webnovel

My Slave, My Servant, My Daughter

kisah tentang Pak Sumi, seorang intel kepolisian yang berhasil membuka kedok rumah Bordil dan menemukan hal yang lebih buruk daripada PSK (Pekerja Seks Komersial) yaitu menemukan seseorang yang akan merubah hidupnya untuk selamanya. kisah tentang keluarga, masa lalu, dan ambisi seorang anak. Kisah tentang suatu keluarga kecil yang berperan besar dalam beberapa kasus skala nasional, masa lalu yang penuh dengan intrik, persahabatan, juga kengerian dan kekejian, serta ambisi seorang anak untuk mendapatkan kepercayaan, cinta dan kasih sayang... ah dan juga tubuh. Cerita akan berkutat pada Marie dan Pak Sumi, lalu orang-orang yang terdekat seperti Bu Rati (Istri Pak Sumi), Tiga anggota daun Semanggi (Clover), dan tokoh antagonis. Apakah Marie bisa mendapatkan apa yang diinginkannya? berakhir bahagia atau tidak, itu semua pilihan anda, pembaca. *Penulis sangat tidak menyarankan untuk dibaca oleh anak-anak tanpa pengawasan Orang tua. Isi konten dan konflik cerita sangat mungkin TIDAK SESUAI untuk anak-anak (atau mungkin sebagian remaja baru). dimohon kedewasaan pembaca. **pict source: https://www.trekearth.com/gallery/Africa/photo1403560.htm

Cloud_Rain_0396 · ホラー
レビュー数が足りません
102 Chs

EXTRA: Alibi Kabut Pagi

Angin berhembus kencang membuat daun beterbangan. Setelah mendapat berkas sertifikat tanah di telepon pintarnya, Deni langsung menuju ke kepala desa setempat setelah selesai mencetak dan memfotokopi surat tanah itu. Ia meminta legalisir. Tentu perangkat desa menolak, tapi dengan 'tip' sebesar bayaran Deni bekerja di Resto selama dua bulan, akhirnya Ia bisa mendapatnya. Kemudian Ia menuju ke tempat yang bisa menggadaikan barang. Ia menggadaikan rumah Hera bermodalkan fotokopian surat tanah, dan berdalih jika surat tanah yang asli sudah hilang dan Ia butuh dana secepatnya.

Sekarang masalah uang sudah teratasi. Deni tinggal mencari alibi. Saat pertama Deni tinggal di apartemen, ia selalu memerhatikan orang gila yang ada di taman. Dia tidak terurus 'membusuk' disana. Deni melihat jika orang itu hidup dengan uluran tangan orang lain.

Satu minggu Deni memerhatikannya. Di waktu siang Ia biasa duduk santai di bawah pohon yang ada di pojok taman. Tapi tidak dengan malam hari, orang itu selalu duduk menunduk merangkul dengkulnya di bangku taman yang diatasnya terdapat lampu taman yang menyala. Deni telah siap. Ia telah membeli semua yang dibutuhkan.

Sehari setelah Ia berkunjung ke rumah Hera, pada malam hari Deni melancarkan aksinya. Dia menemui pria gila itu. Lalu Deni memukulnya hingga pingsan. Deni membawa pria itu ke apartemennya. Tidak ada orang yang melihat Deni melakukan itu, karena itu terjadi pada jam 2.30 dini hari, semua orang sedang terbuai di alam mimpi. Dengan cepat Deni memasukkan orang itu ke ruangannya. Dia telah menyiapkan semua alatnya.

Beberapa hari yang lalu Deni sudah membaca beberapa referensi di internet maupun di buku tentang bagaimana melakukan anestesi dan operasi kecil. Dalam beberapa hari saja Ia sudah bisa mengingat semuanya (hal ini setara dengan 42 jam mata kuliah di jurusan kedokteran).

Pertama Deni mengambil pita suara orang itu. Butuh 2 jam baginya untuk melakukannya sendiri. Lalu Deni meninggalkan orang itu di atas kasur yang telah diberi plastik sebelumnya (untuk melindungi kain kasur dari darah dan cairan yang lain yang mungkin akan keluar saat pembedahan).

Azan subuh berkumandang, Deni menghentikan operasinya dan menuju masjid untuk menyapa orang sekitar. Hal ini untuk menjaga citranya di depan umum. Setelah selesai salat, Deni menghampiri tempat barang rosok untuk mengambil pesanannya yaitu sebuah kurungan.

Kemudian Deni kembali lagi ke kamar. Ia menyalakan lampu kamar. Rupanya Pria gila itu telah bangun dan berusaha berteriak sekencang yang ia bisa. Tapi suaranya tidak mau keluar. Pria itu hanya bisa tidur diatas kasur karena tangan dan kakinya di ikat dengan tali yang diikatkan lagi di ujung kasur.

