Suara lenguhan mewarnai suasana pagi dengan berhiaskan sinar mentari yang mulai menjalankan tugasnya. Jangan lupakan suara teriakan yang terus saja berteriak dengan semangatnya. Dan ini masih pagi, siapa yang akan berpikir, kalau sepagi ini ada orang yang mau beradu suara dengan alarm.
"diamlah sayang, aku masih ngantuk" protesan yang di sertai lenguhan itu kembali terdengar
''BANGUNLAH KAK, kita harus ke kampus, aku bahkan sudah siap mandi, dan kau masih disini, meringkuk di balik selimut, HAH" Lexsa berteriak murka, sepertinya dia harus rela sakit tenggorokan hari ini
'kemana perginya kakakku yang rajin, yang selalu membangunkan. OH god Aku bisa Gila" Lexsa mendesah kecewa
"dia sedang tidur, di depanmu" Alex segera mendudukkan dirinya, lengkap dengan tatapan leser yang siap membakar gadis di depannya
"cepatlah mandi, aku akan menyiapkan sarapan" Alex masih menatap Lexsa tak mau berkedip, membuat gadis itu menatap heran
"cepatlah!!" Alex menggelang cepat
"morning kiss nya mana?" Lxsa memutar matanya bosan, ada ada saja lelaki ini
"good morning my Bother" sapaan pagi lengkap dengan kecupan manis di bibir lelki itu
"good morning princes" Lexsa tertawa ringan, entah apa yang lucu, tapi dia suka dengan panggilan itu.
"cepatlah, aku tunggu di meja makan" Alex segera melangkah menuju kamar mandi yang memang ada dalam kamar mereka. Sepertinya agenda tidur bersama itu tidak bisa dihilangkan lagi.
Lexsa melangkah ringan sambil bersenandung ringan menuju dapur,
"apa yang akan ku masak," gumamnya sambil membuka lemari makanan, tapi sayangnya dia melupakana apa isi kolkas di rumah mereka. Disana hanya ada tomat-tomat kesukaan kakaknya tanpa bahan makanan yang lain
"apa selama ini dia hanya makan tomat" ucap nya kesal sambil mengeluarkan beberapa buah tomat untuk di buat jus
Suara air yang mengalir pelan dari shower menjadi latar ruangan senyap beraroma terapi, setelah dirasa cukup dengan ritual mandi paginya, Alex segera keluar dari kamar mandi.
''apa dia tidak mau mebantuku" ucapnya sambil mengeringkan rambutnya.
''apa ini dia yang letakkan" Alex tersenyum senang melihat apa yang ada diatas ranjang, disana sudah tersedia baju dan celana untuk dia kenakan.
Dengan gerakan cepat Alex memakai pakaiannya, hatinya sedang dalam suasana bahagia, lexsa bertingah bagaikan istrinya dan itu membuatnya senang.
''aku akan segera melamarmu sayang" Alex tersenyum senang, sambil meraih ransel nya dan melangkah keluar dari kamar mereka.
Langkah ringan nya menuntunnya menuju ke ruang makan. Disana sudah ada Lexsa yang sedang berdiri memunggunginya, tangan gadis itu sibuk menuangkan jus yang sepertinya baru saja siap dia buat.
"good morning Princes"
"kak-" Lexsa memekik pelan, dengan pelukan tiba-tiba yang dilakukaan Alex
"kakak" Lexsa menggeram kesal.
"hy, aku terkesan bagaikan kakak mu" Lexsa menatap heran
"lah emang iyakan' Alex menggeleng tak terima
"aku kekasihmu" tegas Alex semakin menggeratkan pelukannya
"kekasih masak sih, ahh aku lupa" balas Lexsa acuh sambil melepas paksa rangkulan Alex,
"HY" Alex berucap tak terima, dengan kesal dia mengambil tempat disamping Lexsa yang mulai memakan sarapannya
"diamlah, dan cepat!" rasanya Lexsa ingin tertawa sekarang melihat wajah Alex yang sudah di tekuk kesal. Prianya sudah berubah menjadi pria yang sangat sensitif sekarang.
