Suasana siang itu benar-benar hangat dan penuh tawa. David menghabiskan semua roti isi yang dibawanya, sementara Milena menikmati muffin pisangnya sedikit demi sedikit—seperti anak kecil yang menikmati fondant gula.
Hati perempuan cantik itu berbunga-bunga. Ini adalah hari terbaiknya selama hampir dua minggu ia di rumah sakit. Ia mengamati lelaki itu menikmati makan siangnya, sesekali David tersenyum menggoda dan disambut gelak tawa olehnya.
Terdengar suara ketukan dari arah pintu. Dokter Chris memasuki ruangan, melambaikan papan catatan medis di udara. Ia terlihat bingung dan lelah. "Maaf mengganggu makan siang indah kalian! Aku harus keluar sebentar lagi dan baru kembali besok, semoga tidak kemalaman..." matanya melirik David, nada suaranya terdengar mengeluh.
Sebelah keningnya terangkat, "lalu?"
"Hasil pemeriksaan Milena sudah keluar. Dan sejujurnya agak aneh." Ia membuka-buka lembaran catatan medis itu.
"Dia tak akan mati, kan?" tanya David setengah bergurau.
"David!" Teriak Milena kesal.
"Maaf. Bercanda." Tangannya mengelus lembut kepala Milena, senyum jahil terlihat di wajahnya.
Milena seolah meleleh diperlakukan seperti itu, tapi sialnya harus menahan semuanya agar tak ketahuan.
"Yup! Kau tak akan mati!" seru sang dokter, lalu melayangkan pandangan pada Milena, "apa kau punya penyakit keturunan yang aneh?"
Ia cepat-cepat menoleh ke arah sang dokter. "Tidak. Memangnya kenapa dr. Chris?"
"Hasil pemeriksaanmu aneh. Semua tanda-tanda vitalmu baik-baik saja. Tak ada yang mencurigakan sejauh ini." Ia berpikir sejenak, tenggelam dengan dunianya sendiri.
"Apanya yang aneh?" David meremas tangan Milena kuat-kuat.
Tindakan yang tak disangka-sangka David itu membuat Milena terkejut, jantungnya berdebar kencang, otomatis membuatnya berpaling menatap David.
"Jadi kalian mulai pacaran, huh?" sindir dokter Chris, menuding tangan David yang kini menyusupkan jari-jarinya ke jemari Milena.
"Bukan begitu—" sergah Milena cepat, ia berusaha menarik tangannya tapi lelaki itu memperkuat genggamannya.
"Katakan saja hasilnya cepat, paman." desaknya tak sabaran.
"Baiklah! Sabar sedikit! Milena baik-baik saja secara fisik, anehnya setelah pingsan tubuhnya mengalami kelelahan hebat. Aku tak mengerti dengan kerja sistem tubuhmu. Sedetik kuat seperti kuda, detik berikutnya lemah seperti anak ayam pesakitan. Apa kau mengkonsumsi obat-obatan terlarang?" Tanyanya curiga.
"Apa-apa maksudnya itu?" Milena melirik David dengan tatapan bingung.
"Dia bukan tipe seperti itu, paman!" Ia menatap marah pada dokter Chris, suaranya nyaris melengking lalu menurun menjadi sebuah geraman tertahan.
"Hey! nada suara!" seru dokter Chris memperingati.
"Maaf!"
"Kau tak mengkonsumsi obat-obatan yang berlebihan, Milena?" kali ini ia menanyai Milena dengan suara selembut mungkin, jaga-jaga David mulai lagi lepas kontrol.
"Aku... tak tahu... maksudnya berlebihan bagaimana? Jujur saja aku tak suka minum obat. Matilda bisa jadi saksinya." Terang Milena.
"Oh! Kau benar! Aku baru ingat! Dia harus mengawasimu saat minum obat." Ia nyengir.
"Aku yakin Milena bukan tipe seperti itu." Ulang David.
"Nak! Dengar! Kau baru mengenalnya dua minggu, nyaris. Apa kau tahu semua hal tentangnya dalam waktu singkat itu? Kecuali kisah perinya yang terus menggema di mana-mana!"
Terima kasih telah membaca!
Jangan lupa voting dengan batu kuasa, review, dan komen pada novel ini, ya!