webnovel

Chapter 5

Riana duduk disalah satu bangku taman di halaman rumahnya, tangannya mengengaam buket bunga mawar merah yang indah dan wangi, di seberangnya duduk seorang pria tampan yang sedari tadi menatapnya hampir tanpa berkedip.

"Kamu cantik, Riana."

"Kamu menggodaku?"

"Tidak."

"Lalu barusan itu apa?"

"Itu fakta, kamu memang cantik dan aku suka."

"Terimakasih."

"Aku akan tetap menunggu hatimu terbuka untukku."

"trimakasih."

"Dari tadi kamu ucapin trimakasih, padahal aku ga kasih apa-apa lho ke kamu."

"Buat pengertian kamu."

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam, Aisyah."

Aisyah memandang ke arah pemilik suara pria yang tak lain adalah Romi, Riana menatap Romi dan aisyah bergantian, 'apa mereka saling kenal' gumamnya.

"Mas Romi?"

"Aisyah."

"Kog Mas Romi ada disini?"

"Aku menemui Riana, dia__"

"Oh, jadi wanita yang dijodohkan sama kamu itu Riana, selamat ya.." Ucap Aisyah tanpa menoleh sedikitpun pada Riana.

"Aisyah.."

"Maaf saya masuk dulu."

Riana menatap Aisyah yang berlalu begitu saja dari hadapannya tanpa mau menoleh sedikitpun, walau Ia telah memanggil namanya.

"Mas Romi kenal Aisyah?"

"Ya, dia.."

"Jangan-jangan kamu adalah pria yang membuat Aisyah patah hati?"

Romi terdiam, apa yang diucapkan oleh Riana memang benar, dia yang telah membuat Aisyah patah hati, dengan berpura-pura mencintainya dan memutuskan hubungannya begitu saja dengan alasan dia sudah dijodohkan dengan perempuan lain, dan tak disangka bahwa yang dijodohkan dengannya adalah sahabat Aisyah sendiri yaitu Riana.

Di sisi lain hati Aisyah terluka karena Romi. dan kini luka itu kembali terbuka ketika mengetahui kenyataan bahwa Riana adalah calon istri dari sang mantan pacar, walau Aisyah tau Riana tak mencintai Romi, namun tetap saja melihat orang yang kita cintai bersanding dengan sahabat dekat kita sendiri itu sangat menyedihkan sekaligus menyakitkan.

"Sebaiknya Mas Romi pulang sekarang." Kata Riana dengan perasaan yang tak menentu mengingat bagaimana wajah Aisyah yang tertutup mendung.

"Kenapa? padahal aku masih__"

"Aku harus bicara pada Aisyah." Riana memotong ucapan yang ingin dilontarkan oleh Romi.

"Baiklah, maafkan aku Riana." Ucap Romi dengan nada kecewa, namun tak ada lagi yang mampu Ia lakukan.

"Tidak apa-apa mas." Jawab Riana lalu menunduk.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Riana kemudian masuk kedalam rumah, dia mencari Aisyah yang ternyata sedang menangis dikamarnya.

"Aisyah, boleh aku masuk?"

"Masuk aja Riana."

Riana masuk kedalam kamar Aisyah, menutup pintunya dengan perlahan, dan duduk disisi ranjang yang ditempati Aisyah.

"Maafkan aku Syah, aku tidak tahu kalau Romi adalah laki-laki yang telah membuatmu terluka." Ucap Riana dengan nada penuh penyesalan.

Aisyah lalu duduk di atas ranjang. "Kamu tidak perlu meminta maaf Riana, ini sudah takdir, mungkin aku sama dia tidak berjodoh dan mungkin dia jodohmu."

Mendengar ucapan sahabatnya, air mata ikut menetes, merenungi kehidupan yang sedang mereka jalani.

"Aisyah..kenapa hidup kita jadi begini." Kata Riana dengan terisak.

"Aku tidak tahu ini sudah rencana Allah, kita hanya bisa menjalaninya saja, Riana." Ucap Aisyah sambil menatap lembut sahabatnya lalu mengengam tangannya erat.

"Semoga Allah memberi jalan yang terbaik untuk kita ya, sungguh aku tidak mau menyakitimu Aisyah."

"Jika memang Romi adalah jodohmu, aku ikhlas Riana."

Riana hanya terdiam, lalu perhatian mereka teralih pada suara bel rumah yang berbunyi nyaring.

"Biar aku yang buka pintunya, kamu istirahatlah." Riana lantas bangkit dan melangkah menuju ke pintu depan rumah mereka.

Ting Tong Ting Tong

"Assalamualaikum." Terdengar suara lembut seorang gadis kecil, tanpa sadar Riana tersenyum mendengar suara itu, Dia sudah mampu menebak siapa yang datang.

