webnovel

kejadian yang membuahkan tangisan

bulgaria,dimana tempat ferza berada saat ini ada dirumah sakit tokuda--rumah sakit terbesar dibulgaria--ferza sedang menemani kakeknya dirumah sakit itu sedangkan mamanya dan neneknya ada dirumah.karna kemarin malam dikabarkan bahwa keadaan kakek krisna keadaannya bisa lebih menurun dan mungkin akan mengalami koma selama satu tahun.kabar itu membuat nenek farah dan mama dina menjadi ketakutan bahkan keadaannya drop sehingga farah dan dina akhirnya disuruh pulang oleh ferza untuk istirahat.untuk saat ini ferza harus bisa merasa kuat apalagi melihat kondisi kakeknya yang semakin hari semakin menurun kondisinya bahkan saat ini kakeknya sednag mengalami koma dengan perkiraan dokter 1 tahun.tapi bagi ferza itu adalah perkiraan yang salah,ferza yakin koma kakeknya tidak akan melebihi dari satu tahun mungkin hanya satu bulan atau beberapa minggu.

"kek....ayo lawan penyakit kakek.berjuang kek jangan biarkan koma ini merenggut kakek dari kami semua,ferza yakin kalau kakek bisa melawannya,kakek harus semangat jangan pantang menyerah untuk melawan koma kakek.dan kakek harus ingat bahwa dirumah masih ada keluarga yang menunggu untuk kakek pulang.dan kakek harus semangat ya....."obrolan ferza terhadap sang kakek membumbukan tangisan karma ferza tak merasa tiba tiba air matanya luruh begitu saja tanpa adanya perintah.meskipun kakeknya sedang tidur dan entah mendengar atau tidak ferza harus tetap menyemangati kakeknya.

"kek ferza disini ayo buka mata kakek.ayoklah kek.hiks....hiks..."

air mata ferza selalu saja meluruh tanpa henti-henti,apalagi jika ferza melihat keadaannya kakek krisna yang terbaring lemah serta badannya sudah tinggal tulang dan kulit saja.

"izvinete, sŭr, vremeto za poseshtenie svŭrshi"kata suster yang akan memeriksa keadaan kakek krisna(maaf pak,kunjungan pasien sudah berakhir)

"o, da, sus, blagodarya"(oh iya sus,terimakasih)hanya kata kata itu saja yang ammpu terucap dibibir ferza selain itu ferza sudah lemas untuk berkata kembali.5 menit sudah ferza menunggu diruang tunggu,hatinya merasa ketar-ketir karna sedari tadi suster itu belum balik balik dari ruangan kakeknya.

"lekar, lekar"teriak sang suster yang menambah kepanikan ferza(dokter,dokter)

"Kakvo stava, zashto se obazhdash na lekar. Ima li neshto neredno s dyado?"panik ferza (ada apa sus?kenapa memanggil dokter?apa ada yang gawat dengan keadaan pasien?)suster itu tak menggubris pertanyaan dari ferza ia langsung mencari dokter sedangkan ferza perasaannya semakin kalut,kakinya merasa ingin luruh karna tak kuasa menahan beban badannya,airmata yang tadinya berhenti kini luruh dan mengalir deras kembali.dokter dan suster yang tadi sudah kembali dan langsung masuk kedalam ruangan kakek krisna.5 menit sudah ferza menunggu kabar dari sang dokter,tapi dokternya masih belum keluar-keluar hingga 10 menit berlalu dokter itu baru keluar dengan spontan ferza langsung berdiri dan mengusap air mata yang sedari tadi mengalir deras.

"kak e dyado mi dok?"tanya ferza (bagaimana keadaan kakek saya dok?)

"segashnoto sŭstoyanie na dyado vi e obezpokoitelno."(keadaan kakek anda saat ini merisaukan)kata dokter dengan ekspresi menunduk sedih "k...k... kakvo imash predvid?"(m...m...maksudnya?)

"Iskam da kazha, sŭstoyanieto na patsienta stava kritichno, vŭpreki che sme napravili vsichko vŭzmozhno da spasim patsienta, no rezultatŭt e, che sŭstoyanieto na patsienta vinagi se vloshava."(maksud saya.kondisi pasien semakin kritis padahal kami sudah sekuat tenaga untuk menyelamatkan pasien tapi hasilnya kondisi pasien masih saja selalu menurun.)

dengan keadaan lemas seketika ferza meluruh kelantai bersamaan dengan meluruhnya air mata,air mata meskipun harus ditahan pada akhirnya ia akan terjatuh juga.jika air mata disuruh berhenti sebelum waktunya,ia juga tidak akan pernah bisa berhenti.

"kek....ayolah kek bangun.lawan penyakit kakek,jangan seperti ini banyak orang yang menunggu kakek dirumah.ayolah kek.came on ek,came on jangan menyerah"monolog ferza dengan air mata yang selalu berlinang.tiba tiba sebuah pemikiran untuk menemui dokter zaidan muncul dalam pemikirannya.sekuat tenaga ferza berdiri dari kelemasannya,menuju keruangan dokter untuk mempertanyakan sesuatu hal.

"izvinete dok. Iskam da popitam"izin ferza(permisi dok.saya ingin bertanya)

"o, da, molya, sednete sŭr"ramah dokter yang langsung menyuruh ferza(oh,iya silakan.duduk dulu pak) "kakvo ne e nared sŭr, ako moga da znam"(ada apa ya pak kalo saya boleh tau?)

"kato tozi dokument. Iskam da popitam dali zhivotŭt na dyado mi vse oshte mozhe da bŭde spasen?"(saya mau tanya apakah nyawa kakek saya masih bisa diselamatkan?).

"Sŭzhalyavam, sŭr, za tova vse oshte ne moga da opredelya."(mohon maaf pak,untuk itu saya masih belom bisa menentukan).

perasaan kecewa menyerang ferza lagi yang tadinya ferza pikir dokter mengatakan bisa,namun nyatanya dokter itu berucap tidak bisa menentukan.

"da dok izvinete"(yasudah dok saya pamit)

dengan perasaan pilu,luka,lara harus dibawa ferza lagi setelah dari ruangan dokter yang selama ini menangani kakeknya.

"kek.ferza mohon sama kakek.untuk kali ini aja kakek bangun ya?kakek lawan segala penyakit yang kakek punya cukup papa yang udah ninggalin kita kek. jangan...jangan lagi untuk kali ini,cukup papa...Hiks....hiks.cukup kek...cukup hiks...hiks cukup papa yang ninggalin dan jangan kakek lagi hiks...hiks..."monolog ferza pada kakeknya walaupun kakeknya sedang tertidur pulas dalam artian koma,tapi ferza tetap berusaha untuk menyemangati sang kakek karna ferza pikir inilah satu-satunya cara sebagai cucu pertama dari keluarga arendra.

seketika ferza teringat akan kata-kata papanya dulu sebelum ia meninggal dan diwaktu itu ferza sedang dalam umur 18 tahun.

"nak...papa pengen banget bicara sama kamu saat ini"kata papa ferza.

"iya pa mau bicara soal apa?"

"papa pengen bicara soal usaha papa saat ini.papa minta kamu ya...yang melanjutkan usaha papa,lancarkan usaha papa jangan kamu biarkan seperti itu"jelas papa ferza sebelum menjelaskan lebih panjang lagi papa ferza menarik napas dengan panjang "papa yakin kamu bisa mengembangkan usaha papa.dan papa minta sama kamu jika seandainya papa sudah tiada dihadapan kamu,mama kamu,nenek dan kakek kamu papa min-"

"tunggu dulu pa.maksud papa berbicara seperti ini apa?dan maksud papa kalo seandainya papa sudah tidak dihadapan kami semua itu maksudnya apa pa?tolong jelasin ke ferza"

"shutt.....jangan potong dulu pembicaraan papa"ferza hanya bisa menunduk dan menganggukan kepala lemah "maksud papa berbicara seperti ini kekamu itu,karna kamu anak satu-satunya dari keluarga arendra dan saat ini papa hanya bisa mempercayai kamu sebagai pengganti posisi papa dihati mama-mu nak.nak...papa mohon gantikan posisi papa dihati mama ya....papa mohon dan pesan papa tolong jaga keluargamu karna kamu anak laki-laki dan anak satu-satunya keluarga arendra apapun keadaannya jaga keluargamu.kamu jantankan?pasti jantan dong masak anak laki laki nggak jantan sih?"goda papa ferza disela-sela tangisnya meskipun tak mengalir air mata namun ferza tau bahwa papanya sedang sedih.

