webnovel

Anak Kecil Dan Tulang

Semakin hari ruang Tania dengan makhluk tak kasat semakin terbuka, makhluk yang sering kalian sebut hantu. Begitu banyak makhluk yang pernah Tania temui ada yang jahat dan akhirnya menghilang dan ada juga yang dekat sehingga menjadi sahabat. Apa itu yang namanya hidup normal? Tania sempat heran dengan kehidupan yang ia alami, dan ia juga pernah berpikir apa jadinya kalo hidupnya tak dapat bertemu dengan makhluk tersebut.

Jika, semua keinginannya terwujud apa boleh ia menginginkan kelebihan ini lenyap dari tubuhnya ini?

Hal yang selalu membuat Tania gusar, dan ingin hidup normal seperti orang lain.

Tania tak berangkat sekolah sekarang, karena merupakan tanggal merah. Sedari tadi ia hanya berada di ranjangnya dengan novel yang ia baca.

Sekelebat bayangan lewat di depan Tania, membuat gadis itu secepat mendongak ke arah tersebut. Namun nihil ia tak mendapatkan apapun di sana.

"Kalian kenapa selalu menggangguku? Jika ingin bermain sini bersamaku, jangan menjahiliku dengan wujud mu yang tak bisa ku lihat," ucap Tania.

Brak!

Tiba-tiba jendela balkon kamar Tania terbuka, dengan angin yang seketika berhembus kencang.

"Aakh," kaget Tania.

"Jangan menggangguku, aku tak mengganggu kalian," ucap Tania.

"Hihihihi," suara tersebut terus memenuhi ruangan kamar Tania.

"Hihihi,"

Tania segera berjalan menuju jendela balkon, untuk menutupnya. Sontak, Tania kaget saat melihat sosok anak kecil perempuan di balkonnya.

"Kamu siapa?" tanya Tania.

"Aku Nesya," ucap sosok anak kecil tersebut.

"Apa kamu yang selalu menggangguku?" tanya Tania.

"Ya, a-aku yang mengganggu mu," jawab sosok anak kecil tersebut.

"Kenapa kau selalu menggangguku? Aku tak pernah mengganggu mu, jadi berhenti untuk melakukan itu," ucap Tania yang berbicara dengan hati-hati.

"Aku hanya ingin bermain dengan mu," ucap sosok anak kecil tersebut.

"Jika kau ingin bermain denganku, apa sebaiknya tidak dengan cara seperti ini," ucap Tania.

"Ya, maaf jika aku membuat mu ketakutan," ucap sosok tersebut.

"Tidak, aku tidak takut. Hanya saja, sedikit kesal dengan mu," jawab Tania.

"Mengapa?" tanya sosok tersebut.

"Karena, kau selalu menggangguku dengan wujud yang tak bisa aku lihat," jawab Tania.

"Itu tak mudah," jawab sosok anak kecil tersebut.

"Kenapa? Selama ini, mereka selalu menampakkan wujudnya di depanku, kenapa dengan kau?" tanya Tania.

"Itu tak mudah, menampakkan wujud itu membutuhkan banyak tenaga, dan tak semuanya bisa melakukan itu," ucap sosok tersebut.

"Ooh ya? Aku tak tau itu," jawab Tania.

"Ya," sahut sosok tersebut.

"Terus kenapa kau di sini?" tanya Tania.

"Ini rumahku," jawab sosok anak kecil tersebut.

"Maksudnya?" tanya Tania.

"Ini rumahku, tak ada yang bisa melarang aku di sini," jawabnya.

"Aku tak melarang mu, aku hanya bertanya mengapa kau di balkon kamar ini?" tanya Tania.

"Aku ingin main bersama Tania," jawabnya.

"Kau tau namaku?" tanya Tania.

"Aku tau itu, karena mendengar mereka memanggil mu," jawabnya.

"Ooh, kau ingin bermain apa?" tanya Tania.

"Petak umpet," jawabnya.

"Tapi kita hanya berdua," ucap Tania.

"Aku ingin mengajak teman-temanku, apa boleh?" ucapnya.

"Boleh," jawab Tania.

"Ya, aku ingin memanggil mereka," ucap sosok anak kecil.

"Tunggu dulu, aku belum tau siapa nama mu?" tanya Tania.

"Apa kau lupa? Namaku Nesya," ucap Nesya.

"Ooh iya, aku lupa," ucap Tania yang memegang tengkuknya.

"Aku ingin pergi untuk menjemput mereka," ucap Nesya yang langsung terbang dan menembus dinding kamar Tania.