"Waalaikumsalam." Sahut Riana lembut.

"Hai cantik, Ayo masuk." Riana berbinar melihat gadis kecil yang berdiri di depannya.

"Trimakasih Miss Riana." Ucap Olivia dengan ceria.

"Maaf jika kedatangan kami menganggu Miss Riana." Kata Hakim yang berdiri di belakang Olivia

"Ah, tidak.. Silahkan duduk," Balas Riana dengan sedikit gugup.

"Olivia mau minum apa, sayang?"

"Apa aja Miss, asal tidak merepotkan."Kata Olivia setelah Ia duduk di sofa bersama sang ayah.

"Tentu saja tidak, sebentar ya sayang."

Riana pergi ke dapur untuk membuatkan minum kedua tamunya, Hakkim Sky dan Olivia.

Dua gelas Jus Mangga dan satu cangkir kopi..

Riana meletakkan ketiga minuman itu dimeja ruang tamu.

"Olivia sudah baikan?"

"Sudah Miss Riana."

"Miss Riana ini untuk mu." Olivia memberikan papper bag pada Riana.

"Apa ini?" Riana membuka papper bag lalu mengeluarkan isinya.

"Wah trimakasih, ini kerudung yang sangat cantik, aku menyukainya."

"Syukurlah kalau Miss Riana suka." Kata Olivia dengan wajah berbinar bahagia, karena bisa memberikan sesuatu yang membuat Riana bahagia.

"Olivia memilihnya sendiri untuk anda." Ujar Hakim. Riana menoleh baerganti menatap pada sosok laki-laki tampan di hadapannya, lalu kembali menoleh pada Olivia yang sedang tersenyum padanya.

"Terimakasih, sayang. Pilihan mu sangat bagus, kau pandai memilih sesuatu." Puji Riana pada Olivia yang semakin tersenyum lebar hingga memperlihatkan lesung pipinya.

"Terimakasih, Miss."

"Oya, Miss Riana kami kesini selain untuk mengucapkan rasa terimakasih karena pertolongan Miss Riana kemarin, tapi juga karena___ Ehm, Olivia___ mengajak anda untuk pergi berlibur dengan kami." Kata Hakim dengan sedikitb terjeda karena sebenarnya tak enak hati mengajak Riana yang beberapa hari ini baru Ia kenal.

"Mau ya Miss Riana." Rajuk Olivia penuh harap.

Riana menatap Olivia yang sedang menatapnya penuh harap, antara ingin mengiyakan dan menolak. Karena Riana tidak mau memberi harapan lebih pada Olivia yang mengharapkan dirinya bisa menjadi Ibunya, namun Ia juga tidak tega untuk menolak, melihat wajah Olivia yang lucu dan menggemaskan berubah menjadi wajah yang muram. Ugh! membayangkan saja dia tak mau.

Olivia meremas jemari tangan ayahnya, membuat Hakim menoleh lalu tersenyum pada gadis kecilnya.

"Baiklah." Jawab Riana pada akhirnya.

Seketika wajah Olivia berubah senang, bahkan Ia berdiri lalu melompat saking bahagianya, lalu berhambur memeluk Riana.

"Terimakasih, Miss Riana." Kata Olivia sambil tersenyum senang lalu berbalik dan memeluk ayahnya yang juga tersnyum senang karena melihat binar bahagia dimata anak gadisnya.

"Terimakasih Miss Riana, akhir pekan ini kami akan menjemput anda untuk berlibur bersama kami, kebetulan saya sedang libur dua hari."

"Baiklah, Terimakasih telah mau mengajak saya."

"Tidak masalah kami justru senang karena Miss Riana tidak menolak ajakan kami."

"Semoga saya tidak merepotkan." Kata Riana sambil tersenyum, tanpa mereka sadari Olivia yang duduk dianta keduanya melihat interaksi antara ayah dan gurunya itu dengan tersenyum senang.

"Saya yang telah merepotkan anda." Kata Hakim dengan memperlihatkan lesung pipinya.

Riana tersenyum, "Jangan pandai anda, Miss. cukup Riana saja."

"Baiklah." Walau agak cangung Hakim mengangguk mengiyakan permintaan Riana.

"Silahkan diminum kopinya, ayo diminum jusnya sayang." Ucap Riana pada Hakim dan Olivia.

"Terimakasih."

Dibalik pintu Aisyah menatap senang pada sahabatnya, sungguh dia berharap Riana bisa berbahagia dengan siapapun laki-laki yang menjadi jodohnya kelak.

Persahabatan yang sudah terjalin lama, tak mungkin mereka korbankan hanya karena seorang laki-laki. Namun sungguh Aisyah tahu siapa dan bagaimana Romi dan dia juga tahu bagaimana perasaan Riana yang sesungguhnya pada Romi.