Pesta dansa masih berlangsung. Lagu romantis masih bergema, beberapa pasangan pun masih berdansa dengan tenang, menikmati pesta bersama orang yang mereka sayangi.
Berbeda dengan Asya yang sebisa mungkin tak berkontak mata langsung dengan Sean. Lelaki itu menatapnya begitu dalam, entahlah mungkin Sean terlalu menghayati agar bisa membuat Lathia cemburu padanya.
"Hey, lihat! Pasangan itu cocok sekali! Siapa mereka?" tanya salah seorang lelaki yang kini menyaksikan dansa setelah ia dan pasangannya memilih untuk beristirahat.
"Dia Sean. Kamu tak tahu? Dia adiknya Crish! Dan dia itu pacarnya!" jawab tamu lain sembari melirik ke arah Asya.
"Cantik sekali. Mereka sangat serasi!" seru yang lain.
Alma yang saat itu tengah sibuk menyajikan jamuan untuk para tamu, tak sengaja mendengar percakapan itu. Sebagai orang yang bekerja di rumah ini lumayan lama, Alma cukup mengenal bagaimana latar belakang dan sifat penghuni rumah besar ini. Meskipun tak begitu detail karena Alma tahu ia juga harus memiliki batasan sebagai orang yang statusnya hanyalah pelayan.
Seingat Alma, Sean belum pernah membawa gadis mana pun untuk datang ke rumahnya. Dan setaunya selama ini Sean juga fokus dengan pendidikan. Namun barusan, desas desus bahwa Sean tengah berdansa dengan seorang gadis yang merupakan pacarnya membuat Alma penasaran.
Sembari membawa beberapa dessert segar, wanita berumur itu mulai melangkah ke depan, berusaha mencari jalan yang sekiranya tak akan menggangu berjalannya kenyamanan pesta.
"Silahkan dinikmati jamuannya," ujar Alma sembari menyusun beberapa dessert itu ke atas meja yang tengah dihampiri beberapa tamu, para tamu itu melayangkan senyuman pada Alma. Alma kemudian menuju meja selanjutnya yang sangat dekat dengan area dansa, hingga saat wanita itu selesai, Alma melirik ke arah para pasangan yang tengah berpesta.
Alma tersenyum saat melihat Sean tengah berdansa, akhirnya anak lelaki itu mulai dewasa dan telah memiliki pasangan. Namun, saat Alma melirik ke arah gadis yang tengah berdansa dengan Sean, refleks senyum yang sempat melengkung di wajahnya perlahan turun. Tatapan Alma melebar, jantungnya terasa berhenti berdetak saat Alma menyadari dan mengenali siapa gadis yang tengah bersama Sean.
Gadis itu ... Asya!
PRANKK!!
Tanpa sadar, tenaga Alma terasa menghilang, nampan yang ia bawa jatuh ke lantai, menyebabkan gelas berisi jus dan dessert-nya pecah hingga mengotori karpet.
Alma terlarut dalam rasa keterkejutannya, seolah tak menyangka dengan seorang gadis yang beberapa meter tengah berdansa dengan Sean. Hingga Alma langsung tersentak, ia tersadar dari lamunan saat mendengar suara gelas pecah. Dan saat itu juga, semua orang yang ada di sana langsung melirik ke arah sumber suara, semua mendadak senyap, termasuk alunan musik yang ikut dimatikan.
Alma gemetar, melihat berpuluh-puluh pasang mata melirik ke arahnya, dengan cepat Alma duduk dan langsung membersihkan lantai yang sudah ternoda oleh pecahan kaca. "Maafkan saya," ujar Alma, tangannya masih bergetar, bahkan Alma tak menghiraukan tangannya yang tak sengaja tertusuk pecahan gelas.
Setelah itu, Alma berdiri sembari menunduk. "Maafkan saya," ujarnya lagi. Kemudian Alma berjalan meninggalkan area pesta dengan langkah tergesa.
Sementara itu, para tamu mulai berbisik.
"Ada apa dengan pelayan tadi?"
"Benar-benar merusak pesta!"
"Harusnya Tuan Arman tak boleh mengizinkan pelayan lalai seperti itu untuk melayani para tamu di pesta!"
Asya mematung, memandang jejak kepergian Alma yang ditelan oleh jarak. Gadis itu ingat sekali tatapan Alma sesaat sebelum pergi, tatapannya mengarah pada Asya. Tatapan dingin Alma yang sebelumnya belum pernah Asya terima.
