webnovel

Rumah Baru Penghuni Baru

Keluarga Tania kini telah berada di Jakarta, dan kini mereka berada di depan rumah yang lebih mewah dari rumahnya sebelumnya.

"Ini rumah kita pi?" tanya Vina.

"Iya sayang, gak bagus ya?" ucap Helven.

"Bagus kok pi, bagus banget malahan," ucap Vina.

"Ya udah, kalo gitu sekarang kita masuk yuk, liat isinya," ajak Helven.

"Pi, kamar Tania mana?" tanya Tania.

"Kamar kamu di atas ya, di sana ada dua kamar yang berhadapan itu kamar kalian berdua terserah mau pilih yang mana," ucap Helven.

"Ya udah pi, Tania mau ke kamar dulu nyusun barang ini," ucap Tania yang membawa beberapa koper ditangannya.

"Tania bareng ama gue, mau ke kamar juga," ucap Vina.

"Iya, cepetan," sahut Tania.

Tania segera masuk ke kamarnya, yang cukup besar dari kamar sebelumnya. Ia segera membereskan semua barang-barangnya dan membersihkan ruangan tersebut lebih dulu. Saat Tania sibuk membereskan ruangan tersebut, tiba-tiba seluruh tubuh Tania berdesir, seperti ada angin yang baru saja melewati tungkuk lehernya.Tania yang merasa takut, segera melihat ke belakangnya namun di sana tak ada seorang pun.

'Perasaan gue aja kali, udah lah,' batin Tania yang kembali melakukan aktivitasnya yang sempat terhenti.

Tania yang merasa lelah segera keluar dari kamarnya, menuju dapur untuk membuat minuman.

"Udah siap dek, beres-beresnya?" tanya Adrien yang berada di dapur.

"Belum semuanya mi, Tania haus makanya ke sini dulu ntar baru Tania lanjutin lagi," ucap Tania yang membuat minuman untuknya.

"Mi, tadi Tania---," ucap Tania terhenti ia jadi kepikiran nanti takut jika ia ceritakan itu ke maminya yang ada Adrien bakal ketakutan tinggal di rumah ini.

"Tadi kenapa? Tania kenapa sayang?" tanya Adrien yang sedikit khawatir dengan Tania.

"Ooh, gak kok mi tadi Tania, hmm waktu beres-beres kaget karena ada kecoa mi, iih geli banget liatnya," ucap Tania bohong.

"Kamu gak bohong kan sama mami?" ucap Adrien.

"Gak kok mi, tadi Tania beneran ketemu kecoa waktu bersihin kamar Tania. Biasalah kan mi, namanya kamar udah lama gak dihuni ya iyalah," ucap Tania.

"Terus gimana? Kecoanya udah pergi?" tanya Adrien.

"Udah mi, udah Tania usir pake buku," ucap Tania.

"Mi, Tania balik ke kamar lagi ya, mau lanjutin beres-beres," ucap Tania yang kembali pergi menuju kamarnya.

"Iya sayang," sahut Adrien.

Saat Tania berjalan menuju tangga tiba-tiba langkahnya kembali terhenti, karena kehadiran Helven.

"Gimana sayang? Tania betah kan sama kamarnya?" tanya Helven.

"Iya pi," sahut Tania.

"Terus gimana udah siap beres-beresnya?" tanya Helven lagi.

"Belum pi, rencana mau lanjutin lagi," jawab Tania.

"Ooh, yaudah lanjutin aja beres-beresnya, semangat yaa," ucap Helven.

"Iya pi, Tania ke kamar dulu," ucap Tania yang segera berlari menaiki tangga.

***

Setelah beberapa lama kemudian, akhirnya Tania selesai juga membereskan semua barang barangnya.

"Huftt, akhirnya siap juga semua," sorak Tania yang mengamati setiap sudut ruangannya yang telah tersusun rapi.

Kini Tania melangkahkan kakinya menuju balkon kamarnya.

"Lumayan enak sih di sini," ucap Tania pelan.

Saat Tania menikmati angin, seketika ia melihat sekelebat bayangan putih lewat dibelakangnya, Tania segera melihat namun tak kunjung ia melihat wujud tersebut.

"Maaf sebelumnya jika kalian terganggu dengan kedatangan saya, saya gak ganggu kalian jadi saya mohon jangan ganggu saya lagi," ucap Tania yang kini sedikit merinding.

