webnovel

Chapter 9

Terkadang kabar baik dan kabar buruk bisa datang bersamaan.

Kabar mengenai serangan naga yang datang ke telinga ku langsung memberi pertanda akan adanya tumbal hidup untuk menguji senjata-senjata ini.

Anggap saja Dewi Keberuntungan ada di pihak kami kali ini.

Langsung saja aku mengarahkan kendaraan ini memasuki pertempuran pertamanya. Senjata yang terpasang di kendaraan ini siap untuk melumat apa saja yang menjadi targetnya.

Perjalanan yang terjadi tiba-tiba ini sedikit menarik perhatian beberapa orang. Mungkin mereka penasaran dengan kendaraan besi ini yang melesat begitu cepat melewati mereka. Kami tiba di salah satu monster naga yang tergeletak diatas tanah.

Setelah kami berhenti, Ayah ku lalu keluar dari kendaraan ini dan menemui prajurit yang sedang menjaga mayat naga itu.

"Apa yang terjadi?" tanya Ayah ku.

"Duke! Lihat ini! keadaan gawat! Naga-naga ini sedang menyerang kita!" ucap salah satu prajurit.

Tanpa di jelaskan, seharusnya Ayah ku sudah mengerti apa yang sedang terjadi.

"Apa ada korban terluka?"

"Saat ini Kapten tengah menahan ratusan monster yang berusaha menyerang desa ini."

"Karl!"

Mendengar adanya pertempuran yang masih berlangsung, Ayah ku menatap ku yang ada di dalam kendaraan ini. Ia lalu bergegas masuk kembali dan ingin bergabung dalam pertempuran mempertahankan desa yang dekat dengan kediaman kami.

Tanggung jawab sebagai Duke memaksanya nekat seperti ini.

Well, tujuan ku akan sedikit tercapai.. jadi apa salahnya?

Dengan informasi yang di dapat Sebastian dan prajurit itu. Kami bergerak dengan cepat hingga ke titik luar desa dan benar saja.. pertempuran melawan naga-naga masih berlanjut.

Naga yang kami hadapi memiliki ukuran tubuh yang kecil namun dengan sayap di punggungnya membuat prajurit kami kesulitan mengatasinya. Gerakan mereka yang lincah cukup menambah kesulitan untuk menebas mereka.

Sihir pendeteksi menampilkan titik-titik kecil berjumlah 210. Melihat ada begitu banyak naga-naga kecil yang berkeliaran, Ayah ku langsung keluar dari kendaraan ini dan mengambil salah satu pedang yang menganggur.

"Berani sekali kalian menyerang orang-orang ku!!" bagaikan barbarian yang keluar dari gua, Ayah ku dengan kekuatan penuhnya segera berlari dan menebas naga-naga kecil itu.

"Eh? Duke?"

"Are? Duke??"

"Walah.. Duke?"

Melihat Ayah ku yang tiba-tiba bergabung dalam pertempuran membuat fokus pertempuran terbagi menjadi dua bagian. Melihat pertempuran yang kembali berlanjut, aku segera keluar menggunakan lubang palka senapan mesin 20mm.

"Eh, bahkan Karl-sama disini juga? Dan kendaraan apa itu?"

"Apa itu?"

"Kereta kuda besi?"

"Kenapa ada Karl-sama disini? Bukankah ini tempat berbahaya?"

"Duke saja ada disini, tidak masalah jika Karl-sama disini kan?"

Aku bisa mendengar suara-suara mereka yang penasaran dengan kehadiran Ayah ku dan diri ku disini.

Berbeda dengan Ayah ku yang memiliki jalan ksatria untuk mempertahankan desa tercinta ini, aku lebih memilih jalur pengecut yang duduk terdiam sembari melontarkan muntahan peluru 20mm.

Aku segera mengambil sabuk peluru dan memasangnya pada senapan mesin yang ada di hadapan ku. Menarik pin pengaman dan mengarahkan senapan mesin ini pada naga-naga kecil itu.

"Ekhem! Semuanya! Tolong tutup telinga kalian!" ucap ku.

Tanpa basa-basi yang lama, aku lalu menarik pelatuk ini dan melontarkan ratusan peluru yang menghujani naga-naga kecil itu.

*20mm goes brrrrrttttttttt noises*

Ribuan peluru yang keluar dan suara bisingnya langsung menarik perhatian semua prajurit yang ada disini.

Selongsong peluru kosong yang bertebaran seketika menumpuk menjadi gunung.

Naga-naga yang mendengar suara ini tiba-tiba panik dan terbang menjauh. Namun, kecepatan terbang mereka masih kalah oleh kecepatan peluru ini.

Armor kebanggaan mereka tak mampu melindungi tubuh mereka.

"EAT THIS MOTHERF#$%&R!!!" sembari mengatakan itu.. aku mulai tertawa menikmati pembantaian sepihak ini.

Pembataian ini..

Sangat menyenangkan ternyata!

Ku rasa.. aku memiliki hobi baru untuk membantai ras yang lemah.

