webnovel

Manusia Misterius?

"Tania pulang!" teriaknya yang masuk ke dalam rumahnya.

"Tumben baru pulang, kemana aja dek?" tanya Adrien.

"Tadi mampir makan dulu mi," jawab Tania.

"Ooh, ya udah sana ganti baju dulu," ucap Adrien.

"Iyah," sahut Tania yang berjalan menuju tangga dan menaikinya satu persatu.

"Capek banget," ucap Tania yang masuk ke kamarnya.

Kini Tania telah selesai dengan baju rumah yang sangat cantik ditubuhnya, dan ia berjalan menuju balkon kamarnya.

"Masih bingung gue, sama Zerfan," ucap Tania yang mengingat kejadian di cafe.

"Sebenernya dia ada apa sih sama Rafel, dan sifat Rafel aslinya gimana sih?" ucap Tania yang kini banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya.

"Udah lah, lama-lama bisa stres juga gue mikir ini," ucap Tania pada dirinya sendiri. Lalu berjalan keluar kamarnya.

"Lagi apa mi?" tanya Tania yang kini berjalan menuju ruang keluarga yang telah ada Adrien yang sibuk menonton sebuah siaran.

"Ini bagus banget loh," ucap Adrien.

"Apa bagusnya sih mi," ucap Tania yang duduk di samping Adrien yang fokus dengan televisi yang menayangkan sebuah siaran.

"Kamu mah, gak sefrekuensi sama mami," ucap Adrien kesal.

"Mi," panggil Tania.

"Apa? Kamu mau ini? Nih," ucap Adrien yang menyodorkan sebuah toples kaca yang berisi kue kering.

"Engga, Tania gak mau itu," jawab Tania.

"Terus apa dek?" ucap Adrien yang bingung dengan putrinya.

"Papi mana mi?" tanya Tania.

"Kerja sayang, kan papi ada meeting sekarang," ucap Adrien.

"Ooh, berarti papi bakal pulang lama dong mi?" ucap Tania.

"Ya gitu deh, mudah-mudahan aja engga," ucap Adrien.

"Emang kenapa sih, kamu tumben banget nanyain papi," ucap Adrien.

"Enggak ada, cuma nanya doang. Lagian kan biasanya kalo Tania udah pulang pasti papi bakal ada, kalo sekarang Tania gak liat, makanya Tania tanya ke mami," ucap Tania.

"Ooh gitu, kata mami kamu ada maunya," ucap Adrien.

"Enggaklah mi, mana ada Tania kaya gitu, yang sering kaya gitu mah palingan kak Vina, Tania mana pernah," ucap Tania.

"Iyalah," sahut Adrien, yang kembali fokus pada layar televisinya.

"Mami," panggil Tania.

"Hmm," sahut Adrien.

"Tania pengen balik ke Belanda," rengek Tania.

"Kenapa? Kami dijahatin sama anak-anak di sana? Iya? Ya udah nanti mami bakal suruh papi untuk ke sekolah kamu," ucap Adrien.

"Gak gitu mi," rengek Tania.

"Terus kenapa lagi sayang?" ucap Adrien.

"Makanya mami dengerin Tania ngomong dulu," ucap Tania.

"Ya udah, cepetan ngomong," ucap Adrien.

"Tania pengen balik ke Belanda, bukan karena anak-anak di sana. Lagian, Tania ke sana cuma pengen jalan-jalan doang, Tania kangen sama suasana di Belanda dan Tania juga kangen sama Kevin mi," rengek Tania.

"Hah? Kevin teman gaib kamu?" ucap Adrien.

"Iya, Tania kangen sama dia. Tania juga pengen liburan ke Belanda," ucap Tania.

"Jangan aneh-aneh deh Tan, mana bisa kita sekarang ke Belanda lagian kamu sekarang sekolah, Jakarta ke Belanda itu jaraknya bukan deket sayang, butuh banyak waktu. Jangan aneh-aneh deh," ucap Adrien.

"Tania pengen ke sana mi, lagian itu tempat kelahiran Tania wajarlah kalo Tania pengen ke sana," ucap Tania.

"Tania, doe nu niet raar, doe het goed," ucap Adrien.

