webnovel

Lampu redup di gedung tua

Pria dengan muka babyface dan dingin itu mulai menyelusuri setiap sudut sekolah mencari orang di maksud karin tadi, Hampir di seluruh tempat bahkan batang hidungnya pun tidak terlihat.

Pikirannya tertuju pada basecam mereka yang tidak terlalu jauh dari sekolah, Sembari meruntuki dirinya sendiri yang tiba tiba saja menjadi pelupa.

Suara ricuh terdengar nyaring dari rumah kecil dengan pekarangan penuh bunga dan rerumputan itu.

"Anjir gw kalah dong, Lu main curang ya". tunjuk erwin marah

"Gw ogah main ama ya gara gara ini, lu kalo kalah suka gak terima".Julian kembali menyandarkan tubuhnya ke sofa tua usang itu

"Juli lo kalo main game suka licik mentang mentang gw beban". Erwin mencoba membela diri

"tuh lo sadar. dasar beban".Seketika emosi erwin meledak dan hampir saja meninju Julian yang masih asik bermain game di gadgetnya

"Lo bacot amat dah".Keplaknya pala erwin dengan tas

"Lo samanya kaya juli gangguin gw mulu".tunjuk erwin ke dikta

"Lah anjir kok gw juga kena".Dikta mencoba membela diri

"Berisik lo semua".Suara berat itu seketika membuat semua orang diruangan terdiam

Pikiran fino masih tidak karuan karna belum melihat luzi berapa hari ini, ntah apa yang merasukinya seakan ada rasa khawatir akan keadaan perempuan itu.

Brak suara dentuman menabrak pagar basecamp yang mulai berkarat itu, erwin dan dikta yang selalu heboh langsung pergi melihat apa yang terjadi.

"Lo kenapa kian, mabok lu?".Dikta mulai mengelengkan kepalanya

"Lo kalo gabut mending cari cewek cantik contohnya angel". sesuai perkiraan erwin seketika julian mendekatinya dan mengamuk

Ditariknya kerah seragam erwin dengan kasar

"Sampe lo gangguin angel abis lo di tangan gw". Dikta yang paham dengan akal busuknya Erwin hanya bisa tertawa

"Bercanda anjir". mereka langsung masuk ke ruangan bersama kian yang terlihat pucat pasi itu

"Kalian semua dengerin gw, Tau adiknya Laura si luzi itu? dia di culik sama diamond".Kian menceritakan semuanya dan mencoba menetralkan deru nafasnya yang tidak beraturan

"Perlu bantuan anak lain gak? gw bisa panggil paling 200 anggota". tanya dikta ke fino yang sudah mulai diam itu

"gak perlu, kita aja udah cukup". Fino langsung pergi keluar dan berangkat ke tempat yang diceritakan kian tadi disusul dengan anak lainnya

Suara berat itu kembali menanyai pertanyaan itu berulang kal.

"Gw tanya ke lo sekali lain, Lo sama fino ada hubungan apa?".Domino mencengkram rahang wanita itu kasar

"Gw gak ada hubungan apa apa". sudah ratusan kali aku jawab tapi pria ini tetap saja berperilaku kasar dan tidak percaya.

"Woy bawain skateboard sama jaket monsky, lo mau gw bakar yang mana? buru apinya masih nyala". Domino menunjuk ke arah tong kaleng besar yang masih mengeluarkan api besar itu

"gw mohon jangan kak". Aku hanya bisa memberikan tangan memohon dan berharap hati domino meluluh.

"Oke skateboard." Dilemparnya kedalam tong itu seketika api mulai membesar dan melahap skateboard usang itu

Luzi segera berlari menuju tong itu tapi langkahnya terhenti karna ada dua pria bertubuh kekar memegang tangannya.

"Lepasin gw, berengsek lo semua". Umpatan demi umpatan keluar dari mulut ku

"menarik".domino hanya memberikan smirk lalu menyamai tinggi luzi, domino memberikan isyarat agar temannya melepas tangan luzi.

Aku menatap tajam domino seketika menampar si pemilik empu yang membuat suara hening seketika.

merasa harga dirinya ternodai domino mendorong luzi hingga terbentur keras kebelakang tembok yang sudah kotor itu. Dan meninggalkan luzi dan kembali kelapangan sembari menunggu monsky datang sedangkan luzi hanya bisa meringis karna luka di punggungnya kembali nyeri.

Suara geruman motor mulai terdengar dan membelah kesunyian daerah yang konon berbahaya itu.

"Gw kira lo gak bakalan dateng".kata sambutan aneh mulai diucapkan domino

"Mana?".Fino kembali terdiam rasanya ingin menghabisi orang yang berada di depannya.

"Woy bajingan cupu banget lo pake culik orang gini".Teriak erwin dan mendapat tatapan tajam dari fino

"Mampus lo, fino lagi jelek moodnya bisa bisa lo yang di habisin ntar".dikta mulai menakuti erwin yang sudah pucat pasi itu

"Sialan lo dikta gw jadi takut beneran".Erwin mulai merapihkan jaket kebanggaannya

"Lo berdua diem berisik banget". Julain mulai jengkel melihat erwin dan dikta yang berisik sedari tadi apalagi sekarang mereka harus melawan lima belas orang tapi bukanlah hal sulit karna mereka dulu pernah melawan orang dewasa lebih dari 25orang hanya berlima.

