webnovel

Moksa

Tepat pada akhir tahun 2020, berdiri tegak seorang pemuda bernama Fajri didepan sebuah tiang. Lebih tepatnya, diikat pada sebuah tiang oleh warga. Waktu itu hari sudah mulai panas. Suasana saat itu sangat ricuh. Panas sang surya ditambah dengan panasnya amarah warga membuat tempat itu semakin kacau. Dengan amarah mereka, Fajri akan dibakar hidup-hidup didepan umum.

Fajri yang baru sadar dari pingsan,hanya bisa bingung dan bertanya tanya pada diri sendiri, Dia sadar tak ada gunanya bertanya pada orang lain, karena tampaknya dia yang disalahkan saat itu. "Ahhhh.... Kenapa bisa jadi begini?" Ucap Fajri dalam hati dengan penuh keputus-asaan dan rasa bingung. 

Beberapa jam sebelumnya, Fajri sedang berjalan-jalan seperti biasanya. Saat itu, hari masih pagi, damai, tentram, dan sejuk. Matahari baru saja muncul dari persembunyiannya, awan-awan bersiap menyingkir dari hadapan sinar mentari.

Hangatnya cahaya mentari mulai menyentuh kulit di pagi hari, menghangatkan bumi dari sisa sisa kedinginan malam. Burung-burung berkicau diatas pohon, suara serangga di pedesaan membuat tenang hati.

Sungguh pagi yang sempurna untuk bersantai. "Andaikan semua orang bisa menikmati hari ini dan bersantai, melepas stres dan penat bersama, Ahh... tidak ada yang bisa merusak hari ini!" Ucap Fajri yang sedang bungah hatinya.

Fajri menyadari bahwa seseorang berlari kencang dari belakang. Akan tetapi Fajri seperti mengabaikannya.

 "Wah, sepertinya ada juga orang yang sedang jogging." Batin Fajri. 

Tapi sebenarnya, orang tersebut berlari seperti babi hutan yang kabur tanpa memperdulikan apapun yang ada didepannya. Terasa juga seperti banyak hentakan kaki lainnya dibelakang orang itu. Alhasil, Ia pun menabrak Fajri, dan menjatuhkan tas yang dibawanya. "Aduh..... Eh, apa ini?..." Kata Fajri sambil membuka tas yang dijatuhkan orang tadi.

Tak disangka,isinya adalah uang yang sangat banyak, sampai memnuhi isi tas itu. Tak lama kemudian, hentakan kaki lain itu semakin terasa. Fajri lagi-lagi tak memperdulikannya, ia tetap memeriksa tas tadi.

"Apa isi tas ini yah, coba kuperiksa. Wah isinya uang! uang siapa ini? Banyak sekali....." 

Lalu, tak lama kemudian,

"Suara apa itu?" " Maliiing!!!!!!!.....Maliiiiing!!!!!"

Dari kejauhan terdengar sayup sayup suara warga yang berlari sambil meneriaki maling kepada Fajri. Ternyata hentakan kaki yang Fajri rasakan ialah hentakan kaki warga yang mengejar orang tadi. Ia tak terpikirkan hal lain selain kabur, Fajri mengambil tas itu dan berlari sekencang- kencangnya. 

Sayang sekali, sama seperti maling yang menubruk Fajri, Ia berlari kalang kabut tanpa memperdulikan apapun yang ada didepannya. Semakin Fajri berlari, warga semakin tidak dapat mengejar. Fajri memang lumayan cepat jika berlari menghindari masalah.

Tanpa disadari olehnya, Ia menabrak sebuah mobil yang terparkir di pinggir jalan. Sudah jelas terpampang dideapannya sebuah mobil. Akan tetapi Fajri terlanjur tak bisa berhenti. Kaca mobil itu pecah, dan tubuh Fajri sampai masuk ke dalam mobil itu.

Mobil itu hanya mempunyai 2 kursi depan dan kursi belakang, tanpa bagasi. Fajri terhenti di tengah tengah antara kursi depan dan belakang. Karena Ia terhenti, maka Ia berpikir sejenak," Tadi aku nubruk apa ya?" sambil menoleh ke depan, Tak disangka secara bersamaan 2 orang yang berada di kursi depan juga menoleh kepada Fajri, keduanya menoleh dengan tatapan kosong kebingungan dengan apa yang terjadi pada mobil mereka.