"Apa yang gak wajar sih mi? Belanda itu tempat kelahiran Tania mi, tempat Tania lahir, jadi wajar Tania pengen ke sana. Apa cuma gara-gara Tania kangen tempat kelahiran Tania, mami ngomong kalo Tania gak lakuin hal yang wajar?" ucap Tania.

"Bukan itu yang mami maksud Tania, itu wajar, yang tak wajar yang mami maksud itu kamu kangen sama temen kamu yang namanya Kevin itu, itu yang gak wajar! kamu manusia, sedangkan dia bukan manusia Tania. Lakukan hal yang sewajarnya gimana selayaknya manusia Tania. Jangan lakuin hal bodoh itu lagi," ucap Adrien.

"Itu yang Tania malesin sama manusia mi, selalu ngata-ngatain Tania, padahal mereka gak tau gimana rasanya jadi manusia sekarang," ucap Tania.

"Itu semua karena kamu gak berlagak seperti manusia masa umumnya. Kamu hanya sibuk dengan teman-teman gaib itu, kamu hanya sibuk dengan dunia tak kasat mata itu. Wajar jika mereka menganggap kamu aneh Tania, karena sifat kamu tak seperti manusia pada umumnya," ucap Adrien.

"Ckkk, Tania kecewa sama mami, mami gak ada bedanya sama anak-anak di sekolah Tania," ucap Tania yang berdiri dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya.

"Tania, Tania, denger mami dulu, bukan itu maksud mami," teriak Adrien, namun Tania tak mendengar ucapannya.

Kini, Tania telah berada di kamarnya. Entah kenapa kini ia sangat sedih. Ucapan Adrien terus terngiang-ngiang ditelinga Tania, entah kenapa ucapan Adrien sangat membuat Tania hancur seketika.

Tania telah selesai dengan baju yang lebih rapi dari sebelumnya, kini ia mengambil kunci mobil dan keluar dari kamarnya.

Untung aja sekarang diluar gak ada siapa-siapa, dan Tania bisa keluar tanpa debat dulu. Tania segera keluar dari rumahnya dan masuk ke dalam mobilnya. Mobil Tania, kini telah melaju entah kemana arahnya ia juga tak tau sekarang. Setelah berapa lama Tania melajukan mobilnya tanpa tujuan, dan sekarang mobil tersebut berhenti disebuah danau wisata yang terdapat hanya beberapa pengunjung di sana. Tania memarkirkan mobilnya dan setelah itu Tania keluar dan berjalan menuju jembatan yang terdapat di dekat danau tersebut.

"Gue pengen semua kelebihan itu hilang," teriak Tania yang berada di jembatan gantung tersebut.

"Gue gak pernah minta kelebihan itu, gue mohon ambil kelebihan ini," teriak Tania yang kini air matanya telah menetes dan pipi Tania telah basah oleh bulir-bulir air tersebut.

"Please, ambil kelebihan ini," ucap Tania sesegukan.

"Gue bukan cewek aneh, gue bukan gila, gue sama kaya kalian, cuma gara-gara kelebihan ini yang membuat gue kaya gini," ucap Tania yang tak luput dari tangisnya.

"Hiks, hiks, hiks, gue benci ini," ucap Tania.

Kini tubuh Tania terasa sedikit lemah, ia memutuskan untuk duduk pada kursi taman yang berada sedikit dekat dengannya.

Tania langsung duduk pada kursi tersebut dengan kepala yang sengaja ia tumpang dengan telapak tangannya, dan pastinya kini ia masih menangis.

"Hiks, semua orang gak pernah tau tentang gue, gak tau apa yang gue alami. Mereka selalu melihat gue dari luar tanpa mencari tau apa sebenarnya yang terjadi pada gue sendiri. Gue pikir mami bakal dukung gue terus ternyata enggak, mami sama aja kaya temen-temen yang lain selalu melihat gue dari luar. Semua manusia sama gak ada bedanya," ucap Tania yang masih menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Lo salah, semua manusia gak sama. Sifat manusia itu tergantung dirinya masing-masing, dan lo itu juga manusia. Kalo memang menurut lo sifat manusia sama berarti lo juga sama dong sama manusia diluar sana," ucap seorang yang berada di samping Tania kini.

***

Siapa seseorang itu?

Jangan lupa baca terus ya!