Menurut Deni orang gila itu takut dengan kegelapan. Deni yang melihat itu tampak apatis dan menghampiri orang gila itu yang meskipun diikat dengan tali, Dia tetap diam. Deni berkesimpulan jika orang ini hanya akan ketakutan saat orang itu tidak bisa melihat sekitar karena gelap. Orang itu seperti laron, yang suka cahaya. Ini menjelaskan kenapa Ia saat malam duduk di bawah cahaya. Deni menyeringai, Ia berpikir jika ini akan berhasil.

Kemudian Deni membuka tali pengikat dan bermaksud memasukkan orang itu ke dalam kurungan yang telah disiapkan didalam kamar. Lampu kamar tetap dinyalakan. Orang gila itu memberontak tapi Deni memukulnya. Tak cukup sampai disitu, Acap Ia memberontak dan ingin kabur, Deni memeras bagian genitalnya(1) dan menendangnya sampai taraf dimana orang gila itu sangat kesakitan. Deni kemudian menyeretnya ke dalam kurungan.

Kurungan itu hanya memiliki 4 sisi. Bagian depan dan belakangnya dibiarkan kosong (terbuka) dan ukurannya hampir menyerupai panjang apartemen kecilnya itu. Kurungan itu dilekatkan dengan lakban, tali, dan lem silikon. Deni sedikit berlebihan dalam hal ini. Semua ikatan itu membuat kurungan itu akan tetap melekat di tempatnya meskipun tertabrak truk, begitu hematnya (2).

Bagian yang kosong menghadap ke pintu dan jendela. Di pintu bagian bawah terdapat lubang. Biasanya lubang itu untuk memasukkan surat. Tapi lubang itu juga cukup besar untuk memasukkan sebuah piring plastik berisi makanan. Kemudian bagian yang lain menghadap jendela yang cukup besar.

Sekarang semua kartu telah ada di tangannya. Hingga saat ini, Deni tetap bertukar pesan dengan Hera, bahkan disaat proses pengambilan pita suara. Namun, kali ini Deni berniat memberikan pesan terakhir kepada Hera.

"Dek, sebenarnya setelah aku ke rumahmu aku merasa kondisi badanku sudah tak enak. Setelah aku ke rumah sakit, ternyata aku terkena virus itu. Jadi kupikir untuk sementara aku akan berdiam di apartemenku sampai semuanya membaik, aku tidak ingin menularkannya ke orang lain, terlebih padamu. Tolong jangan memberitahu siapa pun tentang hal ini." Katanya dalam SMS pertama.

"Sialan, untuk mengetik saja susahnya minta ampun, haha. Tolong jangan marah jika aku tidak membalas pesanmu. Baik, aku akan istirahat dulu." Lanjutnya di SMS kedua.

Kedua pesan itu dikirim berurutan.

Setelah mengirim dua pesan itu, Deni membuka Surel dan mengetik pesan berwaktu(3) yang ditujukan kepada Hera.

"Maaf terlambat memberi kabar, aku sudah sembuh, aku juga diterima kerja di (menunjukkan alamat kerjanya yang baru yang beralamat sangat jauh dari rumah Hera) sebagai pegawai tetap disana, Aku akan menabung. Ah mungkin aku akan sangat sibuk karena banyak pekerjaan (biasa pegawai baru), jadi tunggu aku ya!"

Pesan itu dijadwalkan akan terkirim 1 minggu dari saat ini.

Ide Deni sederhana. Nanti Ia akan ke Jawa dengan rombongan Travel mahasiswa di UM. Rencananya mereka akan ke Pelabuhan tanjung perak (Surabaya) dengan menggunakan kapal laut. Deni menghindar dari naik pesawat karena otomatis Dia akan ketahuan saat di bandara.

Setelah ini Deni akan meninggalkan orang gila itu didalam kurungan. Orang itu akan baik-baik saja jika lampu tetap menyala. Meskipun ada pemadaman listrik, kurungan akan membuatnya tetap disana, meski Ia memberontak. Toh jika lampu telah kembali menyala, orang itu akan diam lagi.

Pada dasarnya Dia membutuhkan orang gila itu tetap hidup dan menggantikan eksistensi Deni di Malaysia. Untuk memungkinkan hal ini, Deni memesan katering yang akan diantarkan setiap hari dan langsung akan diletakkan begitu saja melalui lubang yang ada di pintu. Deni ke Indonesia untuk membunuh Lili, kemudian Ia akan bunuh diri bersamanya. Namun, Deni ingin membuat hal ini berlangsung selama mungkin, dia tidak ingin langsung membunuh Lili.

Saat berkencan dengan Hera, Ia menonton film "Don't Breathe". Sebuah film klasik dengan genre crime/horor yang sempat populer beberapa tahun yang lalu. Hera seorang penyuka film lawas. Motivasi mereka memilih film horor untuk kencan pertama mereka sangat berbeda. Hera ingin merasakan sensasi ketakutan dan memeluk Deni, sedangkan Deni hanya ingin memperkaya referensinya untuk aksinya dikemudian hari.