Tania segera kembali untuk duduk di ranjangnya.

"Ternyata dia," ucap Tania pelan.

Setelah beberapa menit, sosok anak kecil tadi kembali ke kamar Tania. Kini, ia bersama tiga orang temannya.

"Tania, mari main bersama kita," ucap Nesya.

"Okey," jawab Tania yang kini meletakkan novelnya dan melihat ke arah tiga orang anak yang sebaya dengan Nesya.

"Apa ini temanmu?" tanya Tania.

"Iya, mereka temanku," jawab Nesya.

"Aku Abil," ucap sosok anak kecil cowo di depan Tania.

"Hai Abil, aku Tania," sahut Tania.

"Aku Dira," ucap anak kecil perempuan yang berada di samping Abil.

"Hai Dira, aku Tania," sahut Tania.

"Aku Atar," ucap anak kecil cowo di depan Tania.

"Hai Atar, aku Tania," sahut Tania.

"Aku senang ketemu kalian, semoga kita bisa berteman baik," ucap Tania.

"Yaa, aku harap juga begitu," sahut Nesya.

"Apa kau ingin bermain bersama kami?" tanya Atar.

"Ya, ayo," ucap Tania.

"Kita gambreng dulu," ucap Tania yang mengulurkan tangannya.

"Hompimpa alaium gambreng," ucap mereka bersama.

Telah satu jam lebih mereka bermain, kini Tania tampak lelah dan ia memutuskan untuk kembali duduk di ranjangnya.

"Apa kalian tidak capek?" tanya Tania yang duduk.

"Tidak, kami tak lelah sedikitpun," jawab Dira.

"Kau terlihat lelah, istirahat lah," ucap Nesya.

"Ya kau benar, aku sangat cape sekarang," ucap Tania yang kini telah basah dengan keringatnya sendiri.

"Kalian tunggu di sini ya sebentar, aku mau ke bawah untuk ambil minum. Apa kalian ingin minum?" ucap Tania.

"Iya pergilah," sahut Abil.

"Kita tak butuh air, hanya saja jika Tania memiliki daging berikan tulangnya pada kami, kami sangat suka itu," ucap Dira.

"Apa kau hanya ingin tulangnya aja?" tanya Tania.

"Ya, kami hanya ingin tulangnya saja," ucap Dira.

"Baiklah, aku ke bawah sebentar," ucap Tania yang segera berjalan menuju pintu kamarnya.

***

Kini, Tania berjalan menuruni anak tangga satu persatu, dan berjalan menuju dapur untuk mengambil air dan juga tulang untuk teman-temannya.

Tania sangat haus, dan ia tak ambil pusing untung aja dikulkas telah tersedia beberapa minum kaleng dan ia bisa meminumnya langsung tanpa banyak kerja. Sekarang, Tania berjalan menuju sebuah lemari makan yang telah ada beberapa daging yang telah masak, ia menyisihkan daging tersebut dengan tulangnya.

"Akhirnya siap juga," ucap Tania yang melihat sebuah piring yang telah terisi penuh dengan tulang.

Tania segera membawa piring tersebut dan juga sebuah minuman ditangannya, ia segera berjalan secepat mungkin agar tak terlihat dengan siapapun. Karena, jika mereka melihat Tania, pasti sangat banyak pertanyaan yang mereka berikan pada Tania dan pastinya itu semua harus Tania jawab, apalagi dengan piring yang berisi tulang ditangannya.

Namun, langkah Tania masih kurang cepat. Buktinya kini Adrien telah melihat Tania.

"Tania," panggil Adrien.

'Mampus gue, pasti banyak yang bakal ditanyain mami,' batin Tania.

"Hmm, apa mi?" tanya Tania dengan tangan yang sengaja ia sembunyikan dibelakang badannya.

"Kamu kenapa basah-basah kaya gini sih?" tanya Adrien yang melihat Tania.

"Itu, tadi Tania habis olahraga makanya basah kaya gini," jawab Tania.

"Masa sih?" tanya Adrien yang kurang yakin.

"Iya mi, tadi Tania olahraga," jawab Tania.

"Masa olahraganya di kamar? Gimana sih?" tanya Adrien.

"Iya mi, kan Tania cuma zumba, ya oyalah," jawab Tania.

"Mi, Tania harus ke kamar dulu soalnya ada tugas yang belum selesai, byee mami," ucap Tania yang segera berlari untuk menuju kamarnya.

Namun, Adrien mendelik aneh ke arah gadis bungsunya itu.

'Tania aneh,' gumamnya melihat punggung gadis itu perlahan menghilang memasuki kamar.

***