"Tadi gw tanya baik baik tapi lo gak jawab".Satu tinju tiba tiba aja melayang mengenai muka domino dan tersungkur ke tanah, karna belum siap dapat serangan tiba tiba dari fino membuat domino setengah mati.

"Maju".teriak fino

Suasana mulai ricuh jika dilihat lihat anak buah domino sudah banyak yang tumbang.

"Maju sini lo". Julian melawan 5 orang sekaligus jangan tanya dimana yang lainnya tentu saja mulai kewalahan melawan musuh mereka.

Mereka memakai alat pemukul dan kayu sebagai perisai mereka berbeda dengan monsky yang hanya memakai tangan kosong.

Bugh bugh bugh bugh

"Gw tanya dimana tuh cewek". Fino membabi buta memukul domino yang sudah tergeletak lemas di tanah

Dikta dan yang lain sudah selesaikan tugas mereka tentu saja kemenangan jatuh ke tangan monsky sekali lagi.

Bugh bugh

Keadaan domino sudah sangat mengenaskan dengan muka yang sudah berlumuran darah dan banyak memar di sekujur tubuhnya tentu saja pelakunya fino yang tidak berhenti memukul wajah dan menendang badan domino.

"Fin udah ntar mati tuh anak".Julian dan kian mulai mencekal badan fino agar menjauh dari domino. erwin dan dikta segera memindahkan domino agar menjauh dari fino.

"Gw emang suka berantem tapi bukan berarti membunuh". Dikta menatap domino yang sudah pingsan itu dan erwin hanya bisa terdiam dan mulai terduduk lemas karna badannya terasa ngilu.

"Dengerin gw mending lo cari tuh cewek". kian mulai memegang pundak fino seketika membuat fino teringat dengan tujuan awalnya langsung berlari mencari luzi.

"Seperti biasa dia lupa tujuan awalnya".Julian berjalan menghampiri erwin, dikta dan kian sembari memasukan tangannya kedalam saku jaket.

Dipanggilnya luzi tapi tidak ada suara yang menjawab lalu matanya tertuju ke gedung tua itu, matahari sudah lama tenggelam hanya ada cahaya lampu kuning yang sudah mulai redup menerangi gedung di lantai 1 itu.

Fino mulai menyalahkan senter di gadgetnya dan memasuki gedung itu dan memanggil luzi menjawab panggilannya.

Hiks hiks hiks suara tangisan lirih itu mulai terdengar membuat fino mencari kesetiap sudut gedung

"Anjir apaan tuh. jangan jangan setan". Erwin yang tiba tiba saja berdiri di samping fino membuat si pemilik empu kaget minta ampun

"Sialan lo bikin gw kaget". lalu merasa pundaknya di tepuk disebelah kanan membuatnya menoleh

Bwaa

dikta menyorotkan senter kearah mukanya membuat fino kepalang kaget dan memberikan tinju mentahnya ke wajah Dikta dan membuat gelagak tawa temannya yang lain

"Lo semua ikut nyari?". hanya di balas anggukan oleh mereka ber empat

"Mau mencar aja atau gimana? tadi gw sama kian nyari di belakang gedung gak ada".Ucap julian mengusulkan

Kian dan julian mencari di lantai 3, fino di lantai 2 sedangkan erwin dan dikta di lantai 1

Kian yang sedari tadi diam mulai membuka suara"Chat aja kalo emang gak ada biar dapet info".

Ting

Erwin win :"Lantai satu kosong"

Anda :👍

Juli :👍

Fino mematikan gadgetnya dan mulai menyelusuri lantai 2 dan nihil dia tidak menemukan luzi dimanapun

Ting

Julian :"ada, kelantai tiga semua"

terdengar suara langkah kaki mulai menaiki lantai 3 dan mendapati kian dan julian berdiri membeku, membuat erwin, dikta dan fino langsung menghampiri mereka

Mereka semua terbelalak melihat wanita sedang meringkuk disudut ruangan dengan badan penuh luka di seluruh tubuhnya terutama punggung dan wajahnya, fino langsung menghampiri luzi dan memindahkan kepala luzi ke atas pahanya

"Hei bangun". fino mulai mengusap rambut luzi perlahan membuat luzi tersadar dari pingsannya.

Malam ini bulan cukup terang hingga menerangi seisi ruangan bahkan luzi bisa melihat raut khawatir fino bahkan mata elangnya yang berwarna biru laut itu.

"Maaf aku telat dateng, kita ke dokter ya".tapi luzi menggelengkan kepalanya

"Pulang, aku mau pulang fino". aku mulai menitikan air mata lagi

"Lo harus ke dokter biar lukanya bisa di obatin".julian mulai buka suara

Luzi terkejut melihat sekumpulan orang yang menatapnya dengan muka penuh luka lalu kembalu menatap fino memastikan apa fino juga terluka.

"Kalian semua berantem?". aku hanya melihat anggukan dari mereka

"Kedokter ya".fino kembali membujuk luzi

"udah kemaleman nanti dimarahin papah". aku mulai bangkit perlahan tapi fino menghentikanku

"Luzi nurut sama gw gak ada kata enggak". fino langsung menggendong luzi ara bridal style dan keluar dari gedung.

Untungnya kian sudah menelepon supirnya untuk menjemput di tempat yang ia sudah sharelock

"masukin aja ke mobil, biar motor gw yg bawa". Fino yang paham maksud kian langsung masuk ke mobil dan menuju Rs milik keluarga besarnya.