Film ini memberi inspirasi kepada Deni, khususnya pada plot utama film ini yang mengisahkan tentang sekelompok remaja perampok yang menyusup ke seorang rumah orang tua buta (mantan tentara). Tapi mereka kalah, oleh mantan perwira tentara veteran Amerika tersebut. Hal ini, untuk alasan yang tidak diketahui, membuat Deni ingin membunuh Lili dan terbunuh tanpa diketahui siapa pun.

Dan Deni ingin membuat suatu permainan.

Satu hari sebelum keberangkatannya ke Indonesia bersama rombongan Travel, Deni memesan barang dari toko online. barang itu adalah Ubi Gadung. Ubi gadung adalah salah satu varian ubi yang mengandung racun sianida didalamnya. Idenya sederhana, yaitu memberikan Lili Ubi ini sebagai buah tangan dan bunuh diri bersamanya.

Untuk itu Lili harus berada di suatu tempat tanpa ada orang yang lain. Karena, jika ada orang lain maka akan meningkatkan kemungkinan gagalnya rencana, karena orang itu pasti akan tahu jika itu adalah ubi beracun.

Itu adalah alasan utama mengapa Deni sampai membuat skenario rumit.

Jadi, Deni membuat suatu kejadian dimana Ia dianggap bunuh diri dari apartemennya. Hal ini memungkinkan untuk dilakukan dengan orang gila yang dikurung dalam kamar. Apartemen itu mempunyai sistem listrik menggunakan Token. Jika Di Indonesia ini disebut Listrik prabayar / Listrik pintar. Deni mengisi token listrik yang akan habis dalam 6 hari kedepan.

Untuk lebih jelasnya, misalnya saja seperti ini. Deni pergi ke Indonesia tanggal 1 Januari dan akan sampai di Indonesia tanggal 2 Januari. Dia akan berkeliling di sekitar kota dan menyamar sebagai penjual ubi dan sorang dermawan yang menjajakan sebuah makanan yang mengandung ubi beracun. Sampai Deni terkenal dan masuk berita nasional, Dia tidak akan berhenti menebar teror Ubi beracun, tapi disaat itu terjadi Deni akan menghentikan Aksinya. Deni memperkirakan dia akan terkenal dalam waktu 5 hari setelah kematian pertama.

Tanggal 2 Januari Deni melakukan aksinya dan membunuh seseorang secara acak didalam rumah yang berada satu kota (Surabaya) dengan tempat tinggal Pak Warno. Itu akan terus Dia lakukan sampai 5 hari ke depan, dengan interval pembunuhan 1 orang per hari. Pasti Pihak kepolisian akan segera menelusuri siapa dalang dibalik pembunuhan ini. Pak Warno akan sibuk dan akan menitipkan Lili ke orang yang paling dipercaya dalam hidupnya, yaitu Pak Sumi. Akan tetapi Pak Sumi juga akan sangat sibuk karena kasus ini dan istrinya juga dari awal sudah merupakan orang yang sibuk mengurus pasien. Maka Rumah Pak Sumi akan kosong.

Deni mengatur kapan orang gila itu akan mati bunuh diri untuk membuat kesuksesan rencana ini meningkat lebih tinggi lagi. Dia memaksa Pak Sumi dan Pak Warno untuk ke Luar negeri, untuk mengecek 'mayat' orang gila itu yang disangka adalah dirinya. Orang gila itu takut dengan kegelapan. Deni membuat token listrik dalam apartemennya sendiri akan habis dalam jangka waktu 6 hari yaitu sampai tanggal 6 Januari (dengan asumsi tanggal 1 Januari adalah hari keberangkatannya ke Indonesia).

Deni menghitung berapa kWh yang dibutuhkan untuk menerangi kamar selama 6 hari. Di dalam Kamar Deni ada 3 lampu yang masing-masing berdaya 15 Watt dan kipas angin yang dibiarkan menyala (untuk peredam suara tambahan agar teriakan orang gila itu tidak terdengar oleh orang diluar kamar meskipun pita suaranya sudah dicopot) berdaya 20 Watt. oleh karena itu dalam sehari kamar Deni menghabiskan Listrik 0,84 kWh, dan jika itu untuk 6 hari, maka akan menjadi 4,2 kWh. Deni menghitung, jika ia membeli token listrik sebesar 5 RM dia akan mendapat token sebesar 10 kWh, maka Deni harus menghabiskannya sebesar 9,16 kWh untuk mendapat sisa listrik yang pas dan akan mati dalam 6 Hari.

Saat Listrik itu Mati, Orang gila itu akan segera ketakutan. Akal gilanya akan menyuruhnya mencari tempat yang terang. Dan itu adalah jendela yang pas menghadap cahaya dari luar. Dia akan berusaha untuk berlari ke Jendela dan melompat.

(1) Genital: Kemaluan

(2) Frasa disini berarti 'Pikirannya'

(3) Pesan Berwaktu adalah Fitur yang memungkinkan pengirim pesan (sender) untuk mengatur kapan pesan itu terkirim ke penerima pesan (reciever)

Cloud_Rain_0396creators' thoughts