webnovel

Ch. 24

Suzy hanya diam saat Sehun memeluknya. Ia tak bermaksud menyembunyikan apa pun dari sahabatnya.

Saat sedang larut dalam kesenangannya membasahi baju Sehun dengan ingus dan juga air matanya. Ponselnya berdering.

"Hei. Ponsel mu. Kau tak akan mengangkatnya?" Tanya Sehun. Ia yakin jika yang menelfon itu adalah salah satu dari bocah berisik teman kekasihnya itu.

Suzy menggeleng. Mengeratkan pelukannya pada Sehun dan menolak tangan Sehun yang sedari tadi menyodorkan ponselnya.

"Kau yakin tak mau mengangkatnya?" Tanya Sehun, menatap layar ponsel Suzy yang berkedip-kedip.

Suzy diam. Mengangkat kepalanya agar menengadah untuk menatap Sehun. "Siapa?" Tanya Suzy.

"Jiyeon." Jawab Sehun.

Suzy kembali menangis. Menggeleng heboh dan menjauhkan tangan Sehun yang terus menyodorkan ponsel padanya.

"Aku yakin Jiyeon pasti akan marah besar pada ku." Isak Suzy.

"Sampai kapan kau akan bersembunyi?" Tanya Sehun.

"Sampai hello kitty menikah dengan shinchan." Jawab Suzy.

Sehun menghela nafas berat. Menatap layar ponsel milik istri kecilnya, dan menatap wajah Suzy bergantian. "Ya sudah aku yang angkat." Acuh Sehun.

"Kau menganggap ku sebagai sahabat mu atau tidak Nyonya Oh yang terhormat?"

Sehun mengeryit samar. Mulut bocah di sebrang sana memang perlu di ajari sopan santun.

Suzy makin menangis. Itu ucapan terlarang dari kamus hidup persahabatan mereka.

"Apa kau hanya akan diam?"

"Bicaralah." Bisik Sehun. Mengusap lembut bahu kecil Suzy yang masih bergetar.

"Maafkan aku." Ujar Suzy.

"Aku tak butuh ucapan maaf mu!" Ok, ini cukup kasar menurut Sehun.

"Aku tidak bermaksud menyembunyikan ini Jiyeon." Ujar Suzy. Menahan suaranya yang bergetar agar tetap terdengar wajar.

"Lalu apa? Bermain petak umpet? Kau bocah Suzy!" Bentak Jiyeon.

"Aku hanya tak ingin kalian menjauhi ku nanti." Kali ini suara Suzy bergetar. Ia punya alasan sendiri.

"Omong kosong!" Maki Jiyeon dan mematikan sambungan telfon. Telinganya panas. Itu hanya alasan klasik.

"Sialan." Gumam Suzy. Hendak membanting telfonnya sebelum Sehun berhasil mencegahnya.

**

"Itu omong kosong!" Umpat Jiyeon. Membanting ponselnya dan mendudukan pantatnya di kursi.

"Aku tak habis pikir!" Jeda. "Kenapa harus berbohong? Apa tabungan dosanya sedikit?" Dengus Jiyeon.

"Aku tak tau harus bagaimana." Gumam Baekhyun. Memijat pelipisnya lelah. Ia tak tau harus bersikap seperti apa jika di skolah pada Suzy.

"Aku tak bisa marah padanya. Tapi, aku juga kecewa." Ujar Baekhyun.

Jiyeon mengangguk. Mereka selalu bersama dan kenapa ada batu besar di tengah mereka sekarang?

"Aku juga malas pulang." Gumam Baekhyun.

"Kenapa?" Tanya Jiyeon dengan kerutan di dahinya.

"Chanyeol pasti juga akan diam saja. Dia juga kelihatan kecewa pada ku." Ujar Baekhyun.

"Bagus! Dan sekarang kita hanya menunggu gempa kecil yang akan langsung menghancurkan persahabatan kita." Ujar Jiyeon.

**

"Gah!! Mereka bodoh atau apa sih?" Chanyeol mengacak rambutnya frustasi.

"Mereka akan membuat Suzy stress!" Desah Chanyeol lagi. Suzy itu sudah cukup banyak menerima beban pikiran. Dan sekarang ditambah lagi.

"Aku tak habis pikir. Benar-benar tak habis pikir!" Teriaknya lagi.

Kamarnya yang besar itu hanya di isi oleh teriakannya yang menggema. Chanyeol sudah pulang dari tadi, dan ia yakin. Kemungkinan besar Baekhyun tak akan pulang. Pasti.

Chanyeol berhenti berteriak saat ia rasa ada suara derap langkah yang menggema di rumah ini. Itu bukan suara kaki Baekhyun. Chanyeol yakin.

Ceklek.

Pintu kamar Chanyeol terbuka sendiri. Menampilkan sosok pria yang berdiri angkuh disana. Mengitari kamar Chanyeol dan..

"Dimana Baekhyun, Chan?" Tanyanya.

"Tamat sudah riwayat ku!" Chanyeol membathin. Memikirkan jawaban atau lebih tepatnya alasan yang masuk akal.

"Di tempat teman paman." Jawab Chanyeol. "Bodoh!" Rutuk Chanyeol dalam hati.

"Kau tak ikut?" Tanyanya lagi.

Chanyeol menggeleng. "Aku sudah pulang duluan karna aku kesal dengan p-"

"Bisaka kau kirim pesan untuk Baekhyun agar ia segera pulang?" Pinta pamannya. Menghentikan omelan bathinnya, Chanyeol mengangguk. Meraih ponselnya dan mengetik pesan untuk segera ia kirimkan pada Baekhyun.