Mereka adalah 2 orang bermuka seram seperti preman. Orang di kanan, wajahnya penuh dengan bekas luka, terdapat pula tindik di telinganya, rambutnya gondrong acak-acakan. Sementara orang disebelah kiri keadaannya lebih seram lagi. Hampir sama seperti orang satunya, namun terdapat bekas luka sayatan di mata kirinya, dan terdapat pula bercak merah darah di sekitar bibirnya seperti setelah selesai meminum darah.

Sontak Fajri berteriak sekencang-kencangnya karena kaget, sekaligus tak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi di mobil itu.Entah kenapa, 2 pria itu kemudian ikut berteriak karena kaget dengan teriakan Fajri. Orang yang duduk di kursi pengemudi secara reflek menginjak pedal gas dengan sekuat tenaga. 

Mobil tersebut menabrak pohon didepannya, lalu berhenti. 3 orang didalamnya pun pingsan larena kepalanya terbentur. Jus stroberi yang sedang diminum orang di sebelah kiri tumpah terlempar ke kaca depan. Kejadian tersebut membuat hal ini terjadi seperti kecelakaan parah. T

ak lama kemudian warga yang mengejar Fajri pun tiba. Tanpa peduli sedikitpun dengan kejadian yang mungkin saja menimbulkan "kesalahpahaman" di mobil itu,mereka membawa ketiga orang itu ke tengah lapangan. Mereka menancapkan tiang, lalu mengikat Fajri beserta 2 orang lainnya. Rupanya, 2 orang tadi merupakan komplotan penjahat yang sudah diburu-buru oleh polisi, dan sudah banyak mencuri sekaligus merampok di daerah itu.

Warga mengira bahwa Fajri ikut terlibat dalam aksi komplotan maling itu. Terlebih lagi Fajri berlari membawa barang bukti curian berupa tas yang penuh dengan uang.

Saat Fajri perlahan membuka matanya, dia sudah berada di tempat berbeda. Terlihat seperti seonggok tanah lapang yang dipenuhi warga yang mondar mandir. "Ahh.... Iya, begitu rupanya." Ujar Fajri mengingat kejadian yang menimpanya tadi.

Entah perasaan apa yang Ia rasakan saat itu, seperti bingung, lega, kecewa, marah, tapi tidak berdaya, semuanya bercampur aduk. Fajri berusaha memberikan pembelaan, tetapi tak terdengar karena suaranya lirih dan masih lemas selepas pingsan. 

"Aku sungguh tak berdaya. Orang paling tak berguna! Dan entah kenapa jadi yang paling hina disini." 

Suara warga juga campur aduk tidak karuan. Kebingungan dan bertanya-tanya apa yang terjadi, mengolok-olok ketiga orang yang berada didepan. Entah apa lagi yang mereka ricuhkan. Setidaknya itu yang didengar oleh Fajri saat itu. 

Sebenarnya, Fajri tinggal sendirian di desa itu. Rumah yang ditinggalkan oleh kakek buyutnya digunakan untuk bernaung. Tak ada warga desa yang berani mengunjungi bahkan sekedar lewat di rumah itu. Bahkan setelah ada yang menghuni rumah itu selama seminggu,(yang tidak lain adalah Fajri) belum ada yang berani mendekati "rumah kosong yang telah lepas dari kekosongannya" itu.

Memang tampilan rumah itu sedikit kuno, seperti rumah jaman belanda, lebih lagi ada ayunan kayu yang dipasang di pohon beringin besar di halaman rumah yang menambah unsur mistis.

Ketika kericuhan itu terjadi, tak ada yang membelanya. Bahkan ada warga yang belum tahu kalau ada orang yang pindah ke rumah kosong itu. Karena Fajri baru pindah ke rumah itu sekitar seminggu, dia jarang sekali keluar rumah, dia hanya sekedar berjalan=jalan sesekali.

Kesehariannya hanya digunakan untuk membenahi dan membersihkan semua "hal hal" yang kotor dari rumah itu,seperti debu, barang usang dan rusak, dan hal=hal lainnya. Desa itu juga lumayan jauh dari pemukiman lain. Karena itu, polisi yang dipanggil tak kunjung datang. Setidaknya perlu waktu 25 menit.

Halo gaes achrotes disini, selamat datang di novel yang akan menjadi kacau ini. semoga kalian tidak akan bosan membacanya. Oh iya, jika kalian memiliki saran atau ide untuk cerita, jangan ragu untuk komen, ya?

Achrotescreators' thoughts