"Kenapa kau melamun? Lanjutkan dansanya, Lathia tadi terpancing dengan kita," ujar Sean. Namun lelaki itu merasa aneh dengan tatapan Asya yang terus terpaku. "Sudah jangan pedulikan pelayan tadi, apa kau lupa dengan perjanjian kita?" tekan Sean berusaha menyadarkan Asya.
Asya langsung melepaskan tangannya dari Sean, gadis itu langsung menunduk dengan raut wajah yang sulit ditebak. Asya memikirkan sesuatu, bagaimana jika Alma marah karena memergoki Asya telah berdansa dengan Sean? Mendadak, perasaan gadis itu tak enak.
"Hey, kau dengar? Apa kau tuli?" tanya Sean lagi, tapi tak kunjung mendapatkan respon dari Asya.
Hingga akhirnya, Asya memilih untuk beranjak dari sana, menjauhi Sean dan berusaha menerobos kerumunan tamu yang memenuhi area ruangan.
"Hey! Tu—" Sean hendak berteriak, namun ia sadar akan keadaan sekarang, bisa bisa ia menjadi pusat perhatian.
"Ada apa, Sean?" tanya Crish tiba-tiba sembari menepuk pundak adiknya itu. "Lia, 'kan, namanya? Kenapa dia pergi?"
"Dia ... Ada urusan dengan keluarganya, mendadak," jawab Sean.
"Oh, benarkah?" Lathia tiba-tiba menimbrung. Ia mendekat ke arah mereka berdua sembari menggandeng lengan Crish. "Jika kamu sungguh pacarnya, harusnya kamu mengantarnya ke rumahnya, Sean. Apalagi dia seorang gadis, apa kamu tega membiarkan gadis itu pulang sendirian di malam hari? Bagaimana kalau terjadi apa-apa dengannya?" tanya Lathia memancing.
Sean melirik ke arah gadis itu. Sial, Lathia nampaknya tengah memamerkan kemesraan dengan Crish, apa Lathia sengaja memanas manasinya? Sean hanya berdesis sebal dalam hati, ia cemburu. Dengan cepat lelaki itu beranjak dari sama untuk menyusul langkah Asya.
Di sisi lain, Asya masih berusaha menerobos para tamu. Beberapa di antaranya tak sengaja Asya tabrak, para tamu menatap Asya dengan tatapan risih dan melayangkan protes. Namun, Asya tak peduli, gadis itu tetap melangkah cepat, menyusul ibunya.
Gaun dan sepatu high heels membuat Asya kesulitan dalam melangkah, hingga saat Asya berhasil keluar dari rumah itu, Asya tak sengaja menuruni pijakan teras yang salah. Gadis itu langsung tergelincir dan lututnya terbentur keras ke atas lantai.
Duk!
"Aw!" Asya meringis saat merasakan lututnya ngilu dan perih. Ia lalu bangkit sembari melepas high heelsnya, selanjutnya ia melemparkan benda itu ke udara, tak tahu mendaratnya ke mana. Asya gak peduli.
Asya berlari dengan cepat menyebrangi halaman luas itu, dan sampai di depan area pelayan yang kini pintunya terbuka begitu saja. Asya berusaha menetralkan nafasnya yang terengah, Asya yakin bahwa Alma sudah masuk ke sana. Dengan cepat, Asya masuk.
"Ma! Mama ada di sini, 'kan?" tanya Asya cukup kencang.
"Asya!" panggil Alma, sontak Asya melirik ke arah sumber suara.
Asya langsung tersenyum lega saat melihat keberadaan Alma. "Mama! Mama tak apa-apa? Tadi aku lihat tangan Mama terluka. Ayo, obati, aku takut lukanya nanti infeksi! Asya sungguh khawatir karena—"
"Asya," potong Alma cepat dengan wajah dan nada dingin, hal itu membuat Asya langsung membatu.
PLAK!
Telapak tangan Alma mendarat tepat di pipi kanan Asya, membuat wajah Asya berpaling ke samping, manik Asya terbelalak dengan degup jantung yang terasa berhenti berdetak.
Apa yang Alma barusan? Apa Alma menampar Asya?! Tolong katakan bahwa ini mimpi!
"Apa yang telah kau lakukan bersama Tuan Sean, Asyara!?"
***
~Bersambung~