"pa.....sebelum papa minta ini keferza,ferza pasti akan ngelakuinnya kok yang pentung ferza mohon dan minta sama papa.papa harus cepet sembuh dan sehat ya?"

"maaf nak pa-"belum sempat menyelesaikan bicaranya pak arendra sudah mengalami sesak napas berat itu membuat ferza panik dengan segera ia memanggil dokter namun naas saat dokter beserta suster dan ferza papa arendra sudah memejamkan mata,saat diperiksa oleh dokter ternyata papa ferza sudah meninggal dunia.

mengingat hal itu tetes demi tetes air mata ferza kembali luruh bersama kenangan dahulu yang kini sudah terputar diotaknya.air mata yang tadinya sedikit ingin mengering dan suara yang selalu ingin ferza keluarkan untuk menyemangati kakeknya malah berujung dengan air mata yang selalu meluruh bahkan lebih deras dari sebelumnya dan suara yang ingin ferza keluarkan mendadak kaku tak bersuara,lidahnya seperti kelu untuk berbicara saat ini ingin pergi dari tempat namun kaki sudah tak sanggup lagi untuk berdiri kenangan demi kenangan selalu terputar diotak ferza mulai dari kebahagiaannya dengan keluarganya, terutama dengan papanya,saat ia menangis dan mengadu kepapanya,menceritakan segala hal yang ferza tau kepapanya,menjaili mama bersama papanya,dan masih banyak lagi kenangan yang telah diukir papa arendra dalam hidup ferza.mungkin saat ini ferza sedang menangis dengan deras,tapi ia tak lupa untuk selalu menyemangati kakeknya.

"pa ferza tau.papa disana lagi liat ferza kan?dan saat ini ferza sedang menjalankan perintah papa,meskipun kakek mendengar atau tidak suara ferza tapi ferza tidak akan menyerah seperti apa yang papa katakan dulu.papa masih ingatkan apa yang duku papa katakan waktu ferza masih berumur 10 tahun"

"ferza... sayang....lagi ngapain nak?"tanya papa arendra saat sudah masuk kekamar ferza

"ini pa ferza lagi ngebuat tugas sekolah.tapi ferza males pa ya udah deh ferza tenang-tenang!lagian juga besokkan libur sekolahnya terus kemungkinan tugasnya juga nggak bakal dilihat sama guru"kata ferza senteng-entengnya tapi mungkin dalam perasaan ferza ia takut kalo papanya akan marah namun....WOW papanya malah tersenyum dan geleng-geleng kepala.

"sayang...dengerin kata papa.mau dilihat atau enggak kerjaanmu sama orang,mau dinilai atau enggak hasil karyamu sama orang,dan mau didengar atau tidak suara kamu oleh orang lain,kamu harus tetap semangat dalam menjalaninya jangan menyerah mungkin suatu saat usahamu akan berhasil dan mampu dikenang banyak orang bahkan mungkin mampu menyenangkan orang banyak"nasehat dan penyemangat dari papa arendra untuk ferza,tak lupa senyum papa arendra selalu ditampakkan itu membuat ferza semangat untuk membuat tugas sekolahnya.

kini waktu itu telah berubah menjadi sebuah kesunyian bagi ferza,tak ada lagi penyemangat didalam hidupnya yang ada hanyalah kesedihan dan duka yang mendalam.bagi ferza waktu terlalu cepat untuk mengambil seorang pahlawan dan penyemangat dihidup ferza.