"Baiklah terima kasih Chan." Ujar pria tadi. Berbalik badan dan meninggalkan kamar Chanyeol yang beberapa menit lalu di lingkupi aura ketegangan.

"Ugh.. Baekhyun bodoh! Aku berharap kau tak pulang hari ini!" Gumm Chanyeol dan mulai mengetik pesan.

Tadi itu ia hanya berpura-pura mengirim pesan pada Baekhyun. Ia memang benar-benar mengetik pesan, tapi bukan untuk Baekhyun. Melainkan untuk operator.

"Baek! Jangan pulang hari ini sampai ku suruh kau pulang." Begitu lah isi pesan Chanyeol.

"Kau berniat mengusir ku?" Tanya Baekhyun.

"Bukan Bodoh! Kau akan tau nanti. Yang jelas jangan pulang sekarang!" Chanyeol bersikeras. "Atau kau akan menyesal!" Lagi. Chanyeol memperingati. Ia harap Baekhyun mengerti.

**

Baekhyun mengeryit heran. Ponselnya yang bergetar tadi berisikan pesan laknat dari Chanyeol.

"Apa-apaan?" Dengua Baekhyun.

"Kenapa?" Tanya Jiyeon. Heran.

"Telinga peri itu melarang ku pulang!" Dengus Baekhyun.

"Jadi?" Ujar Jiyeon.

"Aku akan pulang! Enak saja dia melarang ku!" Dengus Baekhyun dan berdiri dari duduknya. Menyandang tasnya dan berlalu pergi. Tentunya setelah pamitan.

**

"Sudahlah. Sampai kapan kau akan menangis?" Tanya Sehun. Ia sudah jengah. Bajunya benar-benar sudah basah. Air mata dari Suzy itu jika di tampung sudah mancapai LIMA ember.

"Aku tidak mau datang ke sekolah." Isak Suzy.

"Kau sudah pintar? Otak mu sudah encer? Pelajaran kemarin aku yakin kau sudah lupa!" Dengus Sehun.

Suzy makin histeris. Mengusap ingusnya di lengan baju Sehun dengan tatapan anak kucing tak bersalahnya.

"Iuh." Jijik Sehun. Kemeja brandednya. Kotor dan juga lengket.

"Suzy kau jorok! Mandi sana!" Suruh Sehun. Ia juga akan mandi dan ganti baju. Tentunya setelah Suzy mandi.

"Aku sudah mandi tadi." Ujar Suzy.

"Lagi! Kau seperti anak tak diurus! Dasar buluk!" Ujar Sehun. Jujur. Bahkan kelewat jujur.

"Huweeee." Suzy makin terisak. "Aku bukan buluk!" Suzy berteriak.

"Ya sudah mandi sana! Kau menjijikkan!" Usir Sehun. Mendorong bahu Suzy agar masuk ke kamar mereka.

"Kau jahat!" Ucap Suzy.

Sehun menatapnya. Datar. Seperti biasa. Menggeleng acuh dan membuka kancing kemejanya. Ia benar-benar sudah tak nyaman.

"Ya! Kau sembarangan saja!" Amuk Suzy.

"Kenapa? Ini rumah ku. Terserah ku. Telanjang pun aku tak apa." Ujar Sehun acuh tak acuh.

Suzy merona. Bergegas naik ke kamarnya dan segera mandi. Ia akui, ia juga sangat buruk sekarang. Hanya buluk sedikit.

"Mentang-mentang rumahnya ia sembarangan saja buka baju?!" Dengus Suzy. "Tapi ngomong-ngomong dia juga sexi." Ujar Suzy tanpa sadar.

Diam.

Diam.

Diam.

Hing-

"Kyaaaaaaaaaaaaaa." Teriakan itu menggema.

"Bocah itu kenapa?" Tanya Sehun. Menatap kotak-kotak perutnya dan mengangkat bahunya acuh tak acuh.

"Hah.." Sehun menghela nafas lelah dan berlalu ke ruang gym miliknya. Ia perlu melatih otot-ototnya lagi.

**

Baekhyun sudah sampai di gerbang rumahnya.

"Ada yang aneh." Gumam Baekhyun.

Berjalan masuk dan mengeluarkan ponselnya yang bergetar. Baekhyun mengeryit heran. Nama Chanyeol.

"Halo?" Sapa Baekhyun.

"Kau dimana?"

"Di depan pintu."

"Pintu mana? Jangan bilang pin-"

"Pintu depan bodoh!"

"Sudah ku bilang jangan pulang dulu!"

"Terserah."

Baekhyun melangkah masuk. Tak memperhatikan sekitar dan-

"Dari mana kau?" Tanya pria tadi.

Baekhyun memucat. Ia balik badannya perlahan, dan..

"Ku tanya dari mana?"

"B.. bu.. bukan urusan mu!" Dengus Baekhyun. Berlari menuju lantai atas kamarnya. Lebih tepatnya kamar Chanyeol. Ia lebih aman jika bersama Chanyeol.

"Aku masih bicara Byun Baekhyun!" Bentak pria tadi.

"Aku tak peduli. K.. k.. kau bu.. bukan siapa-siapa ku!" Baekhyun balik membentak dengan suara bergetar.

Pria itu mendekat. Baekhyun bergetar. Berpegangan erat pada besi pembatas tangga. Ia sadar jika buku jarinya sudah memutih.

"Aku..." pria tadi berujar.

"... ayah mu!"

TBC

SEE U NEXT CHAP

HAVE A NICE DAY

THANK U

DNDYP