Bik...mana sarapan nya?" Suara Bu rena terdengar di ruang makan pagi itu.
"Ini buk" bibik membawa nasi goreng dengan telur mata sapi di piring.
"Makasih bi" senyum Bu rena.
Pagi itu Bu rena sudah di meja makan, dengan sepiring nasi goreng di hadapannya.
"Pagi mi" Lea mencium pipi Bu rena.
"Mm..pagi sayang, tumben kamu cepat"
"Hehe...Lea lapar mi" senyum nya sambil mengambil piring dan mengisinya dengan nasi goreng.
"Brangkat jam brapa kamu?"
"Nanti ajalah jam 9, Lea juga belum mandi"
"Jorokk" Bu rena mengejek Lea yang asik dengan nasi goreng dan telur mata sapi di piringnya.
Setelah selesai sarapan Lea kembali ke kamarnya.
Bersiap untuk kerja hari itu.
Sambil sesekali bernyanyi sambil merapikan pakaiannya Lea terlihat bahagia.
"Pagi" Lea menyapa beberapa orang yang berpapasan dengannya.
"Pagi Lea" senyum Criss manis saat melihat Lea memasuki lantai 10 itu.
"Haii Criss" senyum Lea.
"Pagi amat datang nya"
"Ia nih, hari ini kerjaan banyak, udah di tumpuk berapa hari" senyum Lea.
"Tante apa kabar?"
"Mami baik, kapan main ke rumah pasti mami senang ada teman cerita"
"Kapan-kapan deh, kerjaan kami juga numpuk nih"
"Ia yak, hari ini banyak pemotretan?"
"Lumayan lah, ada pemotretan pasangan sama keluarga"
"Ok deh, slamat kerja" Lea menunjukkan senyumnya lagi.
Lea yang sibuk dengan pekerjaan sesekali menyeruput kopi yang ada di mejanya.
Hari itu dia sangat sibuk, saat fokus terlihat Sea memasuki ruang kerjanya dengan seorang kurir laki-laki.
Tok tok tok.
"Masuk" jawab Lea dari dalam ruang kerja.
"Pagi buk, saya mau antar bunga ini" kurir paruh baya itu tersenyum sambil memegang buket bunga mawar merah yang besar.
"Saya gak ada pesan bunga pak" Lea berdiri dengan wajah heran.
"Ia buk ini ada yang pesan di suruh antar ke sini"
"Siapa pak?" Lea mengerutkan dahinya.
"Ini ada surat dari pengirimnya bu, saya letakkan di sini ya buk" bapak kurir itu meletakkan di atas meja.
"Makasih pak" Senyum Lea.
"Sama-sama buk, saya permisi" kurir itu melangkah meninggalkan ruangan kerja Lea.
"Siapa sih yang ngirim ginian" Lea melihat ke arah Sea.
"Penggemar kali" Sea tertawa lalu menutup pintu.
Lea yang bigung membuka amplop berwarna merah, dengan wajah heran dia melihat nama di sana.
Slamat pagi Lea
Aku harapa kamu suka dengan buket bunga ini.
Dari: Xander.
"Haaa...siapa lagi ini Tuhan" Lea meremas kertas yang di kirim oleh Xander dan melemparkan ke tempat sampah di dekatnya.
Lea kembali duduk di kursinya, dia tidak perduli dengan bunga yang di kirim Xander itu.
**
"Siapa bapak itu?" Fio yang keluar dari Lift mendekati meja kerja Sea.
"Kurir nganter Bunga"
"Bunga??"
"Ia, tuh si bos dapat bunga gede" Sea tersenyum sambil mengangkat alis tebalnya.
"Dari siapa?" Fio lebih mendekatkan tubuhnya ke arah Sea.
"Gak tau tuh!"
"Oh..yaudah deh" Fio melangkah ke meja kerjanya sambil berpikir keras siapa pengirim bunga itu.
Ruang pemotretan itu sangat sibuk, Gery mengambil kendali Fio saat itu.
Fio hanya melihat dari jauh sambil bercerita dengan Criss.
"Lea dapat buket bunga gede, kira-kira dari siapa ya?" Fio bertanya pada Criss.
"Serius? Kok aku ga lihat" Criss sedikit tidak percaya.
"Baru kali ini aku lihat ada yang kasih bunga ke Lea" Fio terlihat cemburu.
"Mmm..mungkin dari Xander, soalnya cuma dia yang kelihatannya lagi mau dekatin si bos" Criss menebak.