"huft....waktu yang cepat untuk mengambil seseorang yang sangat berharga didalam hidupku dan apakah kini giliran orang yang sangat kucintai untuk diambil oleh sebuah waktu yang menurutku kejam."monolog ferza karna menurutnya waktu sangat-sangatlah kejam pada dirinya.karna apa?karna ferza harus mengihklaskan dua orang yang menurutnya sangat berharga dan istimewa dalam hidupnya.tapi ferza yakin bahwa dengan usahanya untuk menyemangati sang kakek pasti akan berbuah manis.meskipun masih ada rasa sedih dalam hati namun ferza mencoba untuk kuat dalam menyikapi masalah ini karna baginya tak semua masalah harus diselesaikan dengan tetesan air mata yang mengalir.namun masalah juga bisa diselesaikan dengan cara kita bersikap bijak terutama dalam kedewasaan.kuat itu adalah hal yang diperlukan dalam menghadapi masalah yang berat,mungkin memang memerlukan air mata namun tak masalah harus berlinangan air mata.

"haii waktu kini aku kembali lagi untuk menyapamu,mengindahkanmu disetiap aktivitasku.tapi nyatanya....kamu membuat hari-hariku penuh kesedihan dan kesepian,untuk kali ini aja aku mohon sama kamu waktu...jangan mengambil orang yang sudah kusayang.untuk kali ini aja waktu....aku mohon.biarkan aku menikmati waktu bersama orang yang kusayang dengan penuh kebahagiaan,biar aku selalu menyapamu dengan gembira dan penuh kesenangan bukan dengan duka ataupun penuh kesedihan.aku mohon..."monolog ferza seperti orang yang mampu berbicara dengan waktu saja.

"kek....ferza mohon untuk kali ini kakek berusaha ya buat kami bangga dengan kakek.karna kakek sudah bisa berperang dengan penyakit kakek sendiri.ferza mohon kek....ayo bangunn....ferza yakin kakek pasti akan bangun"

untuk kali ini ferza sungguh-sungguh berusaha untuk membangunkan kakeknya,meskipun air mata ferza mengalir sedikit demi sedikit.

"banyak cerita dan banyak kata kek yang ferza dapatkan selama ini dari papa,bukan hanya papa tapi kakekpun banyak cerita dan kenangan yang ada dihidup ferza"bicara ferza mungkin maksud ferza adalah untuk menceritakan kisahnya bersama kakek.mungkin cara itu bisa untuk membuat kakeknya terbangun dari komanya,sama seperti disinetron-sinetron yang orang koma terus dikisahin bacaan bahagia bangun dehh."papa dulu pernah bilang ke ferza kek" flashback masa lalu terulang kembali "jangan pernah menyerah dalam suatu keadaan ataupun kondisi,karna kita tidak pernah tau bagaimana fase dalam keadaan yang ada.mungkin bagi kita kondisi itu menyulitkan untuk kita namun kita juga tidak boleh menyerah dalam keadaan sulit itu.kek....kakek pasti bangga memiliki anak yang bijak seperti papa.hahah...bodoh kamu za,orang kamu aja bangga punya papa seperti itu apalagi kakek yang punya anak seperti itu.lagipun kakek juga orang yang bijak pasti anaknya nurunlah,kakek pasti tau kata pepatah dulu 'buah jatuh tidak jauh dari pohonnya' kata-kata itu pasti kakek taukan.pastilah kek....boleh nggak ferza tanya kekakek,kapan sih kakek akan bangun dari koma ini?ferza capek kek...capek.selalu menyemangati tapi tidak pernah tau kapan kakek bakal bangun."raut wajah ferza menunjukkan rasa sedih yang mendalam.tiba-tiba ada bunyi yang sangat nyaring dan itu mampu membuat ferza terkejud,kemudian ferza mencari sumber suara ternyata yang ditakudkan ferza terjadi bahkan saat ini ferza panik dan segera memanggil dokter.tak lama setelah ferza memanggil dokter,mereka kembali dan segera diambil alih untuk pemeriksaan.

