webnovel

Merona

Suara motor memasuki kawasan sekolah membuat orang disekitarnya berteriak histeris seakan melihat sesuatu yang membuat mereka takjub, terlihat sekumpulan laki laki memasuki koridor sekolah dengan fino yang jalan didepan.

"Kak fino mukanya kenapa"tanya seorang siswi

"Halo cantik kok gak nanyain aku juga?".Ujar dikta sambil cemberut

"Dih ogah banget,Kak fino berantem ya?".tanya siswi lainnya ke fino

"Mampus dikacangin lo". Dengan lantangnya erwin berteriak

"Sialan lo". Dijitaknya jidat erwin sampai meringis kesakitan

"Sakit bego".Gerutu erwin yang hanya di balas gelak tawa yang lain

"Muka kak fino kalo ditutup hansaplast kaya gini malah makin ganteng".Bisik bisik siswi kepada temannya

Tidak ada satupun pertanyaan yang di jawab oleh fino dia hanya melewati para siswi.

Terlihat dari ujung koridor ada circle yang sangat terkenal disekolah dengan laura sebagai pemimpinnya

"Laura".teriak fino membuat laura mencari sumber suara

"Hay fino".Jawab laura sembari melambaikan tangan

Laura tersenyum manis bahkan pipinya merona merah seperti cherry karna bahagia yang sangat memuncak ini.

Laura candra putra anak pertama dari wisnu candra pemilik hotel bintang 5 dijakarta dan juga seorang pengusaha batubara. Kekayaan melimpah dan juga kecantikan wajah laura membuatnya dikagumi dan juga disegani diwaktu bersamaan.

Semua pria berusaha mendekati bahkan sampai memberikan hadiah dari brand terkenal untuk bisa menjadi pasangannya tapi itu tidak berguna karna dihati laura sudah ada fino pria yang dia kejar kejar selama 2 tahun masa sma nya sedangkan fino hanya menganggap laura sebagai teman tidak lebih.

"Lau ada yang mau gue omongin nanti ketemu di taman belakang sekolah pas istirahat".Tutur fino

"Oke fino".Sambil menyisipkan rambut ke belakang kupingnya rasanya muka laura sudah semakin merah seakan siap meledak kapan saja.

"Hai Angel".Sapa julian dengan senyuman yang siap membuat siapa saja meleleh ditempat. Sebenernya Angel memang menyukai julian liat dari segi manapun dia cukup tampan dan suara beratnya membuat angel salting setiap saat

hanya saja rasa gengsi dia mengalahkan segalanya apalagi rumor yang menyatakan bahwa julian playboy membuatnya makin enggan memiliki hubungan lebih.

"Berisik mending lo diem deh". Ketus angel sambil memalingkan wajahnya ketempat lain

"Jangan cuek gini dong nanti suka beneran tau rasa". Julian mulai meledek angel

"Kayak gak ada cowok lain aja". dengan posisi yang masih sama

Julian menggeser posisinya dan berdiri tepat di depan angel seketika angel menonggakan kepalanya

"Masa sih".Ledek julian dan merapikan surai rambut angel yang menutupi sebagian wajahnya

"Kasian tuh cewek sampe merah gitu mukanye".Erwin seketika menarik tas ransel julian yang membuat jarak antara dia dan angel, dan julian memberikan lambaian dan senyuman manisnya lagi

"Yuk cabut".Ucap fino singkat

Setelah Fino dan teman temannya sudah tidak terlihat seketika sekumpulan perempuan itu teriak histeris.

Apalagi angel yang masih terpaku hanya bengong ditempat seketika tersadar membuatnya berjongkok memedamkan muka karna rasa malu dan senang mengobrak abrik perasaannya. Setelah berapa saat dia kembali berdiri dan mengipas mukanya seakan kegerahan

"Kalo gw liat liat kayaknya fino mau nembak lo".tutur Angel

"Jangan kebanyakan berharap, kan kalian tau gimana fino. orangnya susah ditebak". Mulan menambahkan lalu meninggalkan mereka berdua

"Semangat oke ra". Angel yang tetap menyemangati sahabatnya itu dan dibalas senyuman oleh laura yang kembali menatap kaca di depannya

"gw cantik kok masa iya lo gak ada sama sekali ke gw".Ucapnya dalem hati

"Yuk ke kelas tuh anak malah ninggalin kita". Ditariknya tangan laura untuk bergegas ke kelas

Di lain tempat..

Terlihat guru sedang mengabsen kehadiran siswa dan kelas terlihat hening

"Luzi Erlangga". panggil seorang guru tapi tidak ada satupun yang menjawab kecuali karin

"Luzi izin pak katanya ada urusan diluar kota".tutur karin

Pagi ini karin dapat kabar dari Kak laura kalo uji harus izin sekolah dulu karna harus ikut om candra keluar kota tapi anehnya kenapa bukan kak laura yang ikut padahal hubungan uji dengan papahnya tidak sedekat itu. Hal itu membuat karin khawatir karna sedari pagi dia tidak bisa mengcontact sahabatnya itu.

