webnovel

MENJEMPUT IMPIAN [18+]

Bukankah Bullying itu melanggar hukum? Melodi gadis berkacamata pindahan dari Jakarta menjadi bulan-bulanan bully dari kakak kelasnya sekaligus pemilik sekolah tersebut. Dion atmadisastra pria blasteran Bandung Jerman adalah pembuat onar yang membuat semua siswa ketakutan saat menatap dirinya. hingga suatu hari, Melodi harus menerima pelecehan dari kakak kelasnya tersebut dan membuat nya depresi hingga kehilangan kedua orang tuanya saat mendengar pelecehan terhadap putri tunggalnya. sedangkan Dion..pria pembuat onar itu seolah menutup mata pada kesalahannya dan memilih pergi meninggalkan Melodi yang hamil di usia belia. sebuah kehidupan pahit yang harus dia jalani menjadi seorang ibu di usia yang masih sangat muda.. hingga beberapa tahun kemudian, saat melodi mulai bisa menatap masa depan bersama putra nya, tiba-tiba. sosok Dion kembali datang menghantui kehidupan ibu dan anak tersebut. 18+ bacaan dewasa dan bijak dalam memilih bacaan, banyak adegan dewasa dan kata-kata kasar.

KimNia · 都市
レビュー数が足りません
322 Chs

sebuah pertanyaan

Melodi mengernyitkan dahinya saat melihat Dion turun dari mobil mewahnya, seseorang yang seminggu ini begitu ia rindukan..namun gadis itu mengurungkan niatnya saat hendak menghampiri kekasih nya tersebut.

gadis itu berdecih kesal saat melihat Dion di kelilingi gadis- gadis di sekolahnya

sambil mengerucutkan bibirnya Melodi menghentakkan bokong nya ke bangku dan memangku dagunya dengan tangan

"kenapa lo?" tanya senja

melodi menoleh namun gadis itu tak berani berkata jujur di hadapan sahabat nya,

bagaimana jika senja mengejek nya cemburuan atau apalah.

"udah ngomong aja, dari pada di simpen sendiri" tambah senja

melodi terdiam

Mata senja menangkap sosok Dion yang berjalan melewati kelas mereka di iringi gadis gadis yang ribut hendak jalan bersebelahan dengan pria tampan itu.

senja tertawa kecil

"ohhh..karena itu" ujar nya

melodi masih terlihat manyun dan memalingkan wajahnya kearah jendela

"lo kenapa sih, akhir-akhir ini bawaan nya sewot mulu? baru ga ketemu seminggu udah kayak setaun" ledek senja dan membuat Melodi mencubit lengan kurus nya

"lo tau gak, lo itu beruntung bisa deket sama Dion, tuh liat.. cewek-cewek pada berlarian ngejar-ngejar pacar lo cuma buat bisa deket sama dia..dan lo, udah tau pacar lo populer, jangan mudah cemburu lah.. sebelum lo dateng Dion itu udah jadi incaran kaum perempuan disini"

Melodi terdiam menyimak ucapan sahabatnya itu, matanya menyipit mendengar kan

"apakah aku benar-benar beruntung?" gumam melodi

senja terkekeh geli

"setidaknya cinta lo gak bertepuk sebelah tangan" balas nya

drttt drttt

melodi merogoh saku bajunya dan membaca isi pesan di ponselnya

Dion

aku tunggu di belakang kantin

melodi buru-buru memasukkan ponsel tersebut ke saku bajunya kembali dan merapihkan rambutnya sambil berdiri

"aku pergi sebentar" ucap melodi dan membuat senja melongo heran

"heh mau kemana?" teriaknya namun Melodi seolah tak perduli dan pergi begitu saja meninggalkan kelas

**

dari kejauhan terlihat Dion sedang memainkan ponselnya, melihat hal itu sontak melodi tersenyum lebar dan berlari kecil menghampiri nya

menyadari kedatangan Melodi, Dion membalas senyuman lebar nya

"Mel" panggil nya

entah kerasukan apa, tiba-tiba gadis yang dulu nya pemalu kini mendekat dan langsung memeluk tubuh Dion

Dion hendak memundurkan langkahnya, namun melodi lebih dulu memeluk nya

"aku kangen" bisik Melodi

Dion menghela nafas berat dan mencoba tersenyum

"aku benci liat perempuan yang berada di sekitar kamu terus" tambah nya

Dion tertawa kecil

"hei..hei, ini sekolah loh" ledek Dion tertawa

Melodi kembali merengut

"kamu kemana aja sih tiba-tiba gak ada kabar?"

Dion duduk di bangku kayu sambil terus tersenyum

"ada urusan sedikit" jawab nya

Melodi pun ikut duduk di sebelah Dion dan menatap pepohonan Akasia di belakang kantin

matanya menerawang

"aku takut" ujarnya

Dion menoleh namun tak menjawab

"aku takut akan memungkinkan aku hamil"

Dion menghela nafas panjang dan menoleh, ini bukan kali pertama dia melakukan hal tersebut bukan? lalu apa yang harus dia takutkan?