"kak e sŭstoyanieto na dyado mi?"tanya ferza panik bahkan ketakutan jika hal yang ia takuti terjadi(gimana dok keadaan kakek saya?)sedangkan dokter yang ditanya malah menghembuskan napas panjang "dok, kak vŭrvi?"tanya ferza ngegas(gimana dok keadaannya?)

"khŭft ... izvinete sŭr, ne mozhem da spasim zhivota na dyado vi"(huft...maaf pak nyawa kakek anda sudah tidak bisa lagi kami selamatkan)

degh....hanya rasa itulah yang mampu menggambarkan perasaan yang ferza rasakan saat ini.

"j ... taka che m ... imam predvid doktor,dyado ... az ..."(j...jadi m...maksud dokter,kakek s...saya)kata itu disambut anggukan oleh dokter.akhirnya apa yang ferza takutkan saat ini terjadi,itu membuat ferza sedikit tertampar dengan keadaan seperti ini.

"apa yang ferza takutkan sudah terjadi dan saat ini gimana ferza akan memberi tau semua keluarga?"ferza sangat lemas untuk berdiri hingga ia meluruh kelantai bersamaan meluruhnya air mata yang ada dimatanya.sedangkan dokter dan suster menutup seluruh tubuh kakek krisna yang terlihat itu sebagai tanda bahwa kakek krisna sudah meninggal dunia.

"ferza....gimana sekarang kamu bakal beritau nenek dan mama kamu?"monolog ferza ditengah tangisnya "kalo memang kamu ingin beri tau,gimana keadaan mereka,terutama keadaan nenek kamu"

selalu bermonolog tiba-tiba telponnya berbunyi seperti biasa sudah pasti yang menelpon ferza adalah mamanya dan topiknya akan selalu sama menanyakan kabar kakek.hatinya,jantungnya,bahkan sampai ke paru-parunya semua bergetar hebat,karna ia ketakutan bagaimana menjelaskan keadaan kakeknya saat ini.sedikit lama ferza untuk mengangkat teleponnya,suara yang bergetar dan selalu menghirup lendir dihidungnya membuat mama dina terkejud plus kaget dengan keadaan anaknya.

"sayang kamu kenapa?nggak ada apa-apa kan?tapi kok suara kamu berat nak kali ini.ada apa cerita sama mama?"kaget mama dina yang langsung diucapkan dalam rentenan pertanyaaannya.

"ahh....nggak papa kok mah"alibinya dengan suara yang berat khas orang sehabis menangis hebat "eh...iya ngomong-ngomong ada apa ma kok telpon?"

"biasa lah nak ini soal keadaan kakek kamu.soalnya nenek nanyain terus gimana keadaan kakek kamu.kata nenek ia punya firasat yang nggak enak sama keadaan kakek kamu apalagi dia selalu keinget terus sama kakek kamu"dina menjelaskan apa yang ingin ia bicarakan pada ferza anaknya

'Apakah ini yang dinamakan ikatan cinta antara suami istri.karna seperti itu juga mama dulu merasakan saat papa meninggal'batin ferza yang meratapi akan firasat-firasat seorang istri ke suami.bagi ferza ini adalah hal yang menarik karna perasaan istri sangat menyatu bahkan ampuh untuk merasakan apa yang dirasakan suamimya.

"ferza sayang....nak....ferza..."panggil mama dina khawatir karna sedari tadi ferza hanya diam membisu "nak...."

"ah....ehm..i..iya ma ada apa?"tanya ferza gugup

"kamu ngelamun ya?emang lagi ngelamun apa sih sayang?"

"ah enggak ma"

"ehh iya gimana kabar kakek kamu?"

degh....inilah yang ferza takutkan pertanyaan itu diulang kembali oleh mamanya.bahkan dengan pertanyaan yang sama mampu membuat lidah ferza kaku atau keluh untuk mengucapkan kalimat sepatah dua patah.

"nak...gimana keadaan kakek?apa baik-baik aja?"

