webnovel

Pertanyaan menggelikan

Kau harus tahu bahwa apa pun yang mengalir di dalam kehidupan ini hanyalah rahasia sang pencipta saja. Jadi jika kau pertanyakan seluruh rahasia yang ada di muka bumi ini. Kau tidak akan menemukannya, karena kau hanyalah manusia biasa.

***

Pagi hari Marisa yang tidur di lantai yang beralaskan karpet terbangun dengan terik matahari yang masuk ke sela-sela gorden yang berwarna putih. Dia pun langsung bangkit dalam tidurnya untuk duduk lalu melihat April yang masih tidur dengan lelap di atas ranjang tidurnya.

"April... April... Bangunlah ini sudah siang," ucap Marisa sambil mengucek-ngucek matanya yang habis bangun tidur.

Namun temannya yang masih lelap itu tak mengindahkan suaranya. Dia pun bergegas untuk berdiri lalu duduk di atas ranjang tidur yang hanya bisa satu orang itu.

"April...Bangunlah! Ini sudah siang, cepat aku harus pergi kembali ke kos. Nanti malah kau kesiangan tak ada yang membangunkan." Marisa dengan nada tinggi membangunkan April.

"EUHM....AH!!! HUWAAAAA!!!!

April sambil menguap membuka matanya dan langsung bangkit dari tidurnya, melihat Marisa seketika dia mengeluhkan pusing di bagian kepalanya dan meminta Marisa tidak pulang ke rumahnya.

"Awh... Kepalaku pusing sekali, astaga kalau begini aku tidak akan bisa menyetir mobilku. Bisakah kau tidak usah pulang," April tersenyum meminta kepada Marisa dengan lembut.

"Bagaimana aku tidak pulang, kau tidak tahu kalau aku tidak membawa pakaian kesini. Menyebalkan sekali!" jawab Marisa dengan cemberut melihat April.

"ASTAGA!!!.... Masalah pakaian saja kau ributkan, kau kan bisa mengenakan pakaianku. Jadi apa yang harus kau pusingkan Marisa," jawab April sambil beranjak berdiri dari ranjang tidurnya.

Dia berjalan lalu membuka lemari pakaiannya dan menunjukkan kepada Marisa yang tadi mempermasalahkan masalah pakaian yang harus dikenakan olehnya.

"Lihatlah pakaianku banyak kan kau bisa pilih salah satu yang akan kau kenakan hari ini. Jadi kita bisa pergi ke kantor bersama. Bagaimana bukankah itu ide yang bagus," ucap April sambil tersenyum melihat Marisa

"Ide bagus untukmu, bukan untukku. Ya sudah kalau begitu kau pergi mandi. Aku akan membuatkan sarapan untukmu," perintah Marisa sambil berdiri lalu melangkahkan kakinya menuju dapur.

April yang senang pun langsung berlari untuk segera memeluk Marisa dari belakang dengan manja sekali, membuat Marisa sudah terbiasa dengan tindakan yang dilakukan oleh April.

"Makasih ya Marisa, kau memang temanku yang paling baik sekali," ucap April memuji temannya sambil  tersenyum.

"Kau selalu begini, sudah sana mandi. Nanti kita malah akan telat peri ke kantor," pinta Marisa sambil melihat April yang manja itu.

April pun segera pergi meninggalkan Marisa yang akan membuatkan sarapan pagi untuk mereka. Setelah April pergi ke kamar mandi pun dia langsung bergegas untuk memasak sarapan sederhana saja di dapur milik April.

Di rumah mewah, di dalamnya ada sepasang suami istri yang sudah berusia sekitar tiga puluh lima tahun. Mereka sedang sarapan pagi bersama di meja makan.

"Kira-kira kapan dia akan bangun?" tanya sang istri bernama Shofie yang sedang melahap makanannya.

"Aku tidak tahu, kemungkinan perutnya itu terlalu banyak mengonsumsi makanan yang memang dia belum beradaptasi dengan itu. Jadi aku tidak tahu," jawab suaminya bernama Maxim.

