webnovel

Ingatan Ali 2

 

Mereka semua benar-benar heran.

 

"Tadi kalian bilang kulit mulus, lembut, bulunya sedikit, lentur, cengkramannya kuat dan kalau ditunggangin pasti enak rasanya?"

 

Edi, Zaki dan Darul tertawa serentak mendengar ucapan Ali.

 

"Hahahahaha..."

 

Ali melongo penuh emosi merasa dilecehkan oleh ketika teman-temannya. Sementara Sarji, Iin, Aji dan Adel makin kebingungan karena tak memahami akar masalahnya. Ketiga teman-temannya Ali menghampiri Ali setelah puas tertawa.

 

"Bener kan kata gua juga. Ali penasaran dengan bawaan kita," gelagak Darul, "berarti lu dari kita masuk gak tidur ya, Li," imbuh Darul yang masih menahan tawanya, "jelasin, Ed!" pinta Darul pada Edi dan juga melirik pada Zaki.

 

Edi dan Zaki mengambil benda yang mereka maksud. Benda yang tadi dikeluarkan oleh Iin, "nih, kita ngomongin ini," Edi menunjukan busur dan anak panah baru, "lu gak ingat kalau kita patungan beli busur dan anak panah baru? Makanya kita langsung ke rumah lu, biar kita buka bareng-bareng," Zaki menambahkan penjelasannya.

 

Ali termenung, tetapi Ali jelas tak akan ingat karena di dalam tubuhnya adalah Nyi Ayu.

 

"Kalian bilang kulitnya mulus dan lembut?" jiwa Nyi Ayu tak terima. Ketiga teman-temannya saling berpandangan, "nih lu pegang dan rasakan permukaan kulitnya!" Zaki memberikan busur tersebut pada Ali.

 

Ali menerimanya, lalu memeriksa pegangannya yang terbuat dari kulit binatang, "kulitnya mulus dan lembut kan?" cerca Edi membuat Ali merasa malu sudah berpikiran buruk, tapi jiwa Nyi Ayu memiliki gengsi tinggi, "bulunya sedikit?" Ali masih punya alasan lain atas tuduhan buruknya.

 

Darul memberikan anak panah yang terdapat bulu di pangkalnya membuat Ali sedikit menunduk menahan malu, "sedikit kan bulunya?" ujar Darul, "lentur?" Ali tetap ingin menutupi malunya walaupun ia bisa menebaknya kalau yang dimaksud lentur adalah tali busurnya.

 

Edi memainkan tali busurnya dengan menarik ulur kelenturan tali busur anak anah tersebut, "cengkramannya kuat?" ujar Ali terus mencari alasan agar tak terlalu malu.

 

Kali ini Zaki mengambil anak panah dan memasang pada busur tersebut lalu mengarahkan pada Ali, tangannya yang mengenggam anak panah pada tali busur membuat Ali mengerti makna cengkraman kuat, "lalu bagaimana dengan kata, ditunggangin pasti enak?" cerocos Ali yang tak basa menahan malunya.

 

"Berpanah itu kan identik sambil naik kuda, makanya enak Ali," ucap Edi gereget, "pikiran ngeres lu gak ilang-ilang sih, Li," ujar Edi keheranan, "Lu kira nunggangin apaan?"

 

Ali menunduk dengan wajah merah menahan malu. Sarji, Iin, Aji dan Adel terlihat ikut malu dengan perbuatan Ali, "bikin malu aja lu, Li," celoteh Sarji kesal. Rasa khawatir mereka karena Ali belum siap bertemu dengan ketiga temannya menghilang, apalagi saat ketiga teman-temannya tertawa karena pikiran Ali yang konyol.

 

"Ali Ali, ngeres bae pikiran lu." Kelakar Edi yang tertawa paling kencang.

 

Ali memberanikan diri menatap ketiga teman-temannya dengan rasa kesal, tiba-tiba penglihatan Ali seperti menerawang pada kejadian lain. Ali memejamkan matanya dan mencoba memahami, "ada apa ini?"

 

Rupanya penglihatan Ali menampilkan kejadian masa lalu. Kejadian yang menunjukan kebersamaanya dengan teman-temannya, Edi, Zaki dan Darul, 'ternyata memang benar, mereka adalah teman-teman Ali,' guman hatinya.

 

Penglihatannya menampilkan tingkah konyol ketiga teman-temannya Ali. Ali dapat menangkap penglihatnnya yang menampilkan memori Ali tersebut, "maafkan aku," ucap Ali malu-malu menyadari kebodohannya yang berpikiran buruk pada ketiga teman-temannya.

 

"Maaf ya. Semenjak Ali kecelakaan, agak aneh tingkahnya," ucap Iin menerangkan agar ketiga teman-temannya Ali tak merasa canggung, "tenang aja, Mak. Kita udah biasa sama sikaf Ali yang kaya gini." Jawab Darul mengukir senyuman menenangkan.