"ah...ehm...keadaan kakek ya ma?k...ka...kakek k...keadaanya.ehm...k...kakek k...kakek...-"

"nak kamu ini kenapa sih kayak orang ketakutan aja,ngomong pake gemeteran a..i..u..e..a..i kenapa hm?coba cerita kemama"

'gimana mau cerita,lidah aja kelu buat ngomong.ayo ferza...ayo kamu pasti bisa.'batin ferza menyemangati dirinya sendiri dengan setetes air mata kenangan papanya kembali terulang lagi terutama dengan perkataan papanya.

waktu itu ferza sedang berusia 10tahun dan artinya ferza masih sekolah SD.hari selalu berganti hingga akhirnya ferza menghadapi ujian apalagi jadwalnya ujian matematika.

"aduh akukan belom belajar.aduhh gimana nihh?"ferza merutuki kebodohannya sendiri karna tidak ingin belajar untuk ujian matematika ini."ahh nyontek ajalah mending daripada dapet nilai jelek ntar malah dimarahin sama papa"

ferza melihat kesekililingnya dan matanya berhenti kecewek dibelakang bangkunya dan ferza tau kalau cewek itu adalah wanita yang sangat pintar dikelasnya.

"hust..hust..nanti contekin aku yak?"goda ferza,kecil cabe rawit huft...ferza...ferza."nggak mau"dingin cewek itu

"alah mai.pliss...plissssss ya ya contohin aku ya?"paksa ferza keteman ceweknya "nggak mau"kekeuh teman cewek ferza "alahai ayolah mai.kan maira anak yang baik dan tidak sombong nanti aku beliin sesuatu dehh yaa tapi contohin aku ya...."ferza memasang pupuy eyes berharap temannya mau membantunya"ya iya yaudah sana ntar guru ngeliat aku lagi yang kena omel"

"yeayy makasih maira yang cantik"setelah memuji maira karna mendapatkan contekan ferza langsung menghadap kedepan."hhhh.kalo gini aja baru muji,dari kemaren kemana aja bambang?"omel maira dibelakang ferza.

semua siswa fokus dengan kertas ujian masing-masing kecuali ferza yang sedari tadi gelisah entah gelisah karna tak kunjung mendapatkan contekan atau tak tau cara menjawab soal ujiannya. "hust...hustt mana udah belom?"tanya ferza meskipun wajahnya kedepan tapi bibirnya kebelakang. "belom.sabar"

5 menit berjalan waktu untuk ujian akan segera selesai tapi ferza tak menjawab satu soal ujian.karna ia sedang menunggu contekan dari temannya."hem..nih"kertas berwarna diberikan ke ferza dari teman ceweknya yang berada di belakang bangku.ferza sedikit lega karna ia bisa mengebut untuk menuliskan jwaban dikertas ujian tapi apa daya jika dalam kertas bewarna itu terdapat tulisan."mangkanya kalo udah tau mau ujian itu belajar bukan nyontek:)"tulisan itu membuat ferza kaget dan seketika ia melihat teman cewek dibelakangnya dengan tatapan elang.siapa tau kalau ferza memiliki tatapan elang yang mengerikan bahkan membuat bulu kuduk setiap orang berdiri?tapi yang dilirik dengan tatapan elang malah bersikap biasa dan itu mampu membuat ferza semakin kesal dengan temannya ini.sedikit lama hasil ujian akhirnya diberitaukan juga diwaktu inilah ferza takut jika nilainya buruk mungkin rasa takut ini akan menjalar hingga nanti waktunya pulang.

"ferza...."panggil bu guru "i...iya bu"

"ini nilai kamu"bu guru menyerahkan hasil kerja milik ferza ketika ferza sudah mendapatkan kertasnya betapa jedag..jedugnya jantung milik ferza.

bel untuk waktu pulang sudah berbunyi tapi rasa takut dalam diri ferza masih belom juga menghilang hingga ia sudah sampai dirumah,"aduh kenapa jedag jedug ya jantung ini?"monolog ferza saat merasakan jantungnya berdetak kencang."loh udah pulang sayang...sini tasnya teruss kamu ganti baju sama makan "iya ma"mungkin ferza lupa kalo kertas itu ada di dalam tasnya.

