webnovel

Terasa Semakin Dekat (part 3)

Hari ini aku memilih untuk berangkat sendiri karena kurasa lebih baik untuk mengurangi kasak kusuk yang membuatku tidak nyaman. Sepulang sekolah Kami para junior basket diminta ke SMA Pelita menjadi suporter untuk para senior yang melakukan pertandingan persahabatan.

Echa kegirangan karena mendengar berita itu, aku sedikit gak bersemangat terutama karena aku merasa tidak enak badan. Tapi Echa terus memaksaku untuk ikut karena dia berharap bisa bertemu dengan Zein si super menyebalkak dan Devan, mau tidak mau jadilah aku mengikuti Echa. Karena kesibukan kak Ardha mempersiapkan ujiannya dan les tambahan di sekolah kami tidak pulang bersama, syukurlah ini hal yang baik menurutku tapi sekaligus sedikit ada perasaan kecewa.

Setelah perjalanan yang cukup lumayan lama sampailah Aku, Echa dan beberapa teman ekskul basket di SMA Pelita. Suasana sekolah terlihat masih ramai walaupun sudah jam pulang sekolah. Disana kami di sambut oleh siswa Ekskul SMA Pelita dengan sangat ramah. SMA Pelita juga merupakan sekolah unggulan di kota ini selain sekolahku, suasana diaekolah ini juga cukup asri dan nyaman karena banyak pepohonan dan bangunan-bangunan yang terlihat lebih modern.

Echa terus mencuri-curi pandang ke kanan kiri saking senangnya bisa melihat para idolanya. Tiba-tiba suasana di belakang kami terdengar ramai dan dengan yakin aku menebak pasti mereka berdua muncul Zein dan Devan.

" Tuch liat idola lo muncul,!!" kataku pada Echa.

Saat aku menoleh ternyata Echa sudah pergi dari sampingku dan bergabung dengan kerumunan para penggemar 2 cowok itu,

" Ya ampun tuch anak cepet banget kalo nyangkut cowok," gerutuku, aku segera berbalik menuju lapangan basket.

Ada yang menepuk pundakku.

" Halo verli ketemu lagi," Devan tiba-tiba menyapaku dengan tawanya yang riang dan Zein hanya diam dan langsumg melewatiku saja.

Pandangan dari para gadis-gadis sekolah Pelita langsung tertuju padaku mungkin mereka heran kenapa aku bisa mengenal Devan.

Aku memang sedikit mulai mengenal Devan karena kami sering bertemu saat Kak Ardha mengajakku bertemu mereka sepulang sekolah, tapi Zein aku masih tidak pernah akrab dengannya.

Pertandingan pun di mulai sorak sorai dari pinggir lapangan pun terdengar semakin menggema, sinar matahari hari ini cukup membuat keringat bercucuran. Setengah pertandingan pun sudah berlalu,

" Kamu kok keliatan pucet sich ver, kamu sakit?" tanya seorang temanku indah yang duduk tepat di sampingku, ya temanku indah kami bertiga baru dekat akhir-akhir ini karena sering menjadi teman kelompok.

" Mungkin gara-gara panas hari ini terlalu panas aja,!!" jawabku asal saja.

Tidak sengaja Kulihat Zein seperti melihat kearahku atau aku salah, tapi pandangannya terlalu tajam untuk diabaikan juga. Karena sudah mulai merasa terlau sesak aku memutuskan untuk pergi keluar lapangan, tapi kepalaku terasa berputar pandanganku menjadi gelap seketika itu tubuhku ambruk.

Aku merasakan ada seseorang yang menggendongku sebuah tubuh yang besar, aku hanya mendengar suara teman-temanku memanggil namaku, setelah itu aku tidak mendengar suara mereka terasa gelap sekali mataku.

Mataku terbuka sedikit demi sedikit kulihat ada seseorang laki-laki siapa dia, lama-kelamaan kusadari ternyata itu adalah sosok yang sama sekali tidak mungkin terbayang dalam fikiranku bakal ada di dekatku itu Zein iy benar itu Zein.

Dia berjalan mendekat padaku,

" kamu udah bangun,kepala kamu masih pusing,?"

