webnovel

Pria misterius?

Di laboratorium...

Maxim sedang berada di dalam sedang melihat komputernya yang tadi berbunyi, dengan wajah serius dia melihat layarnya yang bergambar titik-titik bercahaya. Namun tak ada apa-apa saat dilihatnya, hanya bercahaya saja.

"Kok tadi bersuara ya, tapi tidak ada apa-apa. Membuatku bingung saja," gumamnya sendirian sambil melihat layar komputernya.

Mobil Joy masuk ke dalam gerbang dan berhenti tepat di halaman luar rumah Maxim. Marisa melihat dari dalam merasa takjub sekali melihat rumah mewah, besar dan elegan sekali.

"Wah ini rumahmu?" tanya Marisa lalu melihat ke arah Joy yang duduk di sampingnya.

"Bukan kok. Ini rumah Pak Guru," jawab Joy sambil membuka sabuk pengamannya lalu dia pun segera keluar dari dalam mobilnya.

Marisa ikut keluar dari dalam mobilnya, melihat Joy mengajaknya masuk ke dalam, namun dia malah menghentikan Joy dengan wajah ragu.

"Sebentar Joy," ucap Marisa menghentikan langkahnya sambil melihat Joy yang melihatnya.

"Ada apa, ayo masuk." Joy melihat Marisa yang ragu ingin masuk ke dalam.

"Itu Joy. Apa kau yakin aku masuk ke dalam?" tanya Marisa sambil melihat Joy.

"Yakin, ayo masuk akan kukenalkan kau dengan Pak guru dan istrinya," jawab Joy sambil melihat Marisa untuk meyakinkannya.

"Aku malu sekali, takut..." Marisa sambil melihat Joy yang mencoba meyakinkannya.

Joy tersenyum lalu menarik lembut tangan Marisa agar dia mau mengikutinya masuk ke dalam. "Sudah masuk saja, tidak apa-apa. Percaya saja padaku," ucap Joy sambil berjalan masuk ke dalam rumahnya.

Di dalam rumah Shofie menghampiri suaminya di ruang laboratorium, untuk memberitahukan bahwa Joy telah kembali, dia mendengar suara mobilnya.

"Tok...Tok...Tok...!

"Iya sebentar sayang." Maxim langsung menghampiri istrinya yang mengetuk pintu kamarnya.

Krekkkkkkk!

Maxim membukakan pintu laboratorium, lalu tersenyum melihat istrinya. "Ada apa sayang?" tanya Maxim kepada Shofie yang berdiri di depan pintu.

"Joy sepertinya sudah kembali kita harus segera keluar untuk menyambutnya," jawab Shofie sambil tersenyum lalu meraih tangan suaminya.

"Baiklah ayo kalau begitu," jawab Maxim dengan mengangkat tangannya untuk merangkul pundak Shofie.

Joy melepaskan tangan Marisa saat sudah sampai di dalam rumah, melihat ke dalam rumah membuat Marisa takjub sekali melihat isi rumah yang mewah, megah dan unik, tapi pandangannya tertuju pada satu hal.

"Joy itu apa?" tanya Marisa menunjuk ke arah lukisan yang menempel di dinding saat mau masuk ke ruang tamu.

"Itu penampakan perkampungan di bulan," jawab Joy sambil berjalan pelan masuk ke dalam rumahnya.

Marisa penasaran lalu menghampiri lukisan itu, agar dia bisa melihatnya dengan jelas. Dari dekat tampak seperti perkampungan pada umumnya, tapi yang berbeda di dominannya berwarna oranye.

"Apa di sana ada supermarket, sekolah atau gedung-gedung tinggi seperti aktivitas di bumi?" tanya Marisa berhadapan dengan lukisannya langsung.

"Tidak ada," jawab Maxim baru saja tiba merangkul Shofie sambil tersenyum melihat Marisa yang membelakanginya hanya melihat lukisan.

Marisa terkejut lalu berbalik menyapa mereka berdua sambil mengecup tangannya menunjukkan sikap sopannya di hadapan yang lebih tua.

"Maaf Om dan Tante saya tidak sopan," ucap Marisa sambil mengecup tangan mereka berdua.

"Perkenalkan Marisa, mereka Pak Guru dan Tante Shofie istrinya. Mereka yang kuceritakan padamu," ucap Joy berdiri di dekat mereka sambil tersenyum.

"Saya Marisa Pak Guru dan Tante Shofie," ucap Marisa langsung memperkenalkan dirinya di hadapan mereka semua.

"Iya Marisa, saya Maxim dan Shofie istri saya." Maxim memperkenalkan dirinya sambil tersenyum melihat Marisa.

"Lebih baik kita sarapan saja dulu, walaupun sudah telat, tapi kita harus tetap makan," ajak Shofie melihat mereka semua untuk mengajaknya sarapan pagi.

Di depan gerbang kos milik Marisa, dia yang tidak mempercayainya pun langsung datang ke kos. Apri baru saja keluar dari dalam mobilnya, lalu dia pun menutup kembali pintu mobilnya.

"Brak!.

Baru saja ingin berjalan, seseorang keluar dari dalam gerbang. Dia pemilik rumah, menanyakan April yang baru dilihatnya.

"Maaf cari siapa ya Non?" tanya pemilik kos sambil melihat April dari bawah sampai atas lalu menggelengkan kepalanya. Pakaian April terlalu minim, membuatnya yang memakai jilbab merasa itu terlalu terbuka.

"Saya cari Marisa Bu, soalnya yang saya tahu dia tinggal di kos ini," jawab April dengan sopan melihat pemilik kos yang baru saja keluar dari dalam.

"Oh Marisa. Dia pergi tadi saya lihat saat saya ingin masuk ke dalam. Dia di jemput mobil mewah, tapi saya tidak tahu siapa, soalnya saya melihatnya." Pemilik kos memberitahukan April.

"Ha? Siapa ya Bu?" tanya April penasaran sekali.

"Saya tidak tahu, soalnya dia langsung masuk ke dalam mobilnya, dan pergi begitu saja. Mungkin saja pacarnya." Jawab pemilik kos sambil menutup gerbang yang berwarna hitam pekat itu.

"Oh begitu ya Bu, makasih ya Bu," jawab April lalu melihat pemilik kos pergi meninggalkannya.

April terheran-heran sambil berbalik untuk masuk ke dalam mobilnya, di dalam mobilnya dia masih penasaran dengan pacar Marisa. Dia pun mengambil ponselnya untuk segera menghubungi Lala mengetahui yang kemarin dikatakan olehnya.

Lala yang sedang makan di atas sofa sambil menonton televisi pun mengambil ponselnya diletakkan di atas meja, melihat panggilan itu dari Lala pun dia langsung mengangkat panggilan itu.

"Apa!" Lala dengan nada sedang mengunyah makanannya.

"kau sedang makan?" tanya April kepada Lala.

"Iyalah. Ada apa kau panggil-panggil aku?" tanya Lala sambil fokus melihat kartun Spongebob di layar televisinya.

"Marisa! Siapa pacar Marisa. Aku penasaran sekali. Sekarang aku ada di kosnya, tapi kata pemilik kos dia pergi lagi dengan orang yang menaiki mobil mewah," jelas April memberitahu Lala.

Lala terkejut sambil membelalak matanya, dia pun mematikan layar televisinya sambil meletakkan piring bekas makannya di atas meja.

"Kau yang benar?" tanya Lala seperti tak percaya.

"Benar, masa aku bohong!" jawab April dengan nada kesal penasaran dengan pria yang membawa Marisa temannya.

"Marisa bilang itu temannya saat kuliah dulu, tapi mereka hanya bertemu di jalan kemarin. Sehingga temannya itu menawarkan tumpangan padanya, kalau benar seperti itu bukannya harusnya berhenti sampai di sana. Apa jangan-jangan memang itu pacarnya Marisa?" tanya Lala sambil berbicara di telepon dengan April.

"Mungkin saja, tapi bukannya seharusnya dia mengenalkan pada kita, kenapa harus sembunyikan seperti ini. Bikin penasaran saja!" jawab April yang penasaran sekali.

"Sama aku juga, siapa pria itu? Aku iri jadinya sama Marisa. Kapan aku bisa mendapatkan pria kaya agar aku tidak usah bekerja lagi," ucap Lala berandai-andai membuat April meledeknya.

"Nanti di jaman semut bisa menguasai dunia," ledek April sambil tertawa terbahak-bahak meledek Lala.