webnovel

My Soully Angel (Jodoh Sang Dewa Api)

Yafizan - Diturunkan ke bumi akibat serangan fatal dari kekuatannya membuat seorang gadis meninggal karena melindungi adik calon suaminya. Dia selalu bersikap arogant dengan emosi yang meluap - luap karena sifat alami apinya. Tinggal di bumi hampir seribu tahun lamanya bersama asisten yang diperintahkan untuk menjaganya selama di bumi. 1000 tahun kemudian dia dipertemukan dengan reikarnasi gadis yang tanpa sengaja diserangnya, dan gadis itu selalu menolongnya sedari kecil - Soully. Kejadian tak terduga membuatnya keduanya terikat dalam pernikahan.

GigiKaka · ファンタジー
レビュー数が足りません
100 Chs

Bab 44

Di dalam mobil Miller mengepalkan tangannya. Dia memukul-mukul kursi jok mobilnya, melepas kekesalannya. Ingin rasanya ia tadi melayangkan pukulan serta kekuatan supranatural yang dimilikinya untuk menghabisi Yafizan. Miller memejamkan matanya bersandar pada kursi mobilnya, bayangan demi bayangan ketika ia pertama kali melihat Soully saat konferensi pers itu, lalu sengaja menemuinya sebagai orang asing yang melakukan real magic untuk menyembuhkan luka-lukanya serta hari ini ketika matanya memandang takjub perempuan itu dengan jelas dari dekat. Dan dua kali ia melihat bagaimana Soully terluka. Ketidaksengajaannya membuka pintu sehingga meninggalkan memar di keningnya dan pendaratan bogem mentah dengan kekuatan penuh yang salah sasaran dari suaminya.

Aarrggggghhh!!

Teriak Miller merasa frustasi membuat Bimo yang sedang menyetir di depannya hampir saja oleng karena kaget. Dihelanya nafas dengan kasar. Lewat kaca spion depan, Bimo hanya terdiam melihat keadaan tuannya yang sedang tak baik itu.

***

Sementara di dalam mobil Yafizan, suasana sesaat tiba-tiba menjadi hening ketika mereka masuk ke dalam mobil. Padahal tadi sebelumnya sikap manja Soully dan acuh Yafizan yang di sengaja tak peduli menghiasi pemandangan mata iri Rona. Suasana canggung pun makin terasa karena Yafizan dan Soully hanya terdiam dengan saling berpaling arah melihat keluar kaca jendela sampingnya masing-masing yang sebenarnya hanya pemandangan jalan raya saja yang terlihat.

"Kenapa sekarang dia terdiam setelah masuk ke dalam mobil? Padahal sebelumnya dia begitu berantusias ingin pulang dengan sikap sok manjanya itu. Sungguh membuatku gemas," gumam Yafizan dalam hati.

"Apa tadi dia hanya akting saja? Oh, sungguh gila! Aku terhipnotis bujuk rayuan manjanya," fikirannya berkecamuk.

Apalagi dia masih merasa kesal karena Soully tak bicara semalam dia menginap di rumah Erick. Fikiran itu makin membuat Yafizan frustasi. Dikepalnya kedua tangannya, meremas jemarinya sekuat tenaga ia menahan emosinya.

Sementara orang yang difikirkannya kini hanya terdiam. Dalam kediamannya sesungguhnya Soully menahan rasa sakit di kepalanya. Pukulan Yafizan tadi membuat gaungan yang terus menggema di telinganya. Ditambah memar di keningnya pun seolah menagih minta diobati.

Soully memejamkan matanya, menahan rasa nyeri, ia bersandar pada kursi mobil belakang dengan posisi masih membelakangi Yafizan yang dari tadi fikirannya sedang berkecamuk.

"Kenapa dengan pasangan itu? Tadi sebelum masuk mobil, mereka seolah memamerkan kemesraan mereka. Kini, setelah masuk mereka seperti pasangan yang sedang bertengkar. Hhhh...sungguh pasangan yang aneh," fikiran Rona sama berkecamuknya ketika melihat pasangan suami istri itu duduk berjauhan dalam pantulan kaca spion depannya. Untung saja itu hanya fikiran Rona, karena jika ia bergumam walaupun dalam hati, tentu saja Yafizan akan dengan jelas mendengarnya.