Tania yang merasa aura di sini kurang nyaman, ia memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Kini Tania berjalan menuju sofa yang telah ada Adrien, Helven, dan Vina di sana.

"Lo kenapa dek? Kaya orang habis dikejar setan aja lo," ejek Vina.

"Enak aja lo, gue gak apa-apa kali. Cuma cape aja habis beres-beres," jawab Tania yang ikut duduk di samping Adrien.

"Bener kamu gak apa-apa?" kini giliran Helven yang bertanya.

"Iya pi, Tania gapapa," sahut Tania.

"Ya udah, syukur deh kalo gak apa-apa, kalo kamu kenapa-kenapa cerita ya jangan dipendam sendiri," ucap Helven.

"Iya pi," sahut Tania.

"Ooh iya pi, Tania kapan mulai sekolah?" tanya Tania.

"Besok kamu udah bisa sekolah kok, kalo kamu sanggup soalnya kan kita baru pindah nih, kalo kamu capek ya udah libur aja dulu ntar kalo udah mendingan baru sekolah," ucap Helven.

"Tania gak capek kok pi, Tania sekolah besok aja deh," ucap Tania.

"Ya, itu semua terserah kamu," sahut Helven.

"Emang surat pindah Tania udah papi urus sama pihak sekolah di sana?" tanya Tania.

"Udah sayang, semua berkas udah papi urus. Besok kamu tinggal datang ke sekolah itu, dan temui kepala sekolahnya nanti dia bakal kasih tau kamu ditempati dikelas mana," ucap Helven.

"Iya pi," sahut Tania.

"Ooh iya, Tania kan belum tau sekolah Tania apa namanya, terus di mana lokasinya pi. Terus siapa yang anterin Tania kevsana?" tanya Tania.

"Udah kamu tenang aja, nanti pergi sama pak Yanto," jawab Helven.

"Itu siapa pi?" tanya Tania yang kesekian kalinya.

"Sopir pribadi keluarga kita," ucap Helven.

"Ooh," sahut Tania.

"Udah? Masih ada yang ditanyain gak?" ejek Vina.

"Iih, lo kenapa sih, terserah gue dong. Papi aja gak marah kok lo yang sewot sih," ucap Tania.

"Baper amat lo," ucap Vina.

"Udah-udah. Kalian bener-bener ga berubah ya, kapan akurnya sih kalian berdua," ucap Adrien yang dibuat pusing oleh kelakuan dua orang putrinya.

"Tau tuh, Tania," ucap Vina.

"Kok gue sih, jelas-jelas lo yang salah," ucap Tania.

"Ooh iya, Tania ada cerita menarik buat papi sama mami," ucap Tania.

"Apa tuh?" tanya Helven penasaran.

"Jadi gini, kan kemaren malam Tania mau tidur pi, terus tiba-tiba---" ucapan Tania terpotong oleh Vina yang marah padanya.

"Iih, Tania awas lo, gak ada mi, pi Tania bohong," ucap Vina kesal.

"Apa sih lo, orang cerita sama mami, papi," ucap Tania.

Sedangkan kedua orang tuanya hanya terkekeh kecil melihat tingkah kedua putrinya itu.

"Terus tiba-tiba kan mi, pi. Pintu kamar Tania kaya ada yang ngetok, Tania kira itu mereka yang usil ganggu Tania eeh kiranya Vina, hahahaha," ucap Tania.

"Terus kan pi, kiranya dia ga bisa tidur karena kaya ada yang liat dia dikamar itu, katanya," ucap Tania.

"Terus?" lanjut Helven.

"Terus Tania ngantuk kan pi, ya Tania tidurlah, terus dia ganggu Tania terus bilang kalo dia takut. Tiba-tiba kaca jendela kamar Tania kaya ada yang lempar sesuatu gitu pi, terus dianya ketakutan, ngakak banget liatnya," ucap Tania yang tertawa tak henti.

"Iya Vina? Kamu setakut itu?" tanya Helven.

"Iya, habis Vina gak berani sama kaya begituan pi," ucap Vina yang malu.

"Hahaha, itu aja takut," ejek Tania.

Kedua orangtuanya hanya tertawa melihat Vina yang kini tampak menahan malu.

***