Di taman belakang..

"Laura. sini".Ucap fino sembari menepuk kursi taman disampingnya

"Duduk sebelah gue aja lau".tutur fino membuat laura kembali merona

"Apa fino mau nembak gue ya".Ucap Laura dalam hati

"Mau ngomong apa fino?".tanya laura canggung

"Gw mau tanya adik lo luzi hari ini gak dateng kesekolah? soalnya gue cari cari gak ada".

Seakan tertampar oleh penuturan fino seketika raut wajah laura menjadi dingin dan senyumannya meluntur karna tidak suka fino sudah mengetahui rahasianya itu.

"Dia lagi ikut papah gue keluar kota".

"Yaudah gue titip salam aja buat cuzi bilangin thanks buat kemarin. Yaudah gue duluan ya".

Laura hanya bisa membatu ditempat dan emosi dia sudah memuncak seakan siap meledak kapan saja.

"Dasar cewek gak tau diri abis loh nanti ditangan gue".Ucap laura sembari berjalan kembali ke kelas dengan wajah kesal

Sesampainya dirumah...

"Bi. papah udah pulang belum?".tanya laura

"Tadi tuan nelepon katanya bilangin ke non laura kalo tuan bakal lembur hari ini".

Laura hanya membalas dengan senyuman licik dan tatapan penuh kebencian.

"Bi. laura mau ngobrol dulu sama luzi jangan diganggu ya".

"Iya. neng".Bibi siti sudah tau betul apa yang bakal menimpa Luzi nantinya tapi apalah daya dia hanya pembantu disini dan sedang membutuhkan uang untuk membiayai kehidupan ketiga anaknya dikampung

Laura bergegas ke kamar dan menguncinya dari dalam

"Bangun lo".Teriak laura sembari menarik rambut luzi dengan kasar

"Aduh. sakit kak".tuturku yang terpaksa harus duduk padahal kepalaku terasa sangat berat dan punggungku juga masih ngilu

"Lo deket sama fino".

"enggak kak".Jawabku jujur

"jujur lo. Terus kenapa fino bilang thanks ke lo".

"Kemarin aku bantuin dia pas lagi dikeroyok"

"Sok jadi pahlawan rupanya. Caper lo".Ucap laura sambil menarik tanganku, karna badanku yang lemas seketika aku terjatuh ke lantai

"Kak aku minta maaf".Ucapku pelan rasanya badanku begitu sakit untuk berdiri saja aku sudah tidak sanggup

"Kenapa lo gak mati aja luzi".Tutur kak laura sembari menyamai dudukku

Aku hanya bisa terdiam seakan seakan tertampar oleh ucapannya sekali lagi.

"Kenapa lo gak mati aja sih".Teriak kak laura yang secara tiba tiba saja mencekik leherku

"Mati aja lo cewek sialan". kak laura mencekikku dengan sangat kencang sedangkan aku hanya bisa memegangi tangan kak laura sembari menggelengkan kepala berharap bisa meraup udara sebanyak mungkin

"Sialan lo".Ucap kak laura melepaskan genggaman tangannya seketika aku mengambil nafas dengan rakus

"Kalo gua tau atau denger lo deket sama fino abis lo ditangan gue".Penjelasan laura sembari mengunci pintu kamarku dari luar

Hanya tinggal aku sendiri dikamar sekarang yang bisa aku lakukan hanya menangis dan berharap tuhan mengambil aku detik itu juga

"Ibu. Aku kangen".

Aku meringkuk dilantai dan memeluk lututku, rasanya remuk semua badanku dan memikirkan betapa lemahnya aku yang tidak bisa melawan.

"Nanti aku juga bisa bahagia kok".Ucapku disela tangisan yang pilu ini

Di lain tempat...

"Selamat malam pak wisnu. Saya membawakan kabar yang selama ini anda nantikan".Ucap doni sekretaris pribadi pak wisnu

"Silahkan teruskan". Tanpa menghentikan pergerakan tangannya yang sedang berkutat dengan bolpen juga setumpuk berkas.

"Perusahaan ternama di jakarta Aesta grup  menyetujui projek kerja sama dengan perusahaan kita lalu mereka mengundang bapak dan sekeluarga untuk datang kerumahnya untuk makan malam bersama".

Seketika wisnu menghentikan semua pekerjaanya dan memilih untuk menyimak perkataan dari asisten yang setia menemaninya selama 25 tahun masa karirnya.

"Kapan acaranya digelar?"

"Tanggal 1 pak perkiraan hari weekend agar anak anak juga bisa menghadiri acara"

"Saya ingin Laura memiliki hubungan dengan anaknya". wisnu tertawa puas

"Dengan cara begitu kekayaan bapak bisa bertambah pesat".Tutur doni

"Betul sekali doni".Wisnu sangat bahagia hari ini sampai dia tidak henti berterimakasih ke doni.

Kedua orang licik itu tertawa puas dan bergema diseluruh ruangan.