***

Erick termenung sendiri di ruangan kerjanya di rumah sakit setelah ia selesai mengoperasi pasien gawat daruratnya. Ia larut dalam bayangannya tentang Soully. Bagaimana ia pertama kali melihat Soully terbaring lemah tak berdaya dengan penuh darah di sekujur tubuhnya, hingga ia merawat dengan sangat baik selama tidur panjangnya, bahkan menyayangi dan mengasihinya. Bayangan ketika Soully menangis memeluknya dan tidur di rumahnya pun serta merta masih lekat dalam ingatannya. Bagaimana tidak, ketika orang yang sangat disayangi itu tinggal berdekatan dengannya. Bahkan ia bisa mencium aroma serta melihat bagaimana keadaan orang yang dikasihinya itu ketika dengan sikap konyolnya bangun tidur dengan rambut acak-acakan dan dengan polosnya menggeliatkan dirinya dengan bebas. Erick tersenyum sendiri...

***

Masih dalam diam, mobil yang dikemudikan Rona telah sampai di apartement mereka. Dengan mata yang terpejam Soully masih tetap di dalam mobil. Hingga akhirnya Rona memanggil namanya sehingga yang dipanggil membuka matanya.

"Oh, sudah sampai?" lirih Soully terdengar lemah.

"Maaf aku membangunkanmu," maaf Rona merasa tak enak karena bosnya pergi begitu saja tanpa membangunkan atau membawa istrinya sendiri.

Soully masih merasa pusing hingga ketukan di kaca mobil sampingnya seolah mengingatkan kembali supaya Soully harus segera turun dari mobil yang akan dikunci.

"Kau baik-baik saja?" tanya Rona ketika ia menahan tubuh Soully yang oleng dan hampir terjatuh saat keluar dari mobil.

"Tak apa...maaf aku tidak hati-hati," maaf Soully.

"Tapi wajahmu pucat sekali. Apa kau sakit? Apa pukulan Bos Yafi menyakitimu? Jelas sekali saat itu ia memukul dengan segenap kekutan jingganya," cemas Rona dan Soully hanya menggeleng.

Perlahan Soully melangkahkan kakinya. Dengan kepala yang terasa berat ia berusaha sekuat tenaga berjalan menuju lift dan ingin segera sampai di apartementnya.

Yafizan yang sudah duluan meninggalkan Rona dan Soully tanpa menoleh lagi ke belakang ataupun menunggu mereka, kini sudah lebih dahulu masuk ke dalam kamar mewahnya. Ia melempar sembarang jas kerjanya, melonggarkan dasinya lalu duduk di sisi tempat tidurnya. Hanya lampu temaram yang menghiasi kamar itu. Ia duduk dengan bertumpu pada kedua tangannya yang ia letakkan di atas pahanya.

Hingga ketika bunyi BEEPP terdengar, tanda seseorang sudah masuk ke dalam. "Kenapa mereka baru sampai?" gerutu Yafizan karena Soully dan Rona baru masuk sekitar 20 menit setelah ia masuk tadi, padahal tadi mereka tiba bersama. What?? dari mana saja mereka?

Soully memang sudah tiba duluan tadi sebelum Rona akhirnya tiba dengan kantong plastik penuh di kedua tangannya. Sebelumnya Rona mampir terlebih dulu ke mini market terdekat apartementnya untuk membeli keperluan pribadinya. Tanpa disangka Soully masih berdiam diri dengan wajah yang sudah pucat di depan pintu. Soully tak hafal password pintu apartementnya!

Rona pamit masuk duluan ke dalam kamarnya. Sementara Soully langsung merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamunya. Dengan nafas yang tersenggal ia masih memburu ketenangan dalam tubuhnya yang sudah bergejolak tak enak. Ia meraba meja kecil samping sofa, seingatnya ia menyimpan kotak P3K di situ. Namun nihil.

Soully memejamkan matanya sejenak karena sudah tak kuat lagi menahan rasa sakitnya. Keningnya pun terasa berdenyut-denyut kesakitan.

"Akh, apa-apaan ini?" kaget Soully ketika seseorang menarik tangannya dan membuatnya terbangun dari sofa.

Tangan kekar Yafizan mencengkram lengan Soully yang masih lecet itu. Namun lelaki itu seolah tak mendengar yang Soully keluhkan. Ia sudah sangat kesal. Bukannya langsung ke kamar, Soully malah merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamunya, semakin membuat Yafizan geram. Dia berfikir Soully menghindarinya, mempermainkan perasaannya. Ditambah ingatan tentang Soully kemarin tidur di rumah Erick semakin membumbui perasaan kacaunya yang kini meletup-letup tak tertentu.

Yafizan menghempaskan tubuh Soully ke tempat tidur king size itu. Sekuat tenaga Solly beranjak bangun.

"Kau...kenapa?" tanya Soully yang sudah lemah.

