webnovel

My Soully Angel (Jodoh Sang Dewa Api)

Yafizan - Diturunkan ke bumi akibat serangan fatal dari kekuatannya membuat seorang gadis meninggal karena melindungi adik calon suaminya. Dia selalu bersikap arogant dengan emosi yang meluap - luap karena sifat alami apinya. Tinggal di bumi hampir seribu tahun lamanya bersama asisten yang diperintahkan untuk menjaganya selama di bumi. 1000 tahun kemudian dia dipertemukan dengan reikarnasi gadis yang tanpa sengaja diserangnya, dan gadis itu selalu menolongnya sedari kecil - Soully. Kejadian tak terduga membuatnya keduanya terikat dalam pernikahan.

GigiKaka · ファンタジー
レビュー数が足りません
100 Chs

Bab 35

Pagi ini Soully dikejutkan dengan acara pindah dadakan yang sudah direncanakan oleh suaminya. Tergambar jelas karena saat ini Soully merasa ia akan segera melihat banyak orang berlalu lalang dengan berbagai jenis kendaraan dan kebisingannya di jalan raya. Yafizan melihat dan merasakan bagaimana bahagianya Soully saat itu.

"Kau tentu tahu di mana kita akan tinggal, bukan?" tanya Yafizan saat mereka dalam perjalanan.

"Hm. Tentu saja, itu pertama kalinya kau terpesona padaku," jawab Soully meledek.

"Ck, siapa yang terpesona siapa." Yafizan berdecak, menyunggingkan senyuman tipis di bibirnya.

"Ngomong-ngomong kenapa kalian tidak berteleportasi saja supaya menghemat waktu?" celetuk Soully yang hampir saja membuat Rona membuyarkan konsentrasinya menyetir mobil. "Kenapa? Apa aku salah bicara?" tanyanya.

"Soully, kuharap kau tidak banyak bicara saatku sedang menyetir," ujar Rona yang tetap menjalankan kemudinya.

Yafizan memberi isyarat dengan berkedip dan menempelkan jari telunjuk di bibirnya supaya Soully diam.

"Kenapa? Lagian kalian ini aneh. Benar-benar aneh. Kalian pengusaha muda, oh tidak, kalian kakek berusia seribu tahun yang pastinya uang kalian masuk dalam kategori rekening gemuk, tapi tidak punya sopir tetap. Harusnya kau menggunakan kekuasaanmu untuk membayar orang-orang yang membutuhkan pekerjaan. Seperti asisten rumah tangga atau sopir tetap misalnya," cicit Soully yang tak dihiraukan Rona.

"Sayang, kenapa kau menyebut kami kakek berusia seribu tahun?" cemberut Yafizan dan Soully hanya tersenyum gemas. "Aku bukannya tak menginginkan mereka. Aku hanya tidak ingin membingungkan mereka akan keberadaan kami. Lagi pula kau tahu sendiri aku tidak suka orang lain menyentuhku atau barang-barangku. Kami hanya ingin terlihat normal seperti manusia biasa pada umumnya, berteleportasi malah akan mempersingkat kebersamaan kita saat ini, Sayang," jelas Yafizan diselingi candaan yang menggoda. Soully hanya terdiam.

"Tenang saja, sesekali aku akan menyuruh seseorang dari perusahaan untuk memasak, membersihkan dan membantumu mengerjakan rumah. Aku tak ingin tangan lembutmu ini melakukan hal yang berat," kata Yafizan seolah tahu apa yang difikirkan Soully. "Dan tentu saja, tangan mungilmu ini digunakan hanya untuk menyentuhku," sambungnya dengan nada yang sensual.

Wajah Soully memerah saat Yafizan semakin mendekatkan dirinya, merangkul bahu Soully lalu mengecup kening dan pipinya dengan penuh cinta. Sesekali ia mencuri kesempatan untuk mencecap bibir Soully.

***

Mereka tiba di apartement tempat tinggal Yafizan dan Rona sebelumnya. Apartement ini selalu bersih walaupun beberapa minggu ini ditinggalkan pemiliknya.

Soully menghirup udara segar di luar balkon apartement yang pemandangan di bawahnya terlihat seperti semut. Ia tersenyum sendiri saat mengingat dulu pertama kali ia menjejakkan kakinya untuk pertama kali di sini.