"ayo pergi" Lexsa berjalan dengan hati ringan meninggalkan Alex yang sudah sangat kesal berjalan disampingnya
Suara deru mobil yang melaju pelan, memecahkan kesunyian kawasan perumahan elit yang memang selalu nampak sepi di jam seperti ini. Hiruk pikuk jalan raya langsung menyambut mereka setelah jauh meninggalkan komplek perumahan mereka.
"disini selalu ramai' gumam Lexsa seolah bertanya, dan tentu saja itu hanya di balas dengan anggukan oleh Alex yang masih dalam suasana hati yang dongkol
Tidak memerlukan waktu lama, kini mobil mereka sudah memasuki kawasan kampus yang sudah di penuhi hiruk pikuk mahasiswa baru yang sudah lengkap dengan atribut ospeknya.
Lexsa tersenyum lucu, melihat semua mahasiswa yang sudah mulai berkumpul di tengah lapangan, dia bisa melihat disana ada Alcio yang sudah berdiri tegak di samping Devon dan juga Daniel, dia merindukan mereka, sangat.
Lexsa tersenyum manis kearah Alex yang membukakan pintu untuknya, beberapa mahasiswa menatapnya heran penuh tanya, oo jangan luupakan senior-senior yangg berdir tak jauh dari Daniel menatapnya dengan aura pemusuhan . seolah mengulang kembali kejadian saat dia baru saja masuk ke SMA, semua nya salah paham atas hubungannya dan Alex, tapi sekarang hubungan itu nyata.
"aku tidak suka melihat mereka' Alex mengikuti arahh pandang Lexsa, sesaat kemudian dia tersenyum senang, gadisnya cemburu
"mereka bukan siapa-siiapa" lexsa tersenyum penuh ancaman, seolah berkata dia siap kapan saja membunuh lelaki disampingnya kalau berani macam-macam.
Alex tersenyum senang, gadisnya cemburu, itu membuatnya senang. Tampa memperdulikan semua tatapan penuh tanya semua mahasiswa di kampusnya, Alex merangkul pinggang lexsa dan membawa gadisnya ketengah lapangan, membuat semua mata semakin jelas menatap mereka.
"HY' Al yang masih menatap tak percaya siapa gadis di depannya, langsung memeluk gadis itu cepat, yang berhasil membuat Alex menggeram kesal
"kamu kembali, aku kangen" lexsa terkekeh pelan kemudian melepaskan rangkulan Al secara piihat sebelum lelaki dismapingnya mengamuk.
"well come home pinces" ucap daniel sambil mengusab bahunya penuh haru, "kalian bahkan tidak memberitahukan kami ." lexsa menatap penuh penyesalan, dia rasanya ingin mengucapkan beribu kata maaf dan segera memberitahukan semua keluarganya, kalau dia sudah sadar,
Jahatkah dia ?
"siapa dia honey" Lexsa mengendus jijik, bau-bau pelakor mulai tercium
Seorang wanita yang dia yakin seorang senior berdiri di samping Alex yang membuatnya di geser secara paksa
"pelakor kurang belaian" Alex yang mendengar itu segera menjauh dari Carolin yang sudah seperti plangko menempel di lengan nya
"intruksikan semuanya untuk berkumpul' perintah Alex tidak lupa dengan tangan nya yang setia merangkul Lexsa di sampingnya
Lexsa tersenyum penuh kemenangan kearah Carolin yang sudah menatapnya penuh aura permusuhan
"Lexsa. Ini benaran kamu" kembali lexsa tersenyum tak enak, melihat gadis di depannya. Carla berdiri penuhh rasa tak percaya. Setetes air bening mulai mengalir di pipinya.
"ia ini aku kak" ucap Lexsa smabil memeluk gadis di depannya yang sudah seperti kakak baginya itu
'kamu jahat kenapa tidak memberitahu kami, kami menunggumu selama ini Lexsa''
"maaf, aku hanya ingin memberi kejutan' Alex membiarkan kedua gadis itu melepas rindu, dia yakiin sebentar lagi pacar dari reno juga akan hadir, dan dia akan tersingkirkan. Sebaiknya dia menjalankan tugsanya sekarang, sebellum para gadis itu meninggalkan dirinya
"kemana lelaki itu" tanya lexsa saat melihat Alex tidak lagi berdiri seperti singa di sampingnya.