"Kasihan dia pasti sangat terkejut dengan kejadian ini. Aku harap dia bisa membalaskan dendamnya mencari pelaku yang sengaja meninggalkan gas beracun di bulan," ucap Shofie seraya berdoa sambil tersenyum melihat wajah suaminya itu.

"Kau kenapa senyum-senyum seperti itu?" tanya Maxim kepada Shofie yang tiba-tiba saja tersenyum.

"Tidak, aku hanya sedang bahagia saja melihatmu bisa makan selahap ini," jawab Shofie membuat Maxim ikut senang mendengarnya.

Marisa selesai menghidangkan sarapan pagi di meja makan, lalu dia pun memanggil April untuk sarapan bersama.

"April....April... kemarilah makan cepat!" panggil Marisa sambil melihat ke arah kamar mandi temannya yang belum keluar dari kamar mandi.

"Iya sebentar...." sahut April langsung berlari dari arah kamar mandi untuk segera menghampiri Marisa yang ada di area dapur.

Setelah siap mereka pun duduk bersama untuk menikmati sarapan pagi dengan nasi goreng buatan Marisa.

"Kau hebat sekali kalau memasak nasi goreng, selalu saja enak sekali. Aku mau belajar darimu, tapi kau tidak pernah ada waktu untuk memberitahukan resepnya padaku," puji April sambil memakan dengan lahap sekali.

"Bukannya aku tidak mau memberitahukan resepnya, hanya saja kau tidak memiliki waktu untuk belajar bersama denganku. Kita selalu tak sejalan," jawab Marisa sambil melahap nasi gorengnya yang katanya enak.

"Benar juga ya katamu. Memang kita selalu tidak pernah bertemu dan jarang sekali bertatap muka seperti ini. Karena Pak Roy selalu saja memberikanku pekerjaan di luar," jawab April sambil mengunyah makanannya lalu melihat Marisa.

"Nah kau sadar itu, lalu kenapa kau malah mengeluhkan kalau aku tidak mau memberikan resepnya padamu," ucap Marisa sambil tersenyum menggelengkan kepalanya. "Lagian juga kalau kuberikan kau tidak akan memasaknya, entah aku yakin saja," ucap Marisa dengan sangat yakin sambil tersenyum meledek April.

"Hiks kau meragukan aku, jahat sekali kau ini Marisa," jawab April cemberut lalu tak lama dia senyum melihat Marisa yang juga tersenyum melihatnya.

"Oh ya, ada yang ingin aku tanyakan tentang sesuatu, tapi kau jangan menertawaiku ya," pinta Marisa dengan tatapan wajah yang serius sekali.

"Apa? Tanyakan saja?" jawab April yang begitu menikmati enaknya nasi goreng yang bersatu di lidah.

"Bagaimana jika seseorang ada yang mengaku padamu kalau dia itu Alien dan berasal dari planet lain?" tanya Marisa dengan serius, tapi melihat April malah tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan.

"Apa pertanyaanku lucu menurutmu?" tanya Marisa merasa kesal dengan April yang menertawainya.

"Bukannya lucu, tapi bagaimana ya aku menjelaskannya padamu. Sedangkan aku belum pernah bertemu pria yang mengaku kalau dirinya itu Alien. Mungkin kalau ada, aku akan menganggapnya orang gila saja," jawab April mencoba menghentikan rasa geli yang menggelitik mendengar pertanyaan Marisa barusan.

Mendengar jawaban dari April membuat Marisa sadar bahwa dia mungkin tertipu dengan Joy yang waktu itu mengaku sebagai penduduk bulan. Dia pun melanjutkan sarapannya lagi, tak melanjutkan pertanyaannya lagi.

Di laboratorium semua alat menyala. Joy masih saja terbaring dan belum bisa bangun dari tidurnya, tubuhnya hanya diselimuti oleh kain berwarna putih saja. Tiba-tiba saja Maxim membuka pintu dan masuk ke dalamnya, lalu dia berjalan menghampiri Joy dengan tatapan sedih dan berharap kalau pria yang ada di hadapannya bisa bangun.

"Bangunlah... Kau harus menghadapinya! Jangan memejamkan matamu karena takut menghadapi kenyataan pahit ini!" ucap Maxim sambil berbalik untuk mengambil sesuatu di meja kerjanya.