"Pipi?"

"Ck. Tidak seru."

Menahan nafas lelah. Suzy menggigit bibir bawahnya keras lalu menimang-nimang. Pasword ponsel atau tawarannya tadi? Ugh.. ini membingungkan.

"Baiklah." Jeda sebentar. "Bibir." Gumamnya pelan.

"Oke."

Suzy melongo. Langsung oke? Apa suaminya semesum itu? Demi celana dalam neptunus! Ia tak menyangka. Ya ampun.

"Paswordnya?" Tanya Suzy.

Sehun menggeleng. Menepikan mobilnya lalu menghadap Suzy. "Ciumanku dulu." Tagih Sehun.

"Pasword dulu."

"Ciumanku dulu."

"Pasword."

"Cium."

"Pasword!"

"Cium!"

"OK!" Dengus Suzy kesal. Kenapa harus dia yang mengalah? Selalu!

Cup.

"Hanya itu?" Sehun bertanya tak percaya. Menggeleng singkat lalu hendak menyetir lagi.

"Ya apa lagi?!" Gemas Suzy dengan wajah memerahnya. Suaminya ini minta di tendang ternyata.

"Ya sudah tidak jadi saja." Putus Sehun.

"Baiklah baiklah. Aku mengalah." Ujar Suzy.

"Mengalah apanya. Ini negoisasi." Bantah Sehun tak terima.

"Ters-"

Dan Suzy menyesal telah memberikan penawaran atau negoisasi seperti tadi pada Sehun. Harusnya ia tau bahwa suaminya itu sangat amat teramat mesum.

TBC

SEE U NEXT CHAP

THANK U

DNDYP