"Kenapa? Kau bertanya padaku kenapa? Seharusnya aku menanyakan hal itu padamu!" bentak Yafizan dengan nada yang sedikit meninggi. "Oh, apa tadi kau berpura-pura manja dan baik padaku? Kau lupa kau salah apa?" kesalnya mengomeli Soully. "Baju ini. Apa baju ini dari dokter sialan itu?!" tanyanya lagi dengan nada yang semakin emosi mencengkram bahu Soully. "Cepat lepaskan baju ini! Cepat LEPASKAN!!!" bentaknya membuat Soully kaget.

"Kau ini kenapa?" ucap Soully lemah.

"Apa perlu aku paksa kau melepas pakaianmu? Cepat lepaskan baju ini!" Yafizan dengan brutal merobek baju yang dikenakan Soully, melepasnya hingga terlepas dari tubuh Soully, sehingga tubuh mulus itu terlihat tak memakai sehelai benang pun. Soully menangis pasrah karena ketika Yafizan membuka paksa bajunya ia tak bisa melawan karena sakit di kepalanya semakin bertambah sakit. Hingga Yafizan berada di atas tubuh Soully, mencengkram tangan Soully, mencium lalu melumat bibirnya. Dia turun menciumi leher Soully lalu melepas kemeja dan celananya ke sembarang arah. Memaksa memasukkan kejantanannya berkali-kali seakan candu yang takkan pernah puas.

***

Sejenak setelah menaburkan benihnya, Yafizan terbaring di sebelah Soully. Mengatur nafasnya. Dia memeluk Soully erat, menciumi pipi dan puncak kepalanya. Soully menangis tersedu-sedu karena sudah tak kuat menahan sakitnya. Apalagi barusan Yafizan memaksakan kehendak padanya di saat dirinya tak siap, dalam kesakitannya. Ia seperti diserang saat pertama kali secara paksa namun kali ini tidak dengan kasar.

Mata Soully perlahan terpejam. Terlintas dalam kepalanya secarik bayangan ketika Soully kecil menolong seseorang di gudang kosong, berlari bersama ketika dikejar seseorang dan bersembunyi di lorong kecil, hingga kecelakaan itu terjadi. Suara tubuhnya yang terpental jatuh di atas mobil Yafizan itu terdengar menggema di telinganya. Soully meronta kesakitan luar biasa di kepalanya. Ia berguling-guling di tempat tidur dengan tubuh polosnya. Yafizan terperanjat kaget merasakan reaksi Soully seperti itu.

"Hei, tenanglah, Sayang. Jangan menangis, oke. Maaf jika aku memaksamu tapi aku sangat merindukanmu, aku menginginkanmu. Aku tak bermaksud menyakitimu. Aku...aku hanya tak suka kau memakai sesuatu pemberian dari orang lain," ujar Yafizan terlihat gugup saat melihat Soully yang menangis sejadinya dan meronta-ronta dengan memegang kepalanya, menjambak rambutnya sendiri dan memukul-mukulkan kepalanya sendiri dengan tangannya.

Dengan cepat Yafizan membungkus tubuh polos Soully dengan selimut sementara karena Soully terlihat tak terkendali. Dia segera memakai handuk piyamanya terlebih dulu, kerena dirinya pun sama polosnya.

"Aaaaakk sakit...ini sakit sekali..." jerit Soully menahan kesakitannya.

"Apa yang sakit, Sayang? Maafkan aku, maafkan aku..." Yafizan memeluk Soully dengan erat, rasa takut mendera dalam dirinya. Tadi ketika melihat tubuh polos Soully dirinya tak terkendali.

Soully masih menangis sejadinya dengan Yafizan yang masih erat memeluk tubuh Soully yang tak terkendali itu.

"Paman, tolong aku. Kepalaku sakit sekali. Aku sungguh tak bisa menahannya lagi. Paman...tolong aku..." Soully meracau dalam kesakitannya.

Kata 'Paman' membuat Yafizan terdiam. Rasanya seperti dejavu ketika ia mendengar kata itu. Namun, fikirannya kali ini teralihkan karena ia tahu ketika mendengar kata 'Paman' jika dipaksakan mengingat sesuatu maka kepalanya pun akan terasa sakit.

Tidak etis, bukan? ketika Soully dengan segala kesakitannya dia pun harus kesakitan pula. Maka dibuang segera jauh-jauh fikiran itu saat ini.

"Sayang, ini aku suamimu. Sayang, dengar aku! Sayang bangun, BANGUNLAH!!" Yafizan menepuk pipi Soully ketika akhirnya tubuh Soully terkulai lemah dalam dekapan eratnya.

***

Bersambung...

Jangan lupa tekan Like, Favorite kalau habis baca yaa

Mau Comment juga ditampung 😉

Jika kalian syuka juga boleh donk bantu Vote dan kasi tipsnya nyang ikhlas 😁

Terima kasih yang masih setia baca & suka sama novelnya 🙏🏻💕