"sudah biarkan dia, diakan ketua panitia, sebaiknya kita menepi, sebentar lagi bella juga akan kemari'' lexsa tersenyum senang mendengar itu tampa menunggu waktu lama mereka segera mencari tempat yang bagus untuk menonton apa yang pria mereka lakukan, dan jangan lupakan para pelakor yang kapan saja siap mencuri kesempatan itu.
"SEMUANYA BERKUMPUL DILAPANGAN " Lexsa telonjak kaget saat tiba-tiba devon berteriak keras menggunakan pengeras suara.
'aku akan mengadukannya pada feby, dia membuatku terkejut"carla terkekeh pelan, dia pun sebenarnya terkejut, tapi melihat reaksi Lexsa membuatnya terkekeh pelan.
"apa kamu sudah memberitahukan unty dan uncle" Lexsa menggeleng pelan.
"aku akan meminta om dimas memberitahukan semuanya," Carla mengangguk paham, bukan tidak mungkin Lexsa langsung memberitahukan semuanya, hanya saja dia tidak iingin terlihat sebagai anak durhaka yang sudah lama tersadar tapi malah baru sekarang memberitahukan tentang semua ini
"ooomo omo, lihat itu, " Lexsa menoleh dengan perasaan penasaran mendengan suara Clara yang sudah bagaikan mamak rempong ala korea itu
"dasar gatal, pengen di basmi" Clara yang berada di samping Lexsa tertawa geli melihat Lexsa yang sudah berjalan kearah Alex yang sedang di dekati cewek yang entah siapa namanya itu.
"Lexsa, ini kamu"bukannya senang dengan orang yang baru saja menghalangi jalannya, lexsa malah menatap kedua orang di depannya dengan marah
"minggir gue mau basmi hama, baru juga gue bangun dari tidur panjang gue, eh tu hama tetap aja ada" Bella yang baru saja terkejut dengan apa yyang dilihatnya malah makin terkejut dengan tingkah sahabatnya yang baru saja sadar itu
"kenapa kamu tidak memberitahu kami," lexsa menatap jengkel
"maaf ya sayang, aku gak kasih tahu, aku hanya ingin memberi kejutan. Nanti kita sambung lagi ya, aku mau basmi hama yang baru dulu" Reno yang awalnya terkejut langsung tersenyum geli setelah melihat kearah pandangan Lexsa.
"ayo kita juga ikut sayang" Bella menatap kekasihnya heran
"dia jahat, dia tidak menganggap aku lagi sahabatnya" reno memutar matanya malas, kekasihnya lagi PMS
"ayo sayang, ada pertunjukan enak lo di depan" Bella yang masih sibut dengan retukannya hanya mengangguk tampa mau meelihat apa yang lagi diliat kekasihnya.
"perlu popchoun gak" reno langsung tertawa keras, di sampingnya sudah berdiri Clara lengkap dengan beberapa cemilan dan minuman di tangannya.
"nah, pacar lo kenapa" reno mengangkat bahunya acuh
"Lexsa jahat, dia gak nganggap aku lagi sahabatnya" Clara menggelangkan kepalanya prihatin, melihat gadis yang terlalu sensitif di sampiingnya ini. Pasti sedang PMS
"dasar lelaki kurang ajar apa kurang dengan hanya ada gue disampingnya" Bella menggangkat kepala nya terkejut dengan teriakan seorang gadis yang jelas dia tau itu suara siapa.
"lexsa, itu kan kak Alex" Reno yang mendengar itu segera memberikan potato di tangannya ke pada kekasihnya. Wanita itu harus di bungkam, dia ingin menikmati saat-saat Alex disiksa oleh Lexsa, lagi pula beberapa bulan ini jam kencannya harus ditiadakan karena ulah lelaki di depannya itu
"ehh lo mahasiswa baru kan? " sembur carolin yang tidak terima tangannya di lepas paksa oleh Alex karena kedatangan gadis dii depannya
"ada apa iini" carolin tersenyum licik, saat melihat Alcio berdiri di sampingnya.