"tunggu ferza.mama dengar kalo jari ini kamu ulangan terus mana hasilnya?pasti nilai kamu bagus"girang mama dina."hah?ulangan?ah..i..iya ferza tadi ulangan t...tapi kertasnya masih di g..guru ma.haha i..ya masih diguru"kata ferza setengah mati gugupnya.

Hari telah berganti menjadi malam sedikit ada rasa ketenangan didiri ferza,namun ada seorang yang mengetuk pintu kamarnya.

"masukkkk"teriak ferza dari dalam.knop pintu terbuka dan menampilkan papanya yang tegas berdiri diambang pintu kamar ferza.

"sayangg...papa boleh tanya nggak sama kamu?"

"b...boleh pa e...emang mau nanya apa pa ke ferza?"

"kenapa ferza bohong sama mama?"

"b...bohong b...bohong soal apa ya?"

"udah jangan takut bilang aja kalo nilai kamu itu jelekkan?ini buktinya dan kamu tadi sempat berbohong dengan mama kamu kan?jangan kaget mama sudah jelasin semuanya ke papa"

"i...iya pa maaf.ferza minta maaf"raut wajah ferza sangat ketakutan bahkan matanya saat ini ingin mengeluarkan air mata "udah udah nggak papa yang pentung jangan diulangi lagi ya sayang?.dan dengar kata papa.jangan takut untuk berbicara jujur kepada siapapun meskipun kabar itu buruk atau baik tapi kamu harus tetap jujur dalam memberitau info apapun dan soal apapun jangan pernah sekali kali kamu berbohong karna jika kamu berbohong maka pada akhirnya orang uang tau kebohonganmu akan lebih kecewa dari kata jujurmu."nasehat papa arendra panjang lebar "iya pa ferza minta maaf sama papa,sama mama juga.ferza janji ferza nggak bakal ngulangi kesalahan ini lagi"

"hm.papa percaya sama kamu sayang"

"j..jadi papa nggak marah sama ferza?"

"marah?harus marah kenapa?ohh atau kamu mau papa marah?"

"hah? ah ya enggaklah pa masaka iya ferza mau papa marah sih"

tawa mereka akhirnya pecah didalam kamar ferza.

tes....tes...tes....tiga tetesan air mata jatuh tanpa henti bahkan sudah tersambung oleh air mata yang lain. setiap kenangan yang dulu pernah ferza lakukan bersama papanya itu membuat ferza sesak,hatinya dan bahunya seakan ditumpu oleh beban yang berat mungkin berton-ton.fokus dengan kenangannya dulu,ferza hampir tidak fokus dengan teleponnya.

"sayang gimana keadaan kakek?tolong beritau mama.jangan buat mama sama nenek khawatir deh"

'gimana nih jujur atau enggak?'

"k...keadaan k...kakek ehm...ehmm k..keadaan k...kakek ehm...ehmm"

"sayang....beritau mama ada apa sebenarnya?jangan buat mama semakin khawatir gini"

'kamu harus jujur za jangan berbohong,ingat kata papa kamu lebih berat penyesalan seseorang ketika ia tau kebohongan kita.ayo za jujur,terima saja resikonya nanti lebih baik sekarang kamu jujur saja'batin ferza menyemangati "k...keadaan k...kakek ehm k...keadaan k...kakek k...-"

"izvinete, sŭr. Tyaloto vednaga shte bŭde dostaveno vkŭshti ili kakvo?"tiba-tiba suster datang dan langsung menanyakan hal itu (permisi pak,mayatnya ini langsung dibawa pulang atau bagaimana?)

"ferza jujur sama mama gimana keadaan kakek kamu?apa yang dikatakan orang tadi itu orang lain kan?"tanya mama dina sedikit berteriak

"i...iya ma a..apa yang dikatakan o...orang tadi itu benar.i..itu adalah k...ka...kakek ma"

"hah apa?"teriak kaget mama dina,disuara telepon ferza terdengar ada suara barang yang jatuh.itu membuat ferza takut sekaligus terkejud.