Dion menatap kosong cakrawala dan menoleh sekilas kearah melodi

"bukankah kita masih terlalu muda? semua salahku, seharusnya aku gak melakukan hal seperti itu sama kamu sebelum kita menikah" tutur melodi kemudian

masih tak ada jawaban, bibir pria tersebut seolah terkatup..namun Dion harus segera bertindak jika sesuatu yang tidak dia inginkan terjadi.

"kamu benar, kita masih terlalu muda" jawab Dion setelah beberapa menit terdiam

Melodi menengok kearah kekasih nya

"lalu?" sebuah pertanyaan timbul dari bibir Melodi dan membuat Dion terdiam beberapa saat

"aku takut" tutur gadis tersebut dengan mata berkaca-kaca menatap dalam wajah Dion yang terdiam.

rasanya seperti sembilu, begitu sakit saat melodi menatap matanya penuh harap, namun Dion harus bagaimana? toh selama ini dia tidak pernah mencintai Melodi sedikit pun.

haruskah dia meninggalkan nya dari sekarang?

"aku tau ini terdengar menyakitkan, tapi jika terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan..kita harus segera mencegah nya, bukankah kita masih terlalu muda? aku juga masih ingin menata masa depan ku" ujar Dion pelan

Melodi seketika menoleh dan tercengang

jawaban apa ini? sebuah jawaban yang tidak pernah ingin melodi dengar.

bukankah jika terjadi sesuatu yang tidak di inginkan harus nya kita mengakui kesalahan? lalu kenapa harus mencegah nya

Melodi berdiri dan mengepalkan tangannya

"jadi menurut kamu, jika terjadi sesuatu yang tidak di inginkan aku harus mencegah nya dengan cara mengaborsi? kamu pasti sudah gila, aku gak mau ! aku takut berada di meja operasi"

Dion menggenggam tangan Melodi guna memenangkan perasaan gadis tersebut

"kan kalau terjadi kemungkinan yang tidak kita inginkan Mel, tadi kamu bilang kita masih terlalu muda bukan?"

Melodi menghela nafas panjang

"kita memang masih terlalu muda, tapi bukan berarti kita harus melepaskan tanggung jawab pada kesalahan kita" balas melodi geram

Dion mengerutkan keningnya

"aku tetap pada pendirian ku Mel, kita masih terlalu muda" ujarnya sambil berlalu

melodi terdiam terfokus pada suara angin dan hentakkan sepatu milik Dion

jantung nya berdetak kencang, dada nya naik turun menahan kekesalan nya

"apa kamu benar-benar mencintai ku Dion?" tanya melodi

Dion menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang tanpa ekspresi dan diam seribu bahasa

Melodi meneteskan air mata nya

"kamu ga jawab pertanyaan aku? aku mengerti" ujar Melodi dan meninggalkan Dion yang masih mematung terdiam

gadis itu berlari kearah taman sekolah, matanya berair dan tak berhenti menangis

bagaimana bisa Dion berkata demikian? apa yang ada di pikiran saat ini?

berfikir tentang segala kemungkinan saja sudah seperti ini, bagaimana jika memungkinkan itu benar-benar terjadi

Melodi memukul kepalanya sendiri

"dasar bodoh" batin nya

dia seharusnya mendengar kan ucapan senja dulu, ketika dirinya baru pertama kali sekolah di sekolahan mewah ini

Dion bukan orang yang patut di dekati

tapi nasi sudah menjadi bubur, Melodi begitu menyesali perbuatannya

bagaimana jika kedua orang tuanya mengetahui tindakan anak gadis nya? melempar kotoran ke wajah ibu dan ayahnya, itu sungguh menyakitkan.

melodi tak sanggup berfikir sampai kearah situ, gadis tersebut berusaha menghibur dirinya sendiri

"bukankah aku melakukan hal itu baru dua Minggu yang lalu? semoga aku tidak kenapa-kenapa" batin Melodi berusaha menguatkan perasaan nya sendiri

tapi jika kemungkinan terburuk itu terjadi, apa yang harus dia lakukan?

apakah akan mempertahankan diri dan bayinya atau memilih mengakhiri hidupnya bersama dengan bayinya untuk menutupi aib keluarga?

Melodi sangat takut, namun Dion pun tak punya jawaban yang membuat hati gadis tersebut sedikit lebih tenang.

***

Dion melangkahkan kakinya di koridor kelas, pria tampan tersebut duduk dan memikirkan ucapan melodi tadi

semua karena permainan brengsek yang dia lakukan bersama teman teman nya, tapi permainan seperti ini sudah beberapa kali dia lakukan namun entah kenapa melihat mata Melodi yang berair dan berkaca-kaca.. perasaan nya seperti terenyuh.

Dion terdiam menatap langit dan mencari jawaban perasaan sendiri,

apakah dia mulai merasa kasian pada gadis tersebut?

pria tampan itu menarik nafas panjang sambil sesekali mendesah pelan dan tertunduk guna menghilangkan perasaan frustasi nya.