 

**

 

Sarji, Iin, Aji dan Adel meninggalkan Ali bersama ketiga teman-temannya. Ali kini ikut terpesona melihat busur dan anak panah yang dibawa mereka.

 

"gimana Li, keren kan?" tanya Zaki saat Ali memeriksa kelenturan busurnya, "besok kita bisa ikut latihan di kampus," sahut Darul bersemangat, tetapi Ali tak merespon ucapan mereka.

 

Ali terus memandangi busur dan anak panahnya, "ini sangat sempurna. Berbeda dengan milikku dan milik ayahandaku," guman Ali dengan tatapan berbinar-binar karena memang Nyi Ayu menyukai panahan.

 

"Ayahanda? Siapa itu?" ucap Edi kebingungan yang mendengar Ali mengucapkan kata ayahanda. Ali sepertinya menyadari kesalahannya, "aku gak bilang ayahanda," kilah Ali menutupinya, lalu memasang wajah heran.

 

Ketiga teman-temannya saling berhadapan, "gua juga denger lu bilang ayahanda, iya gak Zak?" sahut Darul menoleh pada Zaki dan dijawab dengan anggukan kepala Zaki, "benarkah?" kilah Ali lagi dan terus memasang wajah heran.

 

"Bentar deh!" pinta Darul mengamati wajah Ali, "kayanya emang ada yang berbeda dengan Ali," Ali menelan salivanya, terkejut dengan ucapan Darul, "lu beneran Ali bukan?"

 

Wajah Ali terlihat pucat, sepertinya Darul menyadari ada perbedaan pada Ali, "kenapa kalian bertanya seperti itu?" sahut Ali mencoba tenang.

 

Tatapan Darul, Edi dan Zaki terlihat jelas kalau mereka curiga pada Ali. Ali menjadi makin pucat, ia mencoba berpikir agar tak ketahuan oleh ketiga teman-temannya kalau yang ada dalam tubuh Ali adalah Nyi Ayu, "ah mungkin karena pengaruh obat yang aku konsumsi. Kalian dengar kan kata Emak, kalau semenjak kecelakaan aku menjadi sedikit aneh," jawab Ali meyakinkan mereka agar tak menimbulkan curiga.

 

Edi, Zaki dan Darul terlihat manggut-manggut, sepertinya mereka menerima alasan Ali. Tiba-tiba Darul membulatkan matanya membuat Ali terlihat panik, "berarti, besok lu gak bisa ikut latihan panahan dong, Li?" ucap Darul sedih, "padahal besok jadwal Jenny latihan loh."

 

Ali terlihat berpikir, "latihan panahan, Jenny?" tanya Ali yang kebingungan, Ali berharap memori Ali muncul untuk mencari tahu nama orang dimaksud Darul.

 

"Jenny gebetan lu? Lu gak ingat, Li?" tanya Edi curiga tetapi wajah Ali benar-benar kebingungan, "gebetan?" Ali makin kebingungan.

 

Mereka bertiga terlihat keheranan, "kayanya Ali bukan hanya aneh deh, tetapi hilang ingatan," jawab Zaki yakin membuat Ali membulatkan matanya, "lu lihat aja, sama Jenny aja si Ali lupa," tambah Zaki yakin.

 

"Tapi aku ingat dengan kalian," sahut Ali karena sudah melihat memori Ali tentang ketiga teman-temannya.

 

Sayangnya ketiga teman-temannya sepertinya percaya dengan ucapan Darul, "bener, Dar. Lihat aja logat bahasanya Ali beda banget." Jawab Edi yang terlihat yakin.

 

Ali baru sadar kalau memang cara bicaranya selama ini berbeda, bahkan bahasanya sangat formal karena sudah terbiasa dengan logat bahasanya di area kerajaan. Ali memasang senyuman kuda, seraya berpikir dan mempelajari logat bahasa ketiga teman-temannya Ali, "gu.. gue baik-baik aja," ucap Ali menyerupai logat mereka agar terdengar sama dengan mereka.

 

"Malah jadi aneh, hahahaha..." jawab Edi disusul gelak tawa ketiga teman-teman Ali karena nada bicara Ali terdengar aneh, "terus sekarang, lu ingat gak sama Jenny?" tanya Edi setelah puas tertawa.

 

Ali terlihat berpikir dan mencoba menggali ingatan Ali tentang Jenny.

 

"Wah parah lu, Li. Gebetan aja sampai gak ingat," sahut Zaki membuat Ali tak bisa berpikir jernih, "apa itu gebetan?" tanya Ali karena tak mengerti maksudnya.

 

Ketiga teman-temannya membulatkan matanya, "gebetan, cewek yang lu suka. Masa lu lupa, Li?" cicit Edi heran, "Ali suka dengan Jenny?" tanya Ali memastikan maksud dari ketika teman-temannya.

 

Edi, Zaki dan Darul makin membulatkan mata mereka, "bener, Zak. Kayanya Ali memang hilang ingatan."