"ma...hallo ma... hallo ma"panggil ferza namun sama sekali tidak ada jawaban yang ada hanyalah keributan suara,tak ingin mendengar ferza memutus teleponnya secara sepihak.

"emm ... molya, prosto pŭrvo go priberete vkŭshti"kata ferza tersenyum meskipun berat bagi ferza untuk melihatkan senyumnya tapi ia harus paksa agar tak ada keadaan yang semakin parah(emm...tolong dibawa pulang aja dulu ya)

"o, dobre sur"(oh,baik pak).

akhirnya suster itu membawa almarhum kakek krisna kedalam ambulans untuk dibawa pulang kerumah entah apa yang akan terjadi dirumah nantinya dan ferza harus siap dengan segala resikonya bahkan jika ia harus dipertanyai berbagai hal.dan ferza berharap agar air mata tak kembali untuk berkata dan bersaksi lagi,semoga kali ini saja air matanya tak kambali luruh bersamaan kata kata yang keluar.tak ada kembali bayangan yang mungkin memancing air mata untuk keluar,capek sungguh capek ferza mengalirkan air mata selalu.

"ti zashto? kakvo ne e nared? ima li problem?"kaget nenek farah karna ia mendengar suatu benda yang jatuh,namun yang ditanyai hanya bisa menangis,menangis dan menangis itu membuat nenek farah semakin khawatir dan panik melihat emnantunya menangis tersedu seperti ini.(kamu kenapa?ada apa?apa ada masalah?)

"kakvo ne e nared?"(ada apa?)

"Baba ... dyado dyado dyado bolen .... bolen ... bolen ... dyado"kata mama dina disela isak tangisnya(nek...kakek nek kakek hiks...hiks...hiks...kakek)

"Kakvo ne e nared s dyado? Nadyavam se tova, koeto baba se strakhuva da ne se sluchi"(ada apa dengan kakek?semoga saja apa yang nenek takutkan tidak terjadi)

"Th ... no tova, ot koeto baba ... se strakhuvashe, se sluchi"(t...tapi apa yang nenek t...takutkan sudah terjadi)

degh...itu membuat nenek farah menagis bahkan tak yakin dengan ucapan menantunya sebelum jenazah kakek krisna dibawa pulang nenek farah tidak akan pernah percaya dengan perkataan menantunya.tubuh nenek farah sempoyongan ia mencari pegangan kursi dengan perlahan ia luruh kelantai dan tangisnya semakin menjadi-jadi.

"Ne. Tryabva da lŭzhesh. Tryabva da lŭzhesh ..."diakhir kalimat nenek farah sedikit berteriak itu membuat dina sebagai menantunya kaget(enggak.kamu pasti bohong.KAMU PASTI BOHONG).

mereka berdua hanya bisa menangis,menangis,dan menangis.hingga ambulans datang dengan segera mereka berdua menghampiri ambulans itu dan turunlah dua suster laki-laki bahkan ferza ikut bersamanya.ferza menghampiri dua wanita yang ada dihadapannya,terlihat tegar meskipun berat bagi ferza menampilkannya apalagi melihat sensu yang ada diwajah mereka berdua,ironis seharusnya yang ferza bawa adalah kakeknya dengan kesembuhan bukan malah membawa kakeknya dengan jasadnya saja.tak sesuai dengan apa yang mereka harapkan.

"ferza kenapa kakek bisa seperti ini?"tangis mama dina ingin kembali pecah namun rupanya ia tahan"maaf ya mah ferza tidak bisa menjaga kakek dengan sekuat tenaga"hanya kata maaflah yang mampu keluar dari mulut ferza selain itu tidak bisa ia keluarkan lagi.

"Izvinyavaĭ babo Ferza, ne moga da se grizha za dyado"(maaf ya nek ferza nggak bisa jagain kakek).

jenazah akhirnya dikuburkan dengan layak karna sebenarnya keluarga arendra berasal dari keluarga islam.maka dari itu kakek krisna hanya dipakaikan kain putih dan dikubur.