"Sialan, Bailey," geramku ke dalam mulutnya, menghentikan fantasinya sebelum berkembang lebih jauh. Penisku sudah sangat keras, hanya dari menciumnya, dan aku tahu dia bisa merasakannya juga. Aku melepaskan diri dari pelukannya, meletakkan tanganku di bahunya dan menahannya sejauh lengan.
Kekecewaan berlalu seperti awan di matanya.
"Apakah kamu tidak ingin menciumku?" dia bertanya dengan suara lembut.
Aku berpikir untuk berbohong tetapi memutuskan bahwa itu tidak akan ada gunanya.
"Ya," geramku. "Ya, Bailey, aku tahu. Tapi tadi malam adalah kebetulan. Itu adalah kesalahan yang seharusnya tidak terjadi."
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください