webnovel

AKU TIDAK SEJAHAT ITU

"Baiklah aku akan membicarakan ini pada Mommy dan juga Christabella."

"Termasuk kematian Jaz?"

"Bagaimana menurutmu?"

Jenson melajukan mobilnya menuju apartemen Chrysoberyl sambil menunggu jawaban Liora.

"Sepertinya kamu lebih baik jujur Jens, kasihan Tante Shirley juga Jaz, dia juga pasti mengharap kiriman doa dari mommynya."

Jenson menghela nafas tanpa daya dan ia berkata, "Kalau begitu aku akan mengatakannya pelan-pelan pada Mommy."

"Ya, itu lebih baik." Liora mengatakan itu sambil memegangi perutnya, dia merasakan sakit lagi setelah menangis begitu lama barusan.

"Kenapa lagi perutmu?" Jenson mengurangi kecepatan mobilnya dan menoleh ke arah Liora.

Liora tak bisa menjawab dan hanya memegangi perutnya, dia memejamkan mata sambil mengelus pelan perutnya, sesaat kemudian kram di perutnya perlahan hilang.

"Tidak, itu biasa terjadi kata dokter."

Jenson mengangguk dan kembali fokus menyetir hingga mereka di apartemen Chrysoberyl saat hari sudah malam.

Liora turun dari mobil dan ia berdiri mematung memandangi bangunan villa yang begitu megah itu sambil menangis. Ia teringat villa itu Jaz bangun untuknya dan saat ini begitu dia berada di villa ini, Jaz telah pergi meninggalkannya untuk selamanya.

Liora kembali menangis pada pemikiran itu. Jenson menepuk pundaknya dan menggandeng tangan Liora masuk.

Pintu otomatis terbuka dan para pelayan menyambut mereka dengan ramah, keduanya balas tersenyum dan langsung masuk ke private lift yang akan membawa mereka ke kamar utama.

Tak lama pintu lift terbuka tanda mereka sudah tiba dan Liora langsung kagum saat melihat kamar super luas yang dirancang sesuai seleranya.

"Apa kamu suka? Jaz merancang semuanya untukmu."

Air mata Liora kembali berderai pelan dan ia mengangguk, Jenson merangkul Liora dan mengelus pundaknya agar tenang.

"Jangan menangis terus, kasihan janinmu."

"Iya, terimakasih Jenson."

"Istirahatlah, aku akan tidur di villa ini malam ini."

Jenson baru saja akan keluar dari kamar Liora saat Liora tiba-tiba mengaduh kesakitan sambil memegangi perutnya.

Jenson berbalik dan langsung menggendong Liora ke tempat tidur, menurunkannya pelan-pelan dan duduk di sampingnya.

"Aku akan panggil dokter."

Liora menggeleng dan ia memegangi tangan Jenson.

"Tidak perlu, ini hanya akan berlangsung sebentar lagipula tadi dokter sudah memberiku obat."

"Kalau begitu minum obatnya sekarang."

Liora mengangguk setuju dan ia dibantu oleh Jenson bangun kemudian minum obat. Setelahnya ia kembali merebahkan tubuhnya sambil memegangi perutnya.

"Jens, apa kamu keberatan jika aku memintamu tidur satu kamar denganku? Aku... masih sangat shock dengan kematian Jaz."

Jenson menghela nafas dan ia mengangguk.

"Terimakasih Jens."

"Jaz menitipkanmu padaku Liora, jadi aku akan selalu menjagamu."

"Lalu soal pernikahan itu, apa tidak akan menyakiti Christabella?"

"Aku rasa dia tidak mencintaiku, tapi aku ingin gunakan kesempatan itu untuk menarik perhatian Christabella, apa kamu tidak keberatan?"

"Aku akan membantumu, kamu tahu kemampuan aktingku sangat bagus," goda Liora di sela sakitya.

Jenson terkekeh pelan dan ia mengelus perut Liora yang masih rata.

"Istirahatlah! Aku akan menemanimu."

Liora hanya bergumam pendek dan ia memejamkan matanya sambil memegangi lengan Jenson.

Ketika Liora sudah tertidur, Jenson pelan-pelan melepas lengannya dari tangan Liora dan ia tiba-tiba teringat panggilan Antonie.

Dia buru-buru menonaktifkan ponselnya dan belasan panggilan tak terjawab langsung menyambutnya.

Jenson mengerutkan keningnya dan ia segera menghubungi Antonie, untungnya panggilan terhubung begitu cepat.