Lagipula, ini sangat menyenangkan!

Oh, tidak!

Aku mulai ketagihan dengan sensasi ini.

[...]

Naga merupakan ras otoriter yang menandai wilayahnya dengan mendominasi monster yang lebih lemah dari mereka. Karena karakteristik yang seperti itu maka naga termasuk salah satu spesies monster parasit yang meresahkan.

Mereka bergerak berdasarkan musim kawin dan mencari wilayah yang penuh dengan sumber daya makanan. Imigrasi besar-besaran naga biasanya mengorbankan sumber makanan yang setara untuk bertahan hidup manusia selama enam bulan.

Kemunculan mereka bagaikan pertanda adanya kelangkaan sumber makanan yang akan berlangsung.

Sisi positifnya? Mereka berburu monster di sekitar sarang mereka.

Sisi negatifnya? Mereka membuat monster keluar dari teritorinya dan membabat habis sumber makanan di sekitar mereka.

Mereka pemakan segalanya, terkadang beberapa naga diketahui memakan naga lainnya. Kanibalisme bukanlah hal yang aneh di mata monster. Untuk bertahan hidup, mereka harus menjadi pejuang yang mengorbankan segalanya.

Laporan adanya sarang naga dan penurunan sumber makanan memaksa Ayah ku untuk menyelidikinya. Untuk itu, Ayah ku mengirim Mercedes untuk menyelidiki lokasi yang di duga sebagai sarang naga. Entah kenapa Mercedes mengajak Chiyuki untuk pergi bersamanya.

Naga-naga kecil yang berkeliaran ini menandakan adanya satu hal. Ketua mereka telah tewas dan naga-naga kecil ini berkeliaran tanpa kendali. Sebuah kebetulan rudal kendali yang ku tembakkan mengenai naga besar yang terbang menuju kediaman kami.

Berdasarkan kesaksian rakyat yang melihatnya, naga yang hancur lebur itu terjatuh setelah separuh bagian tubuhnya meledak. Daya ledak yang cukup lumayan untuk menghancurkan naga yang lumayan besar.

Sepertinya, kita akan membereskan masalah ini sedikit lebih lama.

"Bagaimana menurut mu, Karl?" tanya Ayah ku.

"Yah, sisik mereka lumayan berharga kan? Walaupun naga muda yang baru menetas namun sisik mereka akan berguna untuk satu atau dua hal" jawab ku.

"Aku sedikit khawatir dengan telur-telur dan naga kecil yang mungkin tertinggal di sarang mereka."

"Bukan kah Ayah telah mengirim Mercedes untuk menyelidikinya? Bagaimana laporannya?"

"Terdapat gua yang di kelilingi tumbuhan yang mulai habis. Sepertinya naga-naga itu membangun sarang di dalam gua. Mercedes hanya menjelajahi pintu masuk gua itu."

"Yah, perlukah kita menjelajahi sarang itu?" saran ku.

"Ide yang bagus, kebetulan kita memiliki kendaraan yang cocok untuk itu!" Ayah ku tiba-tiba bersemangat.

"Oh.. ya Karl.. boleh aku sedikit mengendarainya?"

Eh? Apa ini? aku merasakan firasat buruk tentang ini.

"Em.. sebaiknya jangan dulu-"

"Oh! Ayolah! Ajari Ayah mu ini mengendarai kendaraan mu!" Ayah ku mulai memegang kerah baju ku dan menggoyangkan badan ku.

"Oke! Oke! Duduk di kursi pengemudi!"

Ayah ku lalu duduk di kursi pengemudi.

"Pertama, ini adalah pedal untuk gas, pedal untuk rem, lalu sistem navigasi radar, pengendali sensor rudal kendali, dan..."

Aku bersusah payah menjelaskan setiap pengaturan dasar yang terdapat di kursi pengemudi. Dengan ini, aku bisa fokus pada persenjataan manual yang terpasang.

"Oh! Ini mudah sekali!"

Em.. rasanya firasat buruk ku semakin menjadi-jadi.

"Oke! Karl.. mari kita hancurkan sarang mereka!"

"O-OKEEEEEE~" tanpa basa-basi lagi. Ayah ku memacu kendaraan ini pada kecepatan penuh. Aku bisa melihat senyum lebar di wajahnya.

Dia sangat menikmati kendaraan ini!

"Ini sangat luar biasa, Karl!"

"Tentu saja! Siapa dulu pembuatnya!"

"Oh, kita sudah sampai? Cepat sekali?"

"Eh?"

Belum saja aku menikmati perjalanan kami namun gua yang dimaksud sudah ada di hadapan kami.

Ayah ku benar-benar gila jika mengendarai kendaraan ini.

Kurasa..

Aku harus bersiap-siap menerima hobi baru Ayah ku yang puas memacu kendaraan yang cepat.

"Karl.. kurasa aku jatuh cinta dengan kendaraan ini. Perlukah kita menamai kendaraan ini?"

Yap, rasa puasnya berubah menjadi cinta.

"Kita pikirkan itu setelah selesai dengan ini."

[...]