webnovel

Chapter 2

"Riana."

"Ya Ayah, aku disini."

"Ayah mau mengatakan sesuatu padamu."

"Katakan saja, ayah."

"Ayah ingin kamu menikah dengan Romi, dia laki-laki yang baik, pasti dia akan menjadi pembimbingmu ke surganya Allah."

Riana terdiam, wajahnya tertunduk untuk menutupi kegalauan di dalam hatinya. Bisakah dia menikah dengan Romi? sedangkan dia tidak pernah mencintainya. Tapi dia juga ingin ayahnya bahagia.

"Baiklah ayah, jika itu membuatmu bahagia."

"Terimakasih, sayang."

"Ya, ayah."

"Assalamualaikum." suara laki-laki yang berada di balik pintu mengalihkan perhatian riana dan ayahnya, Riana bangkit dari tempat duduk untuk membukakan pintu pada tamu yang datang. setelah menjawab salam terlebih dahulu.

"Silahkan masuk."

"Trimakasih Riana." Riana hanya mengangguk kecil.

"Apa kabar paman, apa sekarang sudah lebih baik?"

"Ya, berkat doa darimu, paman sudah lebih baik sekarang."

"Bagaimana kabar orangtuamu, aku dengar sekarang mereka membuka usaha lagi di kota Malang?"

" Ya begitulah, doakan saja semuanya lancar paman."

"Ya, itu pasti."

"Riana, kamu dari tadi belum makan, pergilah ke restoran makanlah dulu."

"Ya, ayah."

"Romi, tolong temani Riana makan, ini sudah waktunya makan malam, kamu juga harus makan."

"Baik paman."

"Ayah tidak apa jika aku tinggal sendirian?"

"Jangan khawatir, kalau ayah perlu sesuatu nanti ayah akan panggil perawat. Pergilah."

Riana mencium tangan ayahnya dan di ikuti Romi. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir mereka. Hanya keheningan yang menghiasi mereka selama perjalanan. Beberapa menit kemudian mereka sampai di sebuah restoran khas Jawa.

Mereka memesan menu andalan restoran tersebut, yaitu gudeg krecek dan ayam bacem. suara sendok dan garpu yang saling beradu dan suara jangkrik di antara rimbunan persawahan yang menyemarakkan suasana makan mereka.

"Riana."

"Ya."

"Apa kau sudah punya pacar?"

"Belum."

"Syukurlah."

"Apa kau sudah tahu tentang perjodohan kita?"

"Ya, tadi ayah sudah bilang padaku."

"Apa kau menyutujuinya?"

"Aku hanya ingin orangtuaku bahagia."

Romi menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.

"Riana, kita sudah kenal sejak kecil, apa sedikitpun kamu tidak ada rasa padaku?"

"Maafkan aku."

"Baiklah, aku yakin rasa cinta mu padaku akan datang jika kita sering bersama."

Riana tersenyum, benarkah yang romi katakan? bahwa rasa cinta itu akan datang jika mereka sering bersama? Riana tidak yakin akan hal itu.

Malam semakin larut, Riana kembali ke rumah sakit dengan diantar oleh Romi. Sampai di ruangan tempat ayahnya di rawat ternyata disana sudah ada kakak laki-laki dan juga ibunya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, Riana apa kabar sayang?"

"Alhamdulilah baik mom, ibu apa kabar?"

"Alhamdulilah sehat, hanya sering sekali ibu terserang hipertensi karena mengurusi tua bangka yang susah diatur."

Mereka semua tertawa mendengar candaan dari ibu.

"Menurutmu, bagaimana dengan Romi?"

"Maksud ibu?"

"Kalian dari kecil sudah saling mengenal,tentu kamu sudah banyak tahu tentang Romi kan?"

"Romi baik, religius, dan sopan."

"Itu saja?"

"Ya."

"Itu jawaban standar." Kata Adam.

"Terus aku harus jawab apa?"

"Kamu itu terlalu acuh pada laki-laki."