"Sayang, kuharap kau akan senang tinggal di sini," ucap Yafizan memeluk Soully dari belakang.

"Aku suka di sini, bagaimanapun ini tidak terlalu besar seperti saat di mansion. Dan di sini aku juga bisa melihat orang-orang beralu lalang. Bahkan aku bisa membeli apa yang aku mau karena di sini dekat dengan pusat pembelanjaan serta mini market terdekat," binar Soully.

"Kau...apakah...bisa bertemu dengan dokter sialan itu masuk dalam daftar rencanamu saat ini?" tanya Yafizan.

"Jika suamiku mengijinkan, maka aku akan pergi. Dan jangan panggil dia dokter sialan, namanya Erick," jawab Soully.

"Sua..mi. Suamiku?" Yafizan bertanya dengan mengulang kata yang sama karena ia begitu senang ketika Soully memanggilnya 'suamiku'.

"Kenapa? Kau memang suamiku," ucap Soully polos.

Begitu senangnya Yafizan lalu mengeratkan pelukannya dengan gemas. Diciummya pipi Soully berkali-kali dan mencecap bibirnya lama.

***

Hari sudah sore ketika mereka berkumpul bersama di ruang tamu. Soully sudah membereskan semua barang-barangnya dan milik Yafizan seperlunya ketika mereka meninggalkan mansion tadi. Yafizan menyuruh Soully untuk tidak membawa banyak barang karena di apartementnya juga sudah tersedia keperluan yang Soully butuhkan. Kemarin ketika ia sudah berbicara tentang rencana pindahnya, Rona dengan sigap mempersiapkan daftar apa saja yang Yafizan perlukan untuk memenuhi kebutuhan Soully. Mulai dari baju, tas, kosmetik, dan segala hal yang biasa Soully pakai.

Tentu saja walaupun semuanya barang branded tapi ia tahu jika Soully tipe perempuan yang menyukai kesederhanaan. Ia memilihkan segala hal yang simple namun tetap elegant dan berkelas. Dan untuk pertama kalinya, ia sungguh merasa bahagia ketika ia menggunakan uangnya untuk segala hal tentang Soully. Ia merasa tak cukup puas jika apa yang dia pilihkan tidak sempurna. Yafizan merasa takkan puas jika itu mengenai istrinya. Walaupun dulu ia juga suka membelikan barang-barang untuk Tamara, tapi kali ini rasanya berbeda ketika ia dengan segenap hati memberikannya kepada Soully yang tak pernah meminta atau menggunakan sepeser pun uangnya.

"Sayang, tunggu sebentar lagi. Delivery makanannya akan segera tiba," ucap Yafizan menenangkan Soully yang sudah kelaparan dan Soully hanya mengangguk.

Soully memandangi wajah Rona dalam. Sejak pagi tadi ia merasa Rona sedang menyimpan sesuatu yang dirahasiakannya bahkan tak ingin berbagi dengan orang lain. Seperti menyimpan beban yang begitu dalam, Rona tak berbicara sedikitpun. Sedaritadi dia hanya diam dan sibuk tenggelam dalam kekalutannya hingga ketika pengantar makanan tiba dan mereka makan dalam suasana yang tenang tanpa ada candaan ataupun obrolan di antara mereka.

Rona pergi ke luar apartement untuk mencari udara segar. Ia berjalan-jalan di sekitar taman dekat apartement mereka. Diapun duduk menyendiri di kursi taman tersebut. Beberapa orang berlalu lalang di sekitar taman bak pemandangan ketika Rona larut dalam pandangan kosongnya.

"Jika kau tak bisa menanggung bebanmu, kau bisa membaginya bersamaku," sahut seseorang yang sudah duduk di samping Rona.

"Soully?" kaget Rona.

"Ya...maaf aku mengikutimu. Aku khawatir karena hari ini kau bersikap tidak hangat padaku," ucap Soully.

"Bos...dia..."

"Dia sudah tertidur lelap, kurasa kegiatan hari ini melelahkannya."

"Kenapa dia bisa tidur lelap ketika ini masih jam 7 malam?" gumam Rona.

"Apa kau fikir dia hanya pura-pura tidur?"

"Entahlah. Biasanya dia takkan tidur secepat itu."