"ini lo Al, anak baru ini, berani banget bentak gue" adunya sambil tersenyum remeh kearah Lexsa.
"dasar cewek kurang belaian" ucap lExsa edas tidak peduli dengan semua mata yang sudah menatapnya penuh tanya
"gak usah pegang-pegang" Alex mendegus sebal smabil menatap tak suka kearah Carolin yang sudah membuatnya di marahin Lexsa
"pegang aja tu cewek , gak usah pegeng-pegang gue" carolin manatap tak suka saat melihat lexsa yang membentak Alex
"eh lo anak baru, lo mau gue hukum, gak sopanbanget lo sama senior" Al yang berniat mau angkat bicara langsung di tatap tajam lexsa
"apa mau bela ni cabe, gue aduin sama kak Eve baru tahu rasa lo" AL mengangkat tangannya menyerah, jangan sampai hubungannya yang hampir baikan itu malah di buat hancur lagi oleh gadis di depannya
"Apa maksud lo manggil gue cabe hah" Carolin mendoong bahu Lexsa kasar.
Plaaaakkk
Semuanya menatap tak percaya pada gadis di depan mereka
"wah sahabat gue emang lah" bella menata penuh minat pada pertunujukan di depannya
"Lexsa!" Lexsa yang mendengar nada tak suka dari Alex, menatap Alex tak suka
"apa, mau bela ni cewek?, berani banget dia dorong gue,"lexsa menatap Carolin yang sedang menatap kearahnya penuh kemenangan dan ini semua karena nada ucapan kekasihnya yang membuatnya bagaikan gadis jahat sekarang.
" ok, cukup tahu, gue pergi"Alex menatap panik saat lesa benar-benar melangkah pergi
"Lexsa pliss, jangan gini' lexsa menghentak kan tanganya kasar. Lelaki ini masih berusaha mengejarnya dengan apa yang baru saja dia lakukan
"balik lo sana, no cewek lo nunggu tu" Alex melongo tak percaya, kenapa dai tadi Lexsa terus meng elokan dirinya.
"sayang Pliss" lexsa langsung memasuki mobil mereka yang memang tidak terlalu jauh di parkirkan.
''gue mau pulang sendiri, turun lo" Alex menggeleng cepat. "Dengar dulu penjelasan aku" mohon Alex
Seolah tuli, lexsa segera menghidupkan mobilnya, tidak peduli dengan kakinya yang masih agak kram, dia ingin pergi jauh dari tempat ini, tapi sayangnya lelaki yyang menjadi objek kekesalannya malah masih duduk nyaman di smapingnya
"kamu mau ninggalin ku kan"lexsa menutup telinganya serapat mungkin, berusaha tuli.
"dia yang mendekatiku, bukan aku." Lexsa mendengus malas, setelah dirasa aman untuk menepi. Dengan cepat dia menepikan mobilnya.
"gue marah" Alex menatap gadis di depannya penuh penyesalan
"jangan marah" ucapnya lemah, seolah kemarahan itu akan membuatnya kehilangan gadisnya
"kamu membelanya" Alex mengeleng cepat..
"lalu apa, lo pikir gue budek' rasanya sakit saaat gadisnya masih bersikap sekettus itu
Alex menunduk sedih, sekaligus menyesal. Dia tidak bermaksud begitu
''jelaskan!" tuntut Lexsa.
"aku tidak membelanya. Aku aku hanya tidak ingin dia melukai mu, seharusnya kamu tidak melukai tanganmu, cukup aku yang akan membalas siapa saja yang menyekiti kamu"lexsamenatap tak percaya lelaki di depanya. Walaupun dia senang mendengarnya tapi bagaimana pun Carolin itu wanita. Dan wanita tidak layak di pukul oleh lelaki
"apa dia salah satunya. Apa kau pernah tidur dengan nya" lexsa menggepalkan tangannya marah, Alex hanya diam itu artinya wanita itu juga salah satunya.
"Shitt" umpat Lexsa kesal.
