"Lo salah, semua manusia gak sama. Sifat manusia itu tergantung dirinya masing-masing, dan lo itu juga manusia. Kalo memang menurut lo sifat manusia sama, berarti lo juga sama dong sama manusia di luar sana," ucap seorang yang berada di samping Tania kini.
"Jangan ikut campur, lo gak akan ngerti sama dunia gue," ucap Tania yang kini masih menutup wajahnya.
"Gue harus ikut campur, karena gue gak terima dengan ucapan lo yang bilang kalo semua manusia sama, gue membantah ucapan lo," ucap seseorang tersebut.
"Emang kenyataannya, udahlah mending lo gak usah ikut campur urusan gue!" bentak Tania yang kini melihat ke arah seseorang yang kini berada di sampingnya.
Tania sedikit kaget dengan seseorang yang berada di dekatnya, dan secepat mungkin ia menormalkan mimik wajahnya agar tak terlihat kalau dia kaget dengan seseorang tersebut.
"Zerfan," ucap Tania.
"Iya, kenapa? Lo gak terima dengan bantahan dari gue?" ucapnya.
"Ngapain lo di sini? Gue lagi gak mood untuk debat mending lo pergi aja deh," ucap Tania yang kembali menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Terserah gue dong, gue mau di sini apa enggak. Kenapa lo ngusir-ngusir gue? Lo kira ini punya bokap lo," ucap Zerfan yang kini duduk di samping Tania.
"Siapa suruh lo duduk? Mending lo pergi deh, gue pengen sendiri," ucap Tania.
"Kalo gue gak mau gimana?" sahut Zerfan.
"Ya udah, biar gue yang pergi. Gak ada yang susah," ucap Tania yang berdiri dari duduknya.
"Tania," ucap Zerfan yang memegang tangan Tania.
"Apa sih? Gue gak punya banyak waktu," ucap Tania.
"Lo gak perlu marah sama nyokap lo, itu semua demi kebaikan lo juga," ucap Zerfan yang melepaskan tangan Tania.
"Tau dari mana lu?" ucap Tania yang kini melihat ke arah Zerfan.
"Gue bisa liat, terserah lo kalo gak percaya apa gimana, yang penting pokoknya lo gak boleh marah sama nyokap lo," ucap Zerfan.
"Maksud lo? Lo bisa liat kejadian yang gue alami?" ucap Zerfan.
"Hmm," sahut Zerfan.
"Tapi dunia lo gam sama kaya gue Zer," ucap Tania.
"Jangan asal ngomong kalo lo gak tau tentang gue," ucap Zerfan.
"Udahlah Zer," ucap Tania yang kini berjalan untuk pergi dari hadapan Zerfan.
"Lo bisa cerita sama gue, jangan simpen sendiri," ucap Zerfan.
Tania kembali berhenti untuk menyelesaikan langkahnya, dan kini berjalan mendekati Zerfan.
"Percuma, lo gak bakal ngerti gimana jadi gue," ucap Tania yang kini matanya kembali berkaca-kaca.
Zerfan segera menarik tangan Tania untuk duduk di sampingnya.
"Cerita sekarang sama gue," ucap Zerfan.
Kini Tania hanya nangis dengan wajah yang ia tutup dengan telapak tangannya, tanpa menjawab sepatah kata pun ke Zerfan.
"Gue suruh lo cerita Tan, bukan nangis," ucap Zerfan.
"Hiks, hiks, gue capek Zer sama kelebihan itu, gue bosan, gue benci," ucap Tania.
"Gue ngerti itu sangat berat, dan gue juga ngerasain itu," ucap Zerfan.
Ucapan Zerfan membuat Tania bingung, dan kini mengangkat wajahnya dan menoleh ke arah Zerfan.
"Maksud lo?" ucap Tania.
"Gue sama kaya lo, malahan gue lebih parah dari lo. Tapi, gue bisa kendalikan itu semua dan gue juga susah untuk sembunyiin kelebihan ini dari orang-orang," ucap Zerfan.
"Gue masih gak paham sama omongan lo," ucap Tania.