Zein terus mengajukan pertanyaan padaku kulihat ada kekhawatiran di wajahnya. Apa dia yang menolongku tadi.

" gue ada dimana? lo kok bisa ada disini? Temen gue yang lainnya kemana?" tanyaku pada Zein.

" Lo banyak tanya, kayaknya lo udah baikan juga," wajah khawatirnya seketika berubah menjadi dingin lagi tapi di matanya masih terlihat sedikit kekhawatiran.

"gue tanya ini dimana dengan ketus.?" tanyaku lagi aku sudah merasa tubuhku sedikit baikan.

" Ya tentu jja di klinik. Temen lo udah pulang," aku terkaget mendengar jawabannya

" Biar gue anterin pulang."

Inginku menolak tapi badanku masih terasa lemah, aku menurut saja apa yang dia katakan.

Zein menungguku di depan pintu, aku mencoba turun dari ranjang tapi aku hampir terjatuh karena bajuku sedikit tersangkut. Tak kusangka Zein berlari kearahku dan ah aku sudah di dalam gendongannya,

" Kamu ngapain sich turunin aku, bikin malu aja" aku mencoba meronta dari gendongannya tapi dia terlalu kuat.

" Diem" Zein hanya mengucapkan satu kata itu entah kenapa aku tidak berani melawan kata-katanya lagi dan hanya diam.

Wajahnya di tepat di depan wajahku, ternyata dia sangat tampan batinku.

Jantung kenapa kamu berdebar cepet disaat suasana kayak gini, aku tidak berani melihat kearahnya aku tidak ingin dia melihat wajahku yang mulai memerah. Kenapa dengan hatiku kenapa jantungku berdebar seperti ini di dekatnya,aku meyakinkan diriku yang aku suka adalah kak Ardha.

Aku mulai berpikir apakah yang membawaku ke klinik ini Zein karena aroma tubuhnya sama dengan saat itu.

Dengan hati-hati dia membawaku masuk ke dalam mobil. Dia hanya terdiam sepanjang perjalanan, aku merasa hari ini sangat berbeda Zein yang perhatian dan baik yang sedang di sampingku hari ini bukan Zein yang menyebalkan.

Untuk membuka kecanggungan aku mulai berbicara

" Kak makasih ya udah nolongin ,"

" Ya". Jawabnya singkat.

Suasana canggung dan hening kembali.

Sampailah di depan rumahku Zein masih terus membantuku dengan memapahku ke dalam.

"Rumah lo kok sepi,?" tanya Zein padaku

" Iya keluarga gue lagi kerumah nenek di luar kota besok baru balik," jelasku padanya.

" Jadi lo sendirian pas sakit gini,?" matanya terlihat khawatir tapi tetap dengan gayanya yang sok cool itu,

" kan gue juga gak tau kalo bakalan sakit gni, tapi gue kuat kok tenang jja."

terangku padanya karena aku merasa sudah mulai membaik.

Setelah dia membantuku duduk, dia langsung pergi meninggalkanku tanpa berkata-kata satu kata pun. Aku yang mau mengucapkan terima kasih jadi sebal lagi melihat tingkahnya.

Setengah jam kemudian kudengar ada mobil berhenti di depan rumahku. Kubuka pintu ternyata Zein kembali kesini lagi, aku dengan bingung melihat Zein kembali lagi dengan membawa sesuatu.

" Nih bubur gue beli double simpen di kulkas kalo gak abis n jangan lupa di angetin," Zein memberikan bungkusan makanan dan obat itu padaku dengan paksa.

Aku dengan sedikit terkaget melihat tingkahnya ini antara bingung dan heran. Si laki-laki menyebalkan bisa seperhatian ini. Awal tadi aku merasa sebal karena sikap itu tapi karena tingkahnya barusan rasa sebal itu sedikit menghilang.

" Makasih buat ini n yang tadi juga".

Zein tiba-tiba mengusap kepalaku dan langsung pergi meninggalkanku. Aku memegang kepalaku dan melongo seakan tidak percaya sikapnya barusan....

jangan lupa koment dan votenya..

terima kasih....

lee_zarscreators' thoughts