"bawa mobilnya, aku ingin pulang" lagi dan lagi bahkah rasanya gadisnya semakin jauhh darinya
Dengan gerakan malas, Lexsa menuju jok belakang, dia sedang tidak ingin menatap wajah lelaki yang sekarang menjadi keakasih sahnya itu. tidak perlu menunggu lama, faktanya rumah mereka tidak jauh dari tempat mereka kuliah.
Dengan kasarLexsa menutup pintu mobil kakaknya itu sampai mengeluarkan bunyi keras. Langkah kakinya yang keras dan kasar membawanya menuju ruang tamu rumah mereka. Tapi pemandangan yang tersaji di depannya berhasil membuatnya terdiam di tempat
"dasar gadis nakal" Lexsa terisak pelan, sambil berhambur kedalam pelukan seorang wanita paruh baya yang selama ini sangan di rindukannya
"momy" ucapnya pelan, Robecha tersenyum sennag . ; putrinya sudah kembali
''maafkan Mommy dan Daddy sayang. Maafkan kami"
"tidak ma, ini bukan salah kalian,,lexssa sayang kalian. Kalian tidak salah, seharusnya lexsa tahu kalian hanya ingin melindungi lexsa" Alex menatap semua interaksi di depannya. Tapi tak sedikitpun muncul niatan dihatinya untuk memeluk wanita yang di panggil momy itu. mash ada rasa kecewa dihatinya. Dan rasa itu semakin lama semakin menyakitkan
"Dady"lexsa memeluk lelaki paruh baya di depannya. Dia rindu
"lexsa kangen dady" Robet memeluk erat gadis dalampelukannya, betapa bodohnya dia sudah membuat putrinya terluka
"maafkan kami sayang, kamu putri kami" ucap Robeth penuh haru.
Alex yang melihat itu tertawa getir, orang yang menyebut menyayangi mereka, maalha mereka yang mendorongnya kedalam jurang kesakitan. Dengan penuh emosi Alex melangkah meninggalkan semua yang ada disana. Dia tidak ingin merusak suasana yang terbentuk.
"putra momy masih marah sayang, kamu mau kan mengebalikan putra momy' lexsa mengangguk mengiyakan, dia mengerti apa yang momy nya rasakan.
'momy tidur disini kan' robecha mengangguk mengiyakan
'ada banyak hal yang ingin Lexsa ceritakan"robecha tersenyum bahagia, putrinya sudah kembali. Setetes air mata penuh haru rasanya belum cukup mengekspresiikan kebahagiaannya
Lexsa tersenyum senang, dengan semanga lexsa menunjukkan kamar tamu pada momy dan dadynya itu, betapa berdosanya dia pernah membenci orang yang sudah seperti orang tua kandungnya ini.
"kami sayang momy dan dady' ucapnya sambil memeluk Robecha dan Robect yang sudah duduk diatas ranjang
'kami juga sayang"
Lexsa tersenyum senang dengan semangat dia menceritakan semua yang dialaminya hari ini di kampus barunya, sesekali dia tertawa senang dan terkadang marah. Seolah dia lupa ada ynag masiih memerlukannya, yang sekarang sedang menunggunyya di kamar mereka.
"Ahhhhh" Alex memecahkan gelas di tangannya dengan tangan kosong, darah segar mengalir dengan deras. Seolah menunjukkan betapa dalam luka itu
" kamu pergi" matanya menunjukkan amarah, sekaligus kesedihaan dan katakutan, Lexsa yang baru saja meninggalkan kamar tamu,, melangkah cepat saat mendengar teriakan Alex
"apa yang kau lakukan'' Lexsa berteriak marah, pecahan gelas berhambur di sekitar Alex, lengkap dengan darah segar yang teru mengalir mengotori lantai
"apa kau gila hah" Alex menatap gadis di depannya tampa ekpresi, yang berhasil membuat Lexsa menatap khawatir
"kamu ninggalin aku" lexsa menatap dalam tatapan Alex mencoba mencari emosi lain disana, tapi tidak ada apa-apa selain ketakutan.
dengan pelan, Lexsa menarik Alex mengikutinya dan mengambil posisi duduk di atas ranjang mereka, kemudia mengambil kotak P3K yang memang di simpang dalam laci di meja kecil disamping ranjang
"sakit' lexsa berusaha bertanya, bahkan saat kaca itu ditariknya keluar dari kulit Alex, dia bahkan tidak meringis sedikitpun. Dengan cepat Lexsa segera membalut luka tancapan beling yang lumanyan dalam itu.
