webnovel

Moodboster

Seorang gadis polos yang pertama kali merasakan cinta. Terjebak rasa kagum pada teman sekelasnya selama tiga tahun dan berhasil move on karna kehadiran seorang ketua futsal yang tak lama langsung tersingkirkan akibat kehadiran seorang ketua basket. Perjalanannya mencari sesosok moodboster malah terjebak kejalan yang salah dan menjadi budak cinta. Rela mengorbankan semua yang ia punya demi seseorang yang ia anggap sebagai moodboster tapi nyatanya hanya seorang moodbreaker. Terlepas dari cinta yang membudakkan dirinya, ia fikir ceritanya akan selesai. Namun nyatanya semakin rumit karna kisah cinta segitiga dengan kedua sahabat lelakinya, sang mantan gebetan dan sang ketua futsal. "Selamat datang perjuangan yang berakhir pengorbanan"~Farel Ibrahim.

Lailanra · 若者
レビュー数が足りません
15 Chs

Yang Keempat

Sesampainya dilapangan mereka segera melakukan apa yang dikatakan Bu Ria. Mereka berdiri didepan tiang bendera dengan posisi hormat. Disekeliling lapangan, terlihat banyak anak-anak kelas lain sedang mengikuti pelajaran olahraga dan terkadang memperhatikan mereka berdua yang tengah dihukum.

Ditengah itu, Fahri mulai bergurau dengan Alsa. Entah lah, setiap Fahri berbicara dengan Alsa, jantung Alsa selalu berdegup kencang. Walaupun cuma satu huruf saja yang dikatakan Fahri ke Alsa itu tetap saja membuat hati Alsa seakan terbang.

"Lo ketua kelas masa bisa dateng telat sih?" tanya Fahri yang masih dengan posisi hormat bendera. 

"Gue telat bangun tadi pagi. Mana gue belum sarapan." jawab Alsa.

Fahri hanya ber oh ria.

"Mmm... Lo sendiri?" tanya Alsa.

"Sama gue juga kesiangan. Ehhh sama ya?,  jangan-jangan kita joooo..."

"Doh. Jodoh jodoh jodoh. Aaaaaaa Fahri mau bilang jodoh sama gue." ucapnya dalam hati yang riang.

"MBLO!. Bhahaa kita jomblo." timpal Fahri.

Raut muka Alsa yang tadinya menahan senyum langsung berubah jadi muka datar.

"Haha iya iya jomblo." jawab Alsa dengan nada tawa yang tak ikhlas.

"Haduu.. Gue dibaperin lagi." timpal Alsa dalam hati.

Sementara dikelas pelajaran dimulai dengan sangat tenang. Kalya yang biasanya mengoceh kini hanya bisa terdiam karna teman sebangkunya harus menjalankan hukuman yang diberikan guru.

"Permisi, gue boleh duduk sini sebentar jam pelajaran ini aja. Mata gue kurang jelas ngeliatnya kalo dibelakang." ucap Vian yang ingin duduk di bangkunya Alsa tepat disampingnya bangku yang Kalya duduki.

"Oh, yaudah boleh." ucap Kalya datar.

Sementara seisi kelas merasa iri dengan Kalya yang bisa berkesempatan duduk sebangku dengan anak baru yang sangat tampan itu.

"Nama lo siapa?" tanya Vian basa-basi.

"Panggil aja gue Kalya. Bukan Kayla ya, tapi Kalya." ucap Kalya.

"Lucu juga. Oh ya boleh minta kontak line?"

"Boleh." Kalya langsung menulis id line dan memberikannya ke Vian.

"Nanti gue masukin grup kelas sama grup sekolah, join ya." lanjut Kalya.

"Okee."

Jam pelajaran Bu Ria pun sudah selesai dan kini jam istirahat telah tiba. Fahri dan Alsa pun sudah kembali kekelas.

Di jam istirahat sperti ini, sebagian besar anak-anak langsung menuju ke kantin. Sementara Alsa yang masih terlihat kelelahan setelah menjalani hukumannya tadi, hanya berdiam dikelas sambil menghilangkan rasa lelahnya. Dikelas pun hanya tersisa beberapa murid termasuk Alsa dan Farel.

Sejak kejadian kemarin, Farel berubah jadi sosok pribadi yang lebih pemdiam dari sebelumnya.

Farel pov :

Gue emang salah satu most wanted di kelas bahkan satu sekolahan ini. Cuma satu kekurangan gue, gue hidup dengan sifat urakan yang teramat sangat.

Gue adalah incaran para siswi di luaran sana. Sehingga mantan gue pun ga terhitung. Tapi dari semua mantan gue, gue sama sekali ga pernah jatuh cinta dengan salah satunya. Yaa bahkan dari sebagian besar, mantan gue yang nembak gue dan pasti berakhir dengan gue yang mutusin.

Walaupun menurut mata orang-orang sifat gue playboy yang sering gonta ganti pacar, tapi dari awal gue hidup di dunia ini gue cuma jatuh cinta sama satu cewe yang belum gue dapetin sampe sekarang.