"Gue bisa liat makhluk gaib dan gue juga bisa liat kejadian yang akan terjadi dan sebelumnya," ucap Zerfan.
"Sejak kapan?" tanya Tania.
"Sejak gue baru bangun dari koma, awalnya gue juga kaget dengan itu semua dan gue juga sempat pengen bunuh diri karena gue gak sanggup sama kelebihan itu," ucap Zerfan.
"Serius, lo hampir bunuh diri?" ucap Tania.
"Iya, gue hampir ngelakuin itu. Karena waktu itu, gue masih bingung dengan semuanya dan gue sangat susah untuk terima itu semua Tan. Apalagi, gue kehilangan saudara gue," ucap Zerfan.
"Maksud lo Rafel," ucap Tania.
"Iya," sahut Zerfan.
"Kalau memang lo bisa liat, berarti kemaren lo liat Rafel dong?" ucap Tania.
"Iya, gue liat," ucap Zerfan.
"Kenapa lo gak ngomong sama dia, dia saudara lo," ucap Tania.
"Gue belum siap ngomong sama dia, dan lo tau sendiri kan gue sama Rafel gak sama kaya saudara pada umumnya. Jadi, agak sedikit aneh aja kalo gue ngomong sama dia, gue belum siap, Tan," ucap Zerfan.
"Itu kan dulu, beda sama sekarang," ucap Tania.
"Iya, tapi gue gak mau sekarang," ucap Zerfan.
"Kalo lo bisa liat kejadian yang akan datang, lo bisa dong liat kejadian yang akan terjadi untuk lo?" ucap Tania.
"Bisa," jawab Zerfan.
"Lo ga takut?" tanya Tania.
"Takut, malahan gue pengen kelebihan itu hilang Tan, sama kaya yang lo minta," ucap Zerfan.
"Iya, kalo keinginan gue bisa dikabulkan gue pengen kelebihan itu hilang, Zer. Tapi, percuma itu semua cuma khayalan gue dan gue tau kelebihan itu ga bakal hilang," ucap Tania.
"Gue juga mikir kaya gitu," ucap Zerfan.
"Tapi gue sedih aja Zer sama nyokap gue, kalau orang lain yang bilang gue aneh gue masih memaklumi dan sekarang beda, yang ngomong kaya gitu nyokap kandung gue sendiri bukan orang lain, sakitnya beda, gak sama kaya ucapan orang lain," ucap Tania.
"Iya, gue tau itu. Gue juga pernah, waktu itu gue ngeliat kejadian yang akan nimpa orang tua gue, mobil hitam yang ada bokap sama nyokap gue yang nantinya bakal kecelakaan, dan gue cemas. Gue takut itu terjadi, dan gue ngomong ke mami papi kalo jangan bepergian dulu, karena gue liat mereka bakal kecelakaan. Tapi percuma, mereka gak denger omongan gue dan malahan gue dikira bullshit, aneh, ngayal, dan mereka tetap pergi dan ternyata bener mereka kecelakaan, gue bener-bener takut waktu itu," ucap Zerfan.
"Sorry, gue gak maksud untuk lo ingat sama kejadian itu," ucap Tania.
"Gak apa-apa," ucap Zerfan.
"Lo gak perlu marah sama nyokap lo," ucap Zerfan.
"Hmm," sahut Tania.
"Terus kenapa waktu awal gue pindah dan masuk ke kelas itu, lo ngeliat gue kaya gitu?" ucap Tania yang memikirkan seseorang yang menatap tajam ke arah Tania waktu ia memperkenalkan dirinya.
"Gue ngeliat, kalo lo beda dari yang lain. Ternyata bener, lo bukan manusia biasa, lo bisa liat makhluk gaib," ucap Zerfan.
"Ooh," ucap Tania.
"Sampe kapan lo gak mau ngomong sama Rafel?" tanya Tania.
"Emang kenapa?" sahut Zerfan.
"Waktu itu, Rafel pernah ngomong ke gue kalo dia pengen ngomong sama lo. Tapi, Lo sendiri gak mau," ucap Tania.
"Ngomong apa?" tanya Zerfan.
"Gue juga ga tau," ucap Tania.
"Hmm," sahut Zerfan.
***