"Sebenarnya...apa yang terjadi?" tanya Soully yang mulai serius.

"Apa maksudmu?"

"Kak, aku tahu kau menyembunyikan sesuatu. Apa yang sebenarnya terjadi? Kuharap kau mengatakan semuanya padaku sama seperti halnya kau percaya untuk menceritakan padaku tentang identitas kalian."

Rona terdiam beberapa saat. Ia tak bisa mengelak ketika Soully mendapati hal yang ditutupinya. Sesekali ia menelan salivanya dan tak tahu harus dimulai darimana.

"Aku tahu semua yang kau bilang belum semuanya. Kau menahannya dan menyembunyikan hal lain padaku, kau...tak ingin suamiku tahu tentang kebenarannya bukan?" ujar Soully berhasil menebak yang Rona sembunyikan.

Bagaimana cara Rona memberitahu Soully segalanya jika saat ini saja orang-orang dari negerinya yang merupakan sumber masa lalu tuannya kini sudah berkumpul.

Baginya mungkin Soully adalah inti dari mereka bisa bermunculan kembali setelah seribu tahun lamanya. Bahkan mereka sebenarnya saling berdekatan, bagaimana mungkin sekarang mereka muncul di saat Yafizan sudah mengucapkan janji suci pernikahan.

Bagaimana cara Rona memberitahu Soully jika tujuannya menyatukan hubungan mereka karena ia ingin Yafizan bisa segera kembali ke tempat asalnya ketika ia benar-benar mendapatkan cinta sejatinya. Rona rasa kini Yafizan sudah benar-benar mencintai Soully. Bahkan, semakin dalam perasaannya kepada Soully. Rona tak mungkin memisahkan pasangan yang sedang di mabuk asmara itu. Kini hatinya terasa sesak ketika memikirkannya, apalagi nanti bagaimana perasaan Yafizan ketika ia harus meninggalkan istri yang sangat dicintainya hanya karena Soully adalah manusia biasa. Bisakah Soully dibawa ke negeri asalnya?

Bagaimana cara ia memberitahu jika Soully adalah perempuan yang selalu berkorban dan menolong ketika Yafizan diserang orang-orang tak dikenal yang ingin mencelakainya?

Bagaimana cara ia memberitahu Soully jika ulahnya membuat Yafizan seperti orang tak bertanggung jawab dan melupakan Soully yang kritis hingga ia terlelap dalam tidur panjangnya, bahkan kecelakaan itu hampir merenggut nyawanya dan kini ingatan cerdasnya berubah menjadi wanita yang ceroboh. Ia kehilangan sebagian memorinya.

Padahal saat itu ia ingat betul bagaimana Yafizan begitu paniknya dan tak karuan karena mencemaskan sosok perempuan yang terluka akibat dirinya. Hanya karena ia tak ingin melihat bosnya begitu terpuruk, apalagi pada saat yang sama Tamara yang dicintainya pun meninggalkannya, ia dengan sengaja menghilangkan ingatan Yafizan.

Rona meneteskan air mata, bulir-bulir yang sudah menganak sungai di pelupuk matanya itu sudah tak bisa dibendungnya lagi. Ia menangis sesenggukkan disaksikan Soully yang berusaha menenangkannya.

Flashback ketika Rona keluar dari kamar Yafizan malam itu.

Ketika di bawah ia bertemu Soully dan pamit untuk tidur. Sebelumnya ia sudah mempersiapkan segala halnya untuk kebutuhan mereka saat kembali ke apartement utama.

Rona merebahkan badannya yang sudah terasa remuk itu sambil terus memikirkan teka teki bayangan apa yang dimimpikan bosnya ketika ia menyentuhkan tangannya pada itubuh Yafizan saat tersungkur di lantai dan membopongnya ketika pingsan.

Walapun Rona seorang panglima di negerinya, kemampuannya adalah bisa menghilangkan memori seseorang serta bisa membaca kejadian yang dialami orang lain saat tangannya menyentuh bagian tubuh orang itu.

Sering kali ia mendapati Yafizan bermimpi buruk dan ia masih belum menemukan jawaban atas mimpi-mimpi bosnya itu.