"kamu ingin pergi" Lexsa menghentikan niatnya yang hendak membuang kapas yang sudah bewarna merah itu.
"jangan pergi" Alex segera menarik tangan lexsa smpai-sampai semua kapas dalam plastik itu beserakan dilantai
"Alex!' bentak lexsa marah. Lelaki ini terlalu penakut. Dia bahkan tidak pernah punya niat untuk pergi
"kamu mau pergi, kamu mau ninggalin aku kan?" Tuduh Alex lantang
Lexsa menatap tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya
"ya aku mahu pergi.. puas kau" Lexsa menutup mulutnya rapat, dia menyesal sudah mengucapkan itu
Seolah dihantam seribu pedang, rasanya begitu sakit, Alex mengangkat tanganya kemudian menyatukannya, kebiasaan yang akan dia lakukan saat lelaki itu sedang memohon dalam keadaan rapuh
"jangan pergi, aku janji gak akan marah-maarah lagi, aku janji akan membiarkan kamu menampar Carolin lagi. Aku janji, aku mohon jangan pergi" rasaanya Lexsa ingin tertawa mendengan penuturan lelaki nya ini.
"janji" ucapnya seolah memastikan
''aku janji" lexsa tersenyum getir, bahkan lelaki ini sangat udah untuk berjanji sesuatu yang belum tentu akan di tepatinya
"kemarilah" ucanya sambil merentangkan tangannya meminta Alex memeluknya.
"kamu gak akan ninggalin aku kan" bagaikan anak kecil yang ingin keinginannya di penuhi, Alex mencoba memastikan lagi sebelum berhambur ke pelukan Lexsa.
"jangan pergi" mohon Alex lagi dan lagi. Lexsa mengusab pelan punggung yang terlihat kokoh namun rapuh itu
"aku disini, disampingmu" ucap Lexsa berusaha meyakinkan
"kamu milikku" lexsa mengangguk patuh
"tidak ada yang perlu dihawatirkan lagi, aku disini di sampingmu, lupakan semua kenangan buruk itu, seperti aku yang berusaha melupakan kecelakaan itu. lupakan semuanya. Ada aku disini. Jangan Khawatir"
Ya sudah terlalu banyak kejadian buruk yang menimpa mereka, bahkan kalau pun diminta menghitungnya, siapapun pasti tiddak akan sanggup melakukannya.
Biarkan semua ini mereka lewati bersama tampa harus peduli dengan semua orang yang menentang hubungan mereka. Mereka juga layak untuk bahagia
"love you" sebuah kecupan basah mendarat di sekitar leher lexsa yang membuat pemiliknya menggerang tertahan
"love you to" lexsa tersenyum senang dalam eragannya. Alex mengangkat kepalanya menatap dalam mata gadis di depannya.
"meniikahlah dengan ku" Lexsa menatap seolah tak percaya
"aku tau ini jauh dari kata romantis, jadi menikahlah dengan ku" lexsa melongo tak percaya, kata-kata itu seolah belum lengkap
Dengan senyuman lebar lexsa berhambur dalam pelukan Alex, menyembunyikan wajahnya yang pasti sekarang sudah terlihat konyol. Dengan air mata yang mulai mengalir
''aku tidak menerima penolakan sayang" lexsa memukul pelan bahu Alex, siapa yang mau menolak lelaki ini, dia pasti gila kalau melakukann itu
"tentu sayang" Alex tersenyum senang, mulai saat ini gadis dalam dekapannya adalah miliknya seutuhnya.
Tidak peduli dengan apa yang orang lain katakan, aku hanya mencintaimu, hanya mencintaimu
Ini bukanlah akhir dari cerita kita, ini adalah awal dari semua kisah cinta kita,. Siapa yang akan tahu apa yang akan terjadi kedepannya. selama ada kamu di sampingku, semuanya pasti akan mudah
"Alex"
***