webnovel

Menjadi Orang Ketiga

Orang Ketiga, atau juga bisa di sebut selingkuh. Mungkin untuk sebagian orang hal tersebut sangat menyenangkan. Menyenangkan? Ironi bukan? Tapi bagiku menjadi orang ke tiga itu sangat menyakitkan. Kerap dituduh berselingkuh dan merebut kekasih sahabatku sendiri, itu sungguh menyedihkan. Aku dibenci, diejek dan selalu harus mengalah setiap aku memiliki hasrat ingin memilikinya sendiri. Aku kerap menyalahkan diri sendiri. Kenapa aku harus jatuh cinta? Padahal cinta dapat tumbuh di mana saja, kapan saja dan pada siapa saja, bukan? Tapi kenapa harus dia? Pacar dari sahabatku Sendiri. Apa cinta yang kumiliki ini harus dibangun di atas penderitaan orang lain? Sahabat, sungguh aku hanya manusia biasa. Bukan maksudku untuk mencuri hatinya. Bukan maksudku untuk mengambilnya. Aku sama sekali tidak bermaksud seperti itu. Ya inilah kisahku. Seorang anak remaja yang jatuh cinta pada pacar sahabatnya sendiri dan harus menjadi orang ketiga.

R_A17 · 都市
レビュー数が足りません
2 Chs

Pertemuan Dan Perkenalan

!!!"... Semasa remaja aku tidak pernah menyangka, jika aku aku mempunyai pacar lagi. Sungguh, aku masih membenci para wanita yang menganggap kami-para lelaki yang bodoh, Gapeka, tukang selingkuh, dan menganggap semua laki-laki sama saja

Hei kalian, Bukalah matamu. Semua laki-laki itu mempunyai sifat yang berbeda.

wanita sangat beruntung. seakan seakan semua yang ia lakukan itu benar..."

____________________________________________

Awalnya gadis itu hanyalah adik kelasku, disetiap perjalanan sekolah kami sering berpapasan secara tidak sengaja. Di hari yang cerah ini aku berpapasan dengannya lagi melihat dia dengan senyumannya yang cerah dan mata berbinar, gadis itu dengan santainya mengendarai motornya. Langit yang biru dengan putihnya awan seolah-olah ikut bahagia bersama dengan kebahagiaannya, dan seolah langit juga merasakan betapa senangnya dia di hari ini.

Dia menatap sekitar dan bertemu dengan

beberapa temannya yang sudah memberikan

senyumannya. Bahkan ada yang melambai

kepadanya. Dan itu semua menambah kesenangan di dalam diri gadis itu. Setelah sampai ke sekolah, gadis itu meletakkan motornya di parkiran dan siap masuk ke dalam kelas. Saat gadis itu akan masuk ke kelasnya dia harus berhenti di anak tangga pertama karena tali sepatunya lepas. Aku yang tidak sengaja lewat di sampingnya mencoba untuk menyapanya..

"..Risa.." (menyapa sambil tersenyum)

dengan ramah putri juga tersenyum, Senyumannya manis dan menggemaskan. Gadis itu begitu polos dengan wajah tanpa make up. Febian Merisa, memang selalu seperti itu. Tampilan gadis sederhana bisa ditemukan di dalam diri putri. Banyak yang menyukainya dan banyak juga yang menyayanginya.

Aku hanya bisa menyapa dan tidak tau harus berkata apa lagi padanya, Lalu aku memilih untuk masuk ke kelas dan meninggalkannya. Ini pertama kalinya aku menyapa risa memang benar apa kata orang, selain cantik dia juga ramah pada siapa saja yang menyapanya, dia juga langsung tersenyum jika ada yang menyapanya walaupun orang itu tidak dikenalinya, tidak heran jika banyak orang yang menyukainya bahkan sampai menyayanginya. Entah mengapa aku yang baru pertama kali menyapanya hatiku bisa tersentuh entah karena bahagia atau semacamnya.

Lalu aku mencoba menceritakan pada teman sebangkuku Iwan, Iwan adalah teman yang paling kupercaya. Aku bercerita tentang gadis yang selalu ramah pada siapapun. Iwan yang mendengarkan ceritaku juga ikut senang karena aku yang sebelumnya tidak pernah menyapa gadis remaja setelah kejadian 2 tahun yang lalu akhirnya kembali seperti dulunya. Entah mengapa di jam istirahat aku tidak bertemu dengan risa padahal aku ingin memperlihatkan risa pada Iwan.

Jam sekolah telah berakhir, semua murid sekolah SMK pulang menuju rumahnya masing-masing, akan tetap tidak denganku dan Iwan. Aku dan Iwan setiap pulang sekolah selalu praktek di lab secara otodidak sampai terkadang kami lupa kalau waktu sudah sampai sore hari. Rumahku dan Iwan berlawanan arah, di perjalanan pulangku sore hari ini aku secara tidak sengaja melihat risa yang sedang meminggirkan motornya di pinggir jalan sendiri, dan aku menghampirinya.