Tapi kali ini terasa berbeda, dengan jelas ia melihat sosok yang selalu hadir dalam mimpi buruknya Yafizan. Seorang gadis kecil dan remaja yang selalu menolongnya dan memanggilnya 'Paman'. Wajah gadis kecil yang tersenyum itu begitu jelas terlihat. Dia sungguh cantik, andai Yafizan bisa mengingatnya dengan jelas, karena Rona ingat dengan jelas ketika kejadian demi kejadian di masa lampau yang selalu membuat Yafizan selalu berucap kelak akan membalas budi kebaikan seorang anak perempuan yang selalu membantunya, ia akan terus mengabdi bahkan rela berkorban untuknya di seluruh kehidupannya.

Yang Mulianya datang dan menyelipkan beberapa petunjuk dalam tidur lelapnya Rona. Dia menunjukkan beberapa kejadian dari mimpi yang selalu di alami Yafizan. Ketika itu Rona merasa dirinya mengikuti gadis kecil dan remaja yang cantik itu di setiap kegiatannya menolong Yafizan. Ia begitu takjub akan keberanian gadis itu. Rona melihat di mana kekuatan Yafizan perlahan kembali ketika sentuhan tangan mungil gadis itu tiap kali menyentuh dan menggenggam tangannya.

Sampai mimpinya membawanya ke suatu tempat di mana ia ikut merasakan sakit hati ketika Tamara meninggalkan Yafizan begitu saja. Ia merasa terpuruk ketika melihat Yafizan menangis dalam kemudinya yang tak beraturan.

Rona melihat Soully mengejar Yafizan dan lagi, memanggilnya Paman.

"Apa yang Soully lakukan? Kenapa dia terus mengejar Bos Yafi?" benak Rona.

Hingga di mana ia melihat truck besar itu datang dan hampir menabrak mobil yang dikemudikan bosnya. Dalam mimpi ia berteriak namun teriakannya kepada Yafizan dan Soully tak bergeming. BRUKKK matanya membulat tajam ketika melihat tubuh Soully jatuh di atas kaca mobil Yafizan, tepat di depan kedua matanya. Rasanya begitu nyata, dirinya bergetar hebat.

Mimpi itu seperti roda berputar, bolak balik dan terus berulang. Hingga akhirnya Rona melihat name tag yang menempel di seragam sekolah gadis itu. Dengan jelas namanya terpampang bertuliskan, SOULLY ANGEL.

Rona terperanjat dari mimpinya yang terasa begitu nyata itu. Ia mencoba menetralkan nafasnya yang terasa sesak. Sepenggalan petunjuk lewat mimpinya itu membuat ia tak bisa memejamkan matanya kembali. Rona terbatuk-batuk seolah frustasi dengan apa yang ia lihat dalam mimpinya.

Kenapa harus dia? Kenapa Yang Mulianya itu tak mengilhami anaknya saja yang jelas-jelas sering memimpikan hal itu? Bathin Rona terus berkecamuk.

Jelas Yang Mulianya hanya memberikan hukuman kecil karena perbuatannya itu. Mungkin salah Yafizan karena dia belum bisa mengingat dengan jelas kejadian demi kejadian yang seharusnya diingatnya selama seribu tahun ini.

Tapi mungkin juga ini hukuman untuk Rona karena salahnya menghilangkan sebagian memori tragis yang seharusnya terus diingat Yafizan.

Rona memang bisa menghilangkan memori seseorang, namun ia tak bisa mengembalikannya. Hanya keinginan seseorang itulah yang berusaha menginginkan ingatannya kembali maka akan kembali, walaupun akan mengalami rasa sakit di kepalanya.

Kini, Rona harus merasakan bagaimana ia akan tersiksa dengan menanggung rahasia yang begitu besar yang sudah dialami oleh Yafizan dan Soully.

Bagaimana cara ia harus menjelaskan secara detail kepada pasangan yang sudah ditakdirkan itu?

Flashback end

***

"Soully, maafkan aku...sungguh maafkan aku..." tangis Rona pecah, memeluk Soully erat.

Soully menepuk pundak Rona untuk menenangkannya. Suasana taman itu seketika mendadak sepi hanya lampu taman dan langit malam yang menghiasi mereka.

Yafizan mengepalkan kedua tangannya saat melihat mereka dari atas balkon kamar apartementnya. Matanya berkilat menunjukkan aura gelap yang siap menyerang kapan saja.

***

Bersambung...