"Apa mungkin ya" Fio dengan wajah sendunya melihat ke arah Criss.
"Hahha...gitu aja, besok kamu tinggal kasih bunga yang lain"
"Apaan sih" Fio mengelak.
Mereka terlihat tertawa mengejek satu sama lain.
Di tengah hiruk pikuk ruangan itu, Fio masih dengan tanda tanya apakah Lea sudah memiliki tambatan hati yang lain.
"Istirahat dulu" Gery berteriak tanda istirahat.
"Ayok..makan siang dulu" Criss menarik tangan Fio yang masih melamun.
"Ahh..ayok" Fio mengikuti langkah Criss.
"Criss mau makan apa nih?" Dea mendekat ke arah Criss dan Fio yang berjalan santai.
" apa aja deh" Criss menjawab singkat.
"Tunggu aku Dea" Mira berteriak ke arah Dea yang sudah menjauh.
"Cepat- cepat" Dea memghentikan langkahnya menunggu Mira.
Meja itu terlihat penuh, ada Criss, Fio, Dea, Mira, Sisi, Gery di sana. mereka sengaja mengambil meja yang lumayan besar agar bisa makan bersama.
"Heii Lea sini" Criss melambaikan tangan ke arah Lea yang melihat-lihat meja kosong.
"Sini sini" Dea ikut memanggil.
Lea mengangguk pelan dan mengambil langkah ke arah meja tempat teman-temannya itu.
Tersisa 2 kursi kosong di sana, Lea duduk di kursi kosong di samping Mira yang terdapat kursi kosong di sampingnya.
"Dengar-dengar buk bos dapat buket bunga gede hari ini" Criss tersenyum ke arah Lea.
"Ahh itu" Lea tersenyum sambil menyeruput jus kesukaan nya.
"Dari siapa buk bos? Penasaran deh" Dea terlihat melirik Lea dengan wajah ingin tau.
"Bukan dari siapa-siapa"
"Siapa sihh buk bos??" Gery ikut ingin tau.
"Cuma dari teman kok" Senyum Lea lagi.
"Teman yang mana nih" Criss berkata penuh selidik lagi.
"Ahhh udah udah makan" Lea tertawa.
"Haii Lea, boleh aku duduk"
"Duduk" Lea memjawab ketus ke arah Xander yang datang entah dari mana.
Seisi meja melihat penuh tanda tanya, ada apa laki-laki itu datang ke gedung Fashion itu.
"Kamu suka bunga nya Lea?"
"Aaa...kamu yang kirim" Criss melihat ke arah Xander yang terus melihat Lea.
"Ia aku yang kirim" Xander tersenyum ke semua anggota meja itu.
"Itu pertama dan ku harap juga terakhir" Lea terdengar serius.
"Kenapa? Kamu ga suka mawar merah? Kamu suka bunga apa?" Xander bertanya pada Lea.
"Bukan bunga nya, tapi kamu" Jawab Lea.
Seisi meja terlihat menutup mulut menahan tawa mendengar ucapan Lea barusan.
"Kenapa? Aku kaya, ganteng, juga terkenal" Xander membanggakan dirinya.
"Yahh karna itu aku tidak menyukai mu" Lea kembali mengatakan hal yang membuat penghuni meja menutup mulut.
"Sudahlah, kalau tidak suka jangan di paksa" Fio menyela pembicaraan.
" kenapa Fio? Bukannya Lea juga gak suka sama kamu" Xander tersenyum mengejek.
"Sudah sudah, lanjut makannya" Lea meletakkan sendoknya ke piring dan melangkah pergi.
"Lea tunggu"
"Udah broo jangan ganggu bos kami" Criss menahan Xander dengan tanggannya agar duduk kembali.
"Ia, kalau bos kami gak suka gak usah di ganggu" Dea tersenyum.
"Ahh..kalian ini sok tau" Xander memukul meja dan pergi dari tempat itu.
Terlihat wajah bahagia di wajah mereka, melihat Xander yang kesal dengan jawaban Lea maupun dengan kata-kata mereka barusan.
Rasa lapar Lea belum hilang, dia masuk ke kantornya dan memesan beberapa masakan dari luar kantor untuk di makan.
Rasa kesalnya pada Xander membuat rasa laparnya semakin besar.
kenapa mata mu tidak pernah melihat ku, padahal aku tidak bisa berpaling sedikitpun dari mu.