"Halo Tuan."

"Ya, apa terjadi sesuatu?"

"Nona Bella dirawat di rumah sakit Tuan."

Seketika Jenson panik, tapi ia mencoba setenang mungkin, ia bangkit dari duduknya dan menjauh dari tempat tidur Liora.

"Ada apa dengannya?"

"Nona Bella mengalami depresi, dia menenggak beberapa obat-obatan dan ditemukan oleh pelayan tak sadarkan diri di kamarnya."

Jenson memijat pelipisnya dan masih dengan ekspresi tenangnya yang ia buat-buat dia bertanya, "Bagaimana keadaanya sekarang?"

"Masih belum sadar juga Tuan."

Jenson melenguh nafas berat dan dia menoleh ke arah Liora yang tertidur pulas, ia bingung harus bagaimana sekarang, tetap di sini bersama Liora atau segera ke rumah sakit menjenguk Christabella.

"Dia dirawat di Alex Hospital kan? Aku akan segera ke sana."

"Baik Tuan."

Jenson menutup teleponnya dan ia menghela nafas tanpa daya. Ia menghampiri Liora dan kemudian membangunkannya.

"Liora..."

Liora sangat nyenyak karena efek obat jadi dia tidak tergugah sama sekali saat Jenson membangunkannya. Jenson putus asa dan dia kemudian memanggil pelayan untuk menjaganya.

***

Alex Hospital.

Jenson memegangi tangan Christabella yang pucat, dia menatap istrinya itu dengan tatapan bersalah.

"Maafkan aku Christabella." Ujarnya sambil mencium lembut tangan Christabella.

Pada saat itu, Christabella tiba-tiba sadar. Dia membuka matanya perlahan dan samar-samar melihat Jenson yang duduk di sampingnya, setelahnya ia menepis tangannya dengan sisa tenaganya.

Jenson menyipitkan matanya dan ia menatap Christabella tidak senang, jadi dia justru mencibir Christabella, "Bisa-bisanya kamu melakukan hal yang begitu bodoh, untuk apa? menarik perhatianku?"

Christabella menatap Jenson dingin dengan gigi yang gemeretak karena marah.

"Kalau kamu tidak tahu apapun tentangku lebih baik diam dan pergilah."

Jenson menyeringai sinis dan menyilangkan tangannya di dada.

"Kamu masih bisa begitu sombong setelah mengalami semua ini?"

Christabella mengerucutkan bibirnya dengan kesal, setelahnya dia tiba-tiba menangis terisak, dia lelah dengan kehidupannya.

Ekspresi Jenson berubah saat melihat Christabella menangis dan dia tiba-tiba teringat perkataan Bella saat malam itu, bahwa dirinya sudah tidak memiliki siapapun sekarang.

Pada pemikiran itu, Jenson mengulurkan tangannya untuk menyeka air mata Christabella dengan lembut.

"Meski kamu tidak memiliki perasaan apapun padaku, tapi aku masih suamimu, jadi katakan saja padaku jika ada sesuatu karena aku tidak ingin melihatmu seperti ini lagi di masa depan."

Christabella terdiam dan ia menatap lekat mata obsidian Jenson yang begitu dalam lalu berkata, "Bagaimana kalau aku telah memiliki perasaan padamu Jens dan aku cemburu kamu masih memiliki hubungan dengan Liora, apa kamu percaya dan mendengarkanku?"

Jenson linglung sesaat karena dia benar-benar terkejut.

Di sisi lain dia merasa sangat senang akhirnya Christabella memiliki perasaan untuknya, tapi di sisi lainnya dia bahkan sudah berjanji pada Liora akan menikahinya, bagaimana kalau jika Christabella tahu semua ini akan memperburuk keadaannya?

Pada pemikiran itu, Jenson mendadak sangat pusing dan seolah ada beban yang begitu berat di pundaknya.

Tapi bukan Jenson kalau dia tidak bisa memanipulasi perasaannya.

"Kenapa kamu berubah begitu cepat? Kekasihmu telah kembali dan kamu justru menyatakan perasaan padaku?"

Christabella terperangah dan marah dengan jawaban ambigu Jenson, jadi dia justru tertawa mencibir.

"Dia bukan Gavinku yang dulu. Aku tidak tahu apakah seseorang telah mencuci otaknya setelah menyembunyikan dan membuat berita kematian tentangnya."

Jenson menyipitkan matanya dan dia dengan marah berkata, "Aku tidak sejahat itu Christabella."