Autor pov :

Alsa masih terdiam dengan posisi duduk di bangku kelas. Tiba-tiba Farel datang menghampiri Alsa. Entah apa tujuannya yang jelas setelah Farel sudah ada di samping tempat duduk Alsa. Farel hanya terdiam dengan posisi yang sama seperti Alsa.

"Cieee yang tadi habis dihukum barengan sama gebetan." gurau Farel meledek Alsa.

"Apa sih." ujar Alsa yang terlihat jutek karna musuh terbesarnya yang sedang bersikap SKSD dengannya.

"Jangan marah mulu, nanti cantiknya luntur." goda Farel.

"Apa??"

"Ehhh sorry, maksudnya jangan marah mulu nanti lipstik lo luntur." timpal Farel.

"Ngga jelas, mending lo jauh-jauh dari gue deh".

Alsa begitu jutek menghadapi Farel karna Alsa masih geram dengan perilaku yang dilakukan Farel ke Kalya kemarin.

"Yaudah sihh Fah-riii!!" setelah itu Farel langsung berjalan keluar kelas.

"Ihh Farel-,."

Sebetulnya perasaan Alsa selalu geram setiap ada yang menggodanya dengan menyebut nama "Fahri" karna itu yang membuatnya selalu gagal move on. Tapi hati nya tidak bisa berbohong. Hatinya selalu berbunga-bunga setiap mendengar kata "Fahri".

Karna sejak pertama Alsa masuk sekolah itu, cuma Fahri yang membuat mata Alsa selalu tertuju kepadanya. Dan semenjak seisi kelas tau kalau Alsa pernah dekat dengan Fahri dan suka dengan Fahri, mereka berdua sering dibilang cocok karna wajahnya yang katanya mirip. Muka mereka sama-sama cute.

Dan waktu kelas 10 pun mereka sering dipasangkan sebagai model fashion show disekolah. Itu lah yang membuat Alsa benar-benar susah move on. Seperti yang pernah Alsa bilang,

" Mantan gebetan lebih susah buat move on dari pada mantan pacar. Karna kalau mantan gebetan kita masih penasaran untuk ngedapetinnya. Semantara mantan pacar, itu udah pernah kita miliki dan udah ada kata putus. Putus berarti sudah berakhir harapan yang kita miliki"

     ⚪⚪⚪⚪⚪

Setelah jam sekolah selesai, Alsa kembali kerumahnya. Disaat itu Alsa pulang hanya seorang diri dikarenakan Kalya yang biasa menemaninya sedang ada kegiatan kelompok jadi tidak bisa menemani Alsa siang ini.

"Assalamualaikum." ucap Alsa ketika sampai dirumah.

"Waalaikumsalam." jawab Adik Alsa bernama Azam.

Alsa melepas sepatunya dan segera naik untuk masuk kekamarnya. Tapi baru setengah anak tangga yang Alsa naiki, Azam meledeknya.

"Cieee kakak punya pacar yaa. Nih kak dari pacarnya." Azam menyodorkan suatu barang. Itu terlihat seperti satu tangkai kawar merah yang batangnya menempel di suatu kotak berwarna pink dan diikat dengan pita pink diatasnya.

"Pacar?. Ini dari siapa dek??" Alsa menghampiri Azam.

"Iya pacar kakak. Tadi ada cowo pake celana SMA terus pake jaket levis, pake topi naik motor gede dia kesini. Terus ngasih ini, sekitar beberapa menit yang lalu sebelum kakak pulang lah".

"Orangnya kaya gimana dek?." tanya Alsa yang makin penasaran.

"Ganteng banget kak orang nya. Tapi aku ngga terlalu hafal mukanya, soalnya aku tadi nerima barangnya sambil main HP".

Alsa langsung naik dan menuju kekamarnya.

"Kakk Asaaa!!!! kalo kotaknya isinya coklat, buat akuu yaa kak!!. Kakak jangan makan nanti gendut terus jadi jelekk!!!" ucap Azam dari lantai satu dengan suara yang memenuhi ruangan dan membuat kuping Alsa terbakar.

"Iyaaaa bawell." sahut Alsa dari dalam kamar.

"Kakak Alsa jangan gitu sama ade!!" ucap Bunda Alsa.

"Maaf bun".

Sesampainnya Alsa dikamar, ia langsung menjatuhkan tubuhnya dikasur. Alsa benar-benar sangat lelah sekali hari ini. Ia tidak peduli dengan kondisinya sekarang yang masih menggunakan seragam dan tas sekolah yang masih menempel di tubuhnya. Yang terpenting Alsa ingin sekali menghilangkan rasa lelahnya itu.

Alsa langsung teringat tentang kotak yang berada di tangannya itu. Kira-kira siapa yang mengirimkan kotak itu.

Alsa menatap heran kotak tersebut dan mulai membuka kotak itu. Didalamnya hanya ada selembar kertas kecil yang isinya hanya sebuah gambar love yang terdapat huruf F dan sebuah gelang pink. Tak lupa, diluarnya pun terdapat satu tangkai bunga mawar merah.

Ini sangat membingungkan, siapa kira kira orang yang mengirimkan ini semua?. Apakah teman sekolah Alsa atau mungkin pengagum rahasia Alsa. Entah siapa orang yang mengirimkan itu, Alsa hanya menerimanya dengan senang